Siswa SD di Grobogan Dibully Sampe Depresi, Kepsek: Cuma Kegaduhan Biasa Antarsiswa

Rabu, 09 Oktober 2019 | 09:49
PIXABAY/WOKANDAPIX

Ilustrasi depresi

HAI-Online.com -Seorang siswa SD di Kecamatan Wirosari, Grobogan berinisial RSmengalami depresi berat setelah menjadi korban bullying dari beberapa teman sekelasnya dalam waktu dua tahun belakangan.

Menurut keterangan Ibunda RS, Masrikah, tindak perundungan yang diterima membuat kondisi psikis sang anak menjadi nggak stabil, di mana dia lebih memilih untuk berdiam diri di rumah karena takut bertemu dengan orang lain.

Masrikah menjelaskan, anaknya mulai menjadi korban bullying ketika duduk di bangku kelas 4 SD, tepatnya setelah memecahkan jam dinding kelas saat tengah bermain sepak bola bersama teman-temannya.

Nggak cuma verbal, siswa yang saat ini duduk di bangku kelas 6 SD itu bahkan pernah menerima tindak kekerasan fisik dari teman-temannya, mulai dari dijambak, diludahi, disiram menggunakan air, hingga disekap dalam kelas.

Baca Juga: Pengen Cantik tapi Kriminal, Cewek di Ngawi Nekat Curi Sepeda Motor Demi Beli Kosmetik

"Sejak saat itu anak saya selalu di-bully. Bahkan pernah disekap di kelas oleh teman-temannya sekelas. Rambutnya dijambak, diludahi, disiram air dan kekerasan lain. Kami sudah konfirmasi ke sekolah, namun respon tak baik. Bahkan suami saya diusir," ceritanya, dikutip dari Kompas.com.

Dari situ lah, kepribadian RS langsung mengalami perubahan drastis, di mana dia mulai nggak bersemangat sekolah, dan tak lagi rajin mengaji seperti dulu.

"Awalnya tak mengaku, setelah kami desak RS akhirnya mengaku telah dibully teman-temannya. Sejak saat itu RS sering tak masuk sekolah. Periksa ke dokter syaraf kepala hingga psikiater. Kata dokter depresi," ungkap Masrikah menambahkan sambil menunjukkan surat pemeriksaan medis.

Menanggap hal tersebut, Kepala Sekolah di tempat RS menuntut ilmu, Ngadiman membenarkan bahwa RS mulai nggak aktif bersekolah setelah berselisih dengan teman-teman sekelasnya, tapi membantah kalau tindakan tersebut merupakan bullying.

"Mohon maaf tidak ada istilah bullying. Ini kejadian gaduh biasa antarsiswa. Orangtua tidak tahu persis kejadiannya, hanya menerima laporan anaknya," ujar Ngadiman.

Baca Juga: Menurut Penelitian, Musik Hip Hop Berpotensi Pulihkan Gangguan Mental

Selain itu, pihak sekolah mengaku telah menyelesaikan permasalahan secara baik-baik sejak pertama kali insiden itu menimpa RS, dan melakukan pendekatan serta pendampingan kepada pelajar berusia 12 tahun tersebut.

"Ini orangtuanya artinya membuat permasalahan baru. Sejak awal kelas 6 masuk cuma tiga kali, kami pun fasilitasi dengan mengirim materi ke rumah hingga ujian di rumah. Intinya kami peduli, apalagi sekolah favorit." terangnya lebih lanjut.

Ngadiman menambahkan, pihaknya mempersilakan orang tua RS untuk datang ke sekolah guna mencari solusi terbaik bagi sang anak.

"Silahkan dirembug ke sekolah. Kami siap mencarikan solusi. Jangan sampai ada masalah tanpa ketuntasan. Jadi kami terbuka dan tak pernah mengusir," tutup Ngadiman.

Semoga kasus ini bisa segera diselesaikan, dan menghasilkan solusi yang terbaik bagi kedua belah pihak ya. (*)

Tag

Editor : Al Sobry

Sumber Kompas.com