Google Doodle Benyamin Sueb, Biang Kerok Seniman Musik dan Film Betawi

Selasa, 22 September 2020 | 10:49
Kolase Gridhype.id

Benyamin Sueb

HAI-Online.com-Benyamin Sueb, seniman Betawiyang nggak pernah punya cita-cita itu meninggal usai koma setelah bermain sepakbola.

Bagaimana kisah perjalanan hidupnya? Nah, hari ini Google Doodlekenang almarhum dengan menampilkan sosok Benyamin Sueb, sebagaiartis, musisi, aktor, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia.
Baca Juga: Ramengvrl Resmi Gabung Label Musik Amerika, Sudah Rekaman di Studio Empire Bekas XXXTENTACION
Munculnya almarhum Benyamin Sueb sebagai doodle di Google tak lama setelah film Benyamin Biang Kerok 2 diputar di platform digital Disney+ Hotstar, Jumat (18/9/2020) pekan lalu.
Disalin dari laman Wikipedia.org, Benyamin Sueb lahir di Batavia, 5 Maret 1939 dan meninggal dunia di Jakarta, 5 September 1995 pada umur 56 tahun.
Semasa hidupnya, Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film.
Baca Juga: Tolak Masker Hingga Percaya Teori Konspirasi, 5 Musisi Internasional Ini Disebut Covidiot
Masa Kecil Benyamin
Sejak kecil, Benyamin Sueb sudah merasakan getirnya kehidupan.
Bungsu delapan bersaudara pasangan Suaeb-Aisyah kehilangan sosok sang ayah sejak umur dua tahun.
Karena kondisi ekonomi keluarga yang tak menentu, si kocak Ben sejak umur tiga tahun diizinkan ngamen keliling kampung dan hasilnya buat biaya sekolah kakak-kakaknya.
Benyamin Sueb sering mengamen ke tetangga menyanyikan lagu Sunda Ujang-Ujang Nur sambil bergoyang badan.
Orang yang melihat aksinya menjadi tertawa lalu memberikannya recehan 5 sen dan sepotong kue sebagai imbalan.
Penampilan Ben kecil memang sudah beda, sifatnya yang jahil namun humoris membuat Ben disenangi teman-temannya.
Seniman yang lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939 ini sudah terlihat bakatnya sejak anak-anak.
Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin Sueb yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat - menurunkan darah seni itu dan Haji Ung alias Jiung yang juga pemain teater rakyat pada zaman kolonial Belanda.
Saat kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat Orkes Kaleng.
Baca Juga: Nggak Nyangka, Kangen Band Pernah Masuk di Jurnal Internasional, Judulnya Bikin Salfok
Benyamin bersama saudara-saudaranya membuat alat-alat musik dari barang bekas.
Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit.Dengan alat musik itu mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu.
Mah, kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun menjadi cikal bakal kiprah Benyamin di dunia seni.
Dari tujuh saudara kandungnya tercatat hanya Benyamin Sueb yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi.
Benyamin Sueb memulai Sekolah Dasar (dulu disebut Sekolah Rakyat) Bendungan Jago sejak umur 7 tahun.
Sifatnya yang periang, pemberani, kocak, pintar dan disiplin, ditambah suaranya yang bagus dan banyak teman, menjadikan Ben sering ditraktir teman-teman sekolahnya.
Instagram @si.rano
Instagram @si.rano

