HAI-Online.com -Seorang cowok asal Inggris, Alex Hardy nekat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri karena merasa seksualitasnya hancur berkeping-keping setelah disunat akibat penyakit fimosis yang dideritanya.
Seperti yang dilansir HAI dari BBC, aksi bunuh diri Alex terbongkar usai cowok berusia 23 tahun tersebut mengirimkan sebuah pesan email kepada ibunya, yang baru dibaca 12 jam setelah dia nekat menghabisi nyawanya sendiri.
Menurut keterangan sang ibu, Lesley Roberts, dalam surat tersebut Alex menjelaskan bahwa motif dia melakukan bunuh diri adalah penyakitfimosis yang mau nggak mau mengharuskan dirinya untuk disunat.
Fyi aja nih sob, fimosis sendiri merupakan kelainan pada alat kelamin pria yang belum disunat di mana kulup melekat kencang dengan kepala penis sehingga membuatnya nggak bisa ditarik ke belakang melewati kepala penis.
Baca Juga : Stop Dulu Sarapan dengan 5 Buah Ini Kalo Nggak Mau Kesehatan Terganggu!
Lebih lanjut, Alex menceritakan bahwa dirinya sudah sempat konsultasi ke dokter dan diberi obat steroid untuk mengobati penyakit fimosis yang mengganggu aktivitas sehari-harinya tersebut, tapi dianggap sia-sia karena nggak membuat perubahan berarti.
Hingga akhirnya, seorang ahli Urologi menyarankan Alex untuk mengikuti prosedur sunat di usia 21 tahun, yang kemudian menyebabkan dirinya mengalami kesakitan luar biasa, dan mengalami disfungsi ereksi, sensasi terbakar, serta gatal pada bekas luka operasi.
Selain itu, Alex juga menjelaskan bahwa dirinya mengalami keram dan juga kontraksi otot yang meninggalkan rasa nggak nyaman hingga ke dalam perutnya.
"Sekarang aku hidup dengan organ seksual yang mati rasa dan rusak. Kehidupan seksual yang aku punya telah hancur berkeping-keping," cerita Alex dalam surat tersebut.
Menanggapi kisah Alex Hardy, seorang konsultan dokter bedah urologi, Trevor Dorkin mengatakan bahwa prosedur sunat yang dilakukan secara asal-asalan bisa berakibat fatal dan menyebabkan kerusakan pada penis.
Dorkin juga menambahkan bahwa dokter harusnya memberitahu konsekuensi yang akan diterima pasien setelah operasi sebelum melakukan prosedur sunat, apalagi kalau mereka sudah berusia remaja ataupun dewasa. (*)