HAI-Online.com - Banjir yang melanda sebagian besar Jakarta kembali terjadi akhir pekan kemarin, menyusul hujan dengan intensitas lebat di wilayah tersebut.
Salah satu wilayah yang mendapatkan langganan banjir adalah kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Banjir ini seolah menjadi agenda tahunan yang nggak pernah terlewatkan.
Menanggapi masalah tersebut, salah seorang warganet menjelaskan secara ilmiah dan terperinci bagaimana kawasan Kemang selalu terkena banjir.
Baca Juga: Cegah Warganya Depresi, Jepang Kini Miliki Menteri Kesepian!
Akun dengan nama @pemudajawa memaparkan hal tersebut lewat serangkaian thread di akun Twitter-nya pada Minggu (21/2/2021). Tweet tersebut pun viral dan di-retweet hingga lebih dari 2500 warganet lain dan memperoleh 8500 likes.
Ia pun membongkar pertanyaan-pertanyaan yang muncul setiap kali banjir datang, seperti ‘bagaimana mengatasinya’, ‘sampai kapan’, hingga ‘salah siapa’.
Baca Juga: Air Banjir di Pekalongan Berwarna Merah Mirip Darah, Ternyata Karena Hal Ini
Menurutnya, secara sederhana banjir merupakan akibat dari nggak mampunya wadah-wadah seperti selokan, kali, sungai, drainase dalam menampung air hujan yang tinggi intensitasnya.
Bangunan dan permukiman yang memadati area daerah aliran sungai (DAS) juga berpengaruh pada melubernya air hingga menyebabkan banjir.
“Dari data tutupan lahan yg dirilis @KementerianLHK tahun 2019, terlihat bahwa tutupan kawasan terbangun & permukiman mencapai 93% dari DAS Krukut. Artinya apa? Di 93% area DAS Krukut, air hujan yg turun bakal 30-55% jd runoff, yg keserap ke tanah (infiltrasi) cuma 15-35%,” jelas pria bernama asli Bintang R. Wananda tersebut.
Selain itu, lebar sungai juga memiliki peran dalam bagaimana menahan laju air agar nggak meluap. Ironisnya, banyak bangunan yang posisinya sangat berdekatan dengan sungai, ditambah dengan ketiadaan tanggul atau parapet.
Nggak hanya menjelaskan soal penyebabnya, Bintang pun menyampaikan sederet solusi yang mesti dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Ia meminta pihak pemerintah melakukan langkah mulai dari pengurangan bahaya, penataan ruang dan bangunan, pembangunan infrastruktur pengendali banjir, pengendalian penurunan permukaan tanah, penyiapan masyarakat, penguatan manajemen krisis dan penguatan kelembagaan.
Baca Juga: Cewek Ini Bagikan Pengalamannya Ngedate dengan Wibu Lokak di TikTok
Sedangkan bagi masyarakat, selain nggak membuang sampah ke sungai juga diminta buat mulai mempertimbangkan green design pada rumah dengan memperhatikan penyerapan air sebagai antisipasi bencana alam seperti banjir ini. (*)
Penulis: Hanif Pandu