Postinga Rano Karno saat ziarah ke makam Benyamin Sueb

SD kelas 5-6 pindah ke SD Santo Yusuf Bandung,SMP di Jakarta lagi, masuk Taman Madya Cikini, yaitu satu sekolahan dengan pelawak Ateng.
Di sekolah Taman Madya, ia tergolong nakal. Pernah melabrak gurunya ketika akan kenaikan kelas, ia mengancam, "Kalau gue kagak naik lantaran aljabar, awas!"
Lulus SMP ia melanjutkan SMA di Taman Siswa Kemayoran. Sempat setahun kuliah di Akademi Bank Jakarta, tetapi tidak tamat.
Baru setelah menikah dengan Nonnie pada 1959 (mereka bercerai 7 Juli 1979, tetapi rujuk kembali pada tahun itu juga), Benyamin Sueb kembali menekuni musik.
Bersama teman-teman sekampung di Kemayoran, mereka membentuk Melodyan Boy.
Benyamin Sueb nyanyi sambil memainkan bongo. Bersama bandnya ini pula, dua lagu Benyamin terkenang sampai sekarang, Si Jampang dan Nonton Bioskop.
Baca Juga: Nggak Disangka-sangka, Yoriko Angeline Pernah Bercita-cita Jadi Pemain Bola
Karier tanpa cita-cita, tapi ogah korupsi
Uniknya,Benyamin Sueb mengaku tidak punya cita-cita yang pasti.Tergantung kondisi, kata penyanyi dan pemain film yang suka membanyol ini.
Benyamin Sueb pernah mencoba mendaftar untuk jadi pilot, tetapi urung gara-gara dilarang ibunya.Ia akhirnya jadi pedagang roti dorong.
Pada tahun 1959, ia ditawari bekerja di perusahaan bus PPD, langsung diterima.Tidak ada pilihan lain, katanya.Pangkatnya cuma kondektur, dengan trayek Lapangan Banteng - Pasar Rumput.
Itu pun tidak lama. "Habis, gaji tetap belum terima, dapat sopir ngajarin korupsi melulu," tuturnya.
Korupsi yang dimaksud ialah, ongkos penumpang ditarik, tetapi karcis tidak diberikan. Ia sendiri mula-mula takut korupsi, tetapi sang sopir memaksa.
Sialnya, tertangkap basah ketika ada razia.
Benyamin Sueb tidak berani lagi muncul ke pool bus PPD.Kabur, daripada diusut.
Sebenarnya selain menekuni dunia seni, Benyamin Sueb juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan serius diantaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).
Perjalanan musik
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin Sueb dengan satu grup Naga Mustika.
Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin Sueb.
Dalam perkembangannya, duet Benyamin Sueb dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling populer pada zamannya di Indonesia.
Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar.
Sampai-sampai Lilis Suryani, salah satu penyanyi yang terkenal saat itu tersaingi.
Baca Juga: Review Si Doel The Movie: Mandra Juara, Anak Betawi ya Gitu-gitu Aja
Jati Diri Bens
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang Kromong Modern.
Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik, dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang, kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan jati dirinya.
Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari.
Tidak hanya oleh masyarakat Betawitetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.
Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin Sueb menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.
Pasca Duet
Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben mencari pasangan duetnya.
Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil merilis beberapa album, di antaranya Nenamu dengan tembang andalan seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan Pelajan Toko.
Dunia Film
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin Sueb mendapatkan kesempatan untuk main film.
Kesempatan itu tidak disia-siakan.
Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi(1971), Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawiserta Intan Berduri (1972) yang disutradari Sjumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya.
Dalam Intan Berduri, Benyamin Sueb mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.
Baca Juga: Miris! Oknum Polisi Tilang ABG di Pontianak Tapi Berujung Dibawa ke Hotel dan Dicabuli
Detik Akhir
Pada akhir hayatnya, Benyamin Sueb juga masih bersentuhan dengan dunia panggung hiburan.
Selain main sinetron atau film televisi (Mat Beken dan Si Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup Rock Al-Hajj bersama Keenan Nasution.
Lagu seperti Biang Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Kontribusi Seni
Dalam dunia musik, Bang Ben, begitu ia kerap disapa, adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisionalBetawi, khususnya kesenian Gambang Kromong.
Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin popular.
Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya lagu-lagu asing di Indonesia.
Pelarangan tersebut ternyata tidak menghambat karier musik Benyamin, malahan kebalikannya.
Dengan kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu dengan unsur modern.
Meninggal Dunia
Benyamin Sueb yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung.
Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat memengaruhi hidupnya.
Bens Radio 106.2 FM
Benyamin Sueb mendirikan Radio FM dengan nama Bens Radio.
Radio ini didirikan oleh Benyamin Sueb pada 5 Maret 1990.
Bens Radio adalah unit Enikom Network dengan format radio etnik, yaitu radio yang menggali potensi budaya Betawi, agar audience dapat merasakan budayanye sendiri, berkesenian dengan tradisinye sendiri, bertutur dan berdialog dengan bahasanya sendiri.
Budaya dan etnik Betawiterus menerus berdaptasi dengan perubahan zaman, seiring dengan perubahan karakter audience dan percepatan teknologi serta gaya hidup.
Program radio etnik dikemas dalam balutan kreatif budaya masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
Dijadikan Nama Jalan
Pada tanggal 6 Desember 1995, Pemerintah DKI Jakarta mengabadikan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan di daerah Kemayoran. (*)
Artikel ini telah tayang ditribun-timur.comdengan judulGoogle Doodle Benyamin Sueb, Siapa Dia? Hasilkan 75 Album Musik dan 53 Film

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya