HAI-ONLINE.COM - Ada dokter mulia yang pekerjaannya nggak menangani manusia. Yap, dokter hewan namanya. Barangkali kamu tertarik jadi dokter hewan, yuk kita kenali dulu seluk-beluk profesi dokter hewan ini.
Dokternya Kingdom Animalia
Ngomongin dokter hewan, panggilannya, sih, dokter juga. Tapi, kalo dokter pada umumnya punya tugas utama menangani kesehatan dan penyakit yang diderita oleh manusia, dokter hewan justru bakal berurusan sama segala makhluk berwujud binatang atau hewan.
Secara global atau mendunia, profesi dokter hewan atau veteriner ini sesungguhnya termasuk ke dalam golongan general practitioner.
Artinya, kerjaan seorang dokter hewan itu betul-betul mencakup semuanya, termasuk konsultasi umum, atau nanganin kasus bedah.
Nah, kalo soal cakupan pasien, seorang dokter hewan jelas nggak boleh pilih-pilih hewan yang mesti ditangani. Bukan cuma hewan peliharaan pada umumnya aja, tapi juga hewan lain, termasuk hewan ternak, tupai, bahkan iguana.
Baca Juga: 5 Fakta Takefusa Kubo, Messi Jepang yang ‘Khianati’ Barcelona demi Real Madrid
“Binatangnya yang kita tangani, ada yang kita sebut companion animal, itu anjing, kucing, atau small animal. Lalu ada exotic animal, burung, kelinci, atau hewan-hewan eksotik selain anjing dan kucing. Lalu di dalam hewan eksotik, ada hewan liar. Tapi kalau yang dilindungi, wajib lapor ke Departemen Kehutanan, atau ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Tapi kita terima semua dulu.” lanjut dokter hewan kelulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Untuk nanganin kesehatan hewan, para dokter hewan juga nggak cuma kerja praktek di klinik atau rumah sakit aja.
Mereka juga bisa dipanggil ke rumah pasien untuk mengecek kondisi kesehatannya. Dan, selayaknya dokter, dokter hewan pun harus siap waktu dibutuhkan dalam kondisi urgent, di manapun dan jam berapapun. Pokoknya, harus siaga dan dedikasinya demi kesehatan hewan mesti pol-polan. Wih!
Nggak Harus Sayang Hewan
Sebenernya, kriteria yang ideal buat jadi dokter hewan itu, bukannya harus sayang hewan, tapi harus berani menghadapi hewan apapun. Pun sekelas ular, lho!
“Saya pernah sekali itu meriksa ular. Betul-betul baru sekali. Sebenernya ya takut juga, tapi dipaksain, karena udah tanggung jawab kan mau gimana lagi,”curhat dokter Jimmy.
Yang paling penting, seorang veteriner juga nggak boleh merasa sok pintar atau sombong. Karena hal ini berguna banget dalam menjaga relasi antar dokter hewan, untuk perkara rujuk-merujuk pasien.
Lanjut, jadi dokter hewan itu sebenernya memungkinkan kita untuk ketemu banyak orang dari segala profesi. Bisa memperluas networking, bisa berkembang di bidang sendiri dan juga di bidang lain.
Malangnya, dokter hewan kadang juga mesti jadi “kambing hitam” waktu binatang yang ditanganinya mati. Padahal, belum tentu kesalahan sepenuhnya ada di dokter hewan. Syuliiiitt…
Tantangan
Berkecimpung di dunia kesehatan alias medis, bikin seorang dokter hewan harus terus mengikuti perkembangan yang ada. Karena pada dasarnya, ilmu kesehatan itu selalu berkembang, selalu berubah, dan selalu mengalami pembaharuan, maka dokter hewan dituntut untuk terus belajar.
Pendidikan
- 4 tahun pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Hewan
- 2 tahun pendidikan profesi
- Ujian kompetensi untuk mendapatkan piagam Surat Kompetensi Dokter Hewan
- Mendaftar PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia) untuk mendapatkan bukti keanggotaan, guna mengajukan STRV (Surat Tanda Registrasi Veteriner)
- Pengajuan STRV untuk mendapatkan ijin praktek