HAI-Online.com- Istilah "practice makes perfect" rupanya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus oleh dua pelajar SMPN 1 Kudus, Jawa Tengah.
Meski dalam situasi pandemi yang sulit untuk pergi ke luar rumah apalagi mengikuti ajang kompetisi sains sampai ke luar negeri, dua remaja ini tidak tinggal diam.
Mengandalkan jaringan internet dan tentu saja riset sains yang ditekuninya, Mirza dan Fariz berlatih mempresentasikan hasil penelitiannya di banyak lomba sains virtual.
Baca Juga: Rame Persoalan IPK 1.77 dan 3.87 di Twitter, Netizen Kaitkan dengan Peluang Kerja
Alhasil, penelitian tentang pemanfaatan kefir dari susu kambing etawa untuk bioterapi pemulihan operasi divertikulitis duodenum dari siswa kelas 9 ini berhasil menyabet medali emas di ajang ASEAN Innovative Science and Enterpreneurship Fair (AISEF) 2021.
Nggak main-main lho, Mirza Tsabita Wafa'ana dan Muhammad Fariz Kautsar ini bersaing dengan pelajar dari 20 negara lain.
Dikutip HAI dari Antaranews, ajang AISEF yang digelar pada 18 Februari 2021 lalu itu diikuti 505 tim dari 20 negara. Pelaksanaan lomba berlangsung secara virtual melalui aplikasi zoom.
Meskipun berlangsung secara virtual, namun kedua pelajar tidak boleh didampingi guru maupun orangtua sehingga keduanya benar-benar mempresentasikan penelitiannya itu sendiri serta menunjukkan bukti hasil penelitiannya berupa video proses pembuatan kefir.
Mirza Tsabita Wafa'ana mengungkapkan inovasi pemanfaatan kefir susu kambing etawa untuk bioterapi pemulihan operasi divertikulitis duodenum atau peradangan yang terjadi pada kantung-kantung yang terbentuk di sepanjang saluran percernaan, berawal dari keluhan teman ibunya yang mengalami gejala tersebut belum sembuh meskipun sudah melakukan pengobatan.
"Dari informasi awal bisa disembuhkan dengan bahan-bahan alami. Kemudian saya bersama Muhammad Fariz mencoba membuat inovasi tersebut untuk terapi secara alami tanpa menggunakan obat kimia," ujar Guru Pembimbing SMPN 1 Kudus Sri Winarni mewakili kedua siswa berprestasi tersebut, Kamis (4/3/2021) ini.
Lantas muncul ide untuk membuat kefir dengan menggunakan bahan-bahan yang cukup sederhana, mulai dari susu kambing etawa, susu sapi dan susu kedelai dengan komposisi tertentu.
Meskipun terlihat sederhana, ternyata untuk proses fermentasinya membutuhkan waktu hingga sepekan hingga menjadi kefir yang siap digunakan untuk terapi.
Baca Juga: Ternyata Sit Up Nggak Bisa Mengecilkan Lemak di Perut, Lanjutin Latihan, Jangan?
Sebelum mendapatkan medali emas di ajang AISEF, kedua pelajar tersebut juga pernah ikut di ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) yang berlangsung 18-23 Desember 2020 secara virtual.
Hasil dari ajang I2ASPO tersebut, keduanya hanya mampu menyabet medali perak, sedangkan di ajang yang sama di tingkat nasional, yakni National Applied Science Project Olympiad 2020 menyabet medali perunggu. Sedangkan di ajang yang lebih tinggi, yakni AISEF justru menyabet medali emas dengan penelitian yang sama.
Tuh, semakin sering presentasi hasil riset di lomba, dua siswa ini makin terlatih.
Sayangnya meski demikian, menurut guru pembimbung Mirza dan Fariz, medali emas mereka belum tiba, nih.
"Medalinya belum kami terima karena masih menunggu," katanya. (*)