HAI-Online.com – Tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki jumlah tunanetra terbesar kedua di dunia, setelah Ethiopia. Dari 3,5 juta jiwa penduduk buta sebagian besarnya adalah remaja seperti kita.
Mereka bersekolah, ikut ujian nasional bahkan bersaing dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Mereka juga bermain handphone persis seperti kita, mereka punya bakat dan bersahabat.
Nah, dalam sebuah film dokumenter berjudul Aim for the Stars, atau Menggapai Bintang karya Ucu Agustin (sutradara) dan Mila K. Kamil (produser). Kisah persahabatan dua remaja tunanetra ini direkam untuk dibagikan ke masyarakat agar berdampak.
Baca Juga: Good Pitch Indonesia Ajak 5 Film Dokumenter Karya Sineas Lokal Menyebarluaskan Dampaknya
“Ceritanya simpel, kisah persahabatan dua remaja berteman sejak kecil, satu pindah ke Amerika, Dea. Dan satu lagi Salsabila, dia bersekolah inklusi di Jakarta,” tutur Ucu Agustin saat ditemui HAI usai pitching filmnya di Good Pitch Indonesia.
Lebih jelasnya, Salsabila dan Dea ini merupakan orang orang yang bersahabat dan sama-sama tak bisa melihat sejak lahir. Namun, mereka punya tantangan yang sama untuk mengarungi dunia seperti kita.
Pahit, manisnya perjalanan Salsa dan Dea ketika beranjak dewasa menggunggah penonton untuk berpikir lebih jauh, gimana sih kondisi yang saat ini dialami anak-anak muda berkebutuhan khusus di Indonesia.
Kalo melihat dari cuplikan filmnya, kita bisa melihat Dea (anak tunanetra Indonesia yang tinggal di Amerika) sedang belajar menyetir, sementara Salsa yang bersekolah di SMAN 54 Jakarta, sekolah inklusif yang mendudukan murid umum dan bekebutuhan khususnya dalam satu kelas yang sama sedang berjuang melakukan aktivitas seperti remaja pada umumnya.
"Saya ingin melakukan hal yang sama dengan teman-teman yang bisa melihat. Saya ingin kuliah di PTN,” kata Salsabila di acara Good Pitch Indonesia di Hotel JS Luwansa, Jakarta pada Kamis (5/9/2019) lalu.
Kisah dokumenter Menggapai Bintang ini telah menjadi salah satu dari lima film dokumenter karya anak bangsa yang terpilih dalam ajang Good Pitch Indonesia 2019.
“Salsa dan Dea ini sama-sama berjuang untuk meruntuhkan stigma mengenai tunanetra yang sering dianggap tidak bisa apa apa,” timpal Mila, selaku impact produser film Menggapai Bintang di acara yang sama.
Film dokumenter Menggapai Bintang, akhirnya bakal menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa melihat potensi remaja tunanetra sama dengan remaja lainnya. Dea bisa melakukan hal yang remaja lakukan, begitu juga Salsa, meski keras dalam kehidupan sekolah inklusinya dia melakukan perjuanggannya menggapai cita-cita yang diinginkan.
“Dari kecil pengen banget jadi guru matematika. Begitu SMP,ngerasain matematika itu rumit juga ya (apalagi bagi netra sepertinya.red) karena harus ada gambar bangun, diagram dan lain-lain yang visual.” kata Salsa bahwa selama ini dia belajar matematika menggunakan buku umum dan bukan buku khusus braile, meski terkadang harus dibantu teman, tapi sekolahnya belom bisa membantu secara penuh untuk murid-murid berkebtuhan khusus.
Baca Juga: Wisudawan Peraih IPK Tertinggi Ini Pernah Ditolong Guru Biar Nggak Putus Sekolah
“Suatu saat aku pengen bisa memecahkan masalah ini agar bisa ngajar matematika untuk teman-teman tunanetra,” jelas Salsa lagi.
Dari kisah keduanya, kita jadi tahu bahwa masih banyak remaja tunanetra yang sangat membutuhkan khususnya dalam pendidikan yang setara.
Film ini sedang dalam tahap penyelesaian setelah syuting selama lebih dari dua tahun. Pada 2020, filmnya sudah bakal bisa disaksikan bersama. (*)