Ketahuan, Rahasia Sekolah Terpencil Ini Raih Piala Emas Adiwiyata Adalah “Mencontek”

Selasa, 26 Februari 2019 | 10:47
smpsebelasbanjarsari

Ketahuan, Rahasia Sekolah Terpencil Ini Raih Piala Emas Adiwiyata Adalah “Mencontek”

HAI-Online.com – Kalo budaya mencontek siswa saat ujian boleh kalian perdebatkan atau jadiin rahasia yang nggak perlu dibongkar_karena pernah ikut mempraktikannya misalnya, tapi kalo mencontek soal kebaikan lingkungan sekolah, yang ini sih, bisa kita bahas sampai tuntas!

Adalah program Adiwiyata yang dikejar oleh salah satu sekolah terpencil di Banjar baru Kalimantan Selatan.

Pada dasarnya, program ini sangat dibutuhkan untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.Baca Juga : Ngobrol di The Grammy Museum, BTS Bahas Konsep Musik Kehidupan Anak Sekolah

Nah, kalo ada satu tempat yang baik untuk mencari ilmu pengetahuan, belajar norma dan etika yang menjadi dasar sikap manusia, yang tepat dan ideal adalah di sekolah. Kalo program in terus menerus dilakukan, nggak menutup kemungkinan sekolah bisa meraih penghargaan tertinggi dengan meraih tropi emas Adiwiyata Nasional. Wih!

Cerita ini dimulai pada tahun 2000,SMPN11Banjarbarutermasuk sekolah terpencil yang nggak diminati warga untuk sekolah di sana. Muridnya persis sejumlah murid di Laskar Pelangi plus satu, jadi Cuma punya 11 murid yang belajar di Jl Golf,LandasanUlin, Banjarbaru.

Sekarang, sekolah ini menjadi sekolah berprestasi nasional yang muridnya udah mencapai 778 orang.

Rahasia suksesnya ada di tangan dingin H Basriansyah MM MPd, seorang pendidik yang memang patut diacungi jempol. Di mana saja ia ditempatkan mengajar, selalu ada prestasi yang diraih, sehingga nggak heran ia banyak disuka para guru dan murid.

"Tahun 2000 sekolah ini berdiri. Lingkungannya dikelilingi hutan, banyak rawa dan pohon galam. Menuju sekolah ini hanya berupa jalan setapak sepanjang 2 km. Guru cuma ada 6 orang dan anak-anak yang minat sekolah di sini hanya 11 orang," ungkapnya sepereti HAI kutip dari Banjarmasin.tribunnews, Selasa (26/2/2019).

Beberapa calon kepala sekolah nggak ada yang mau ditempatkan di sini. Sudah mah lokasinya 5 Km dari jalan raya, akses jalan ke dalam juga sulit.

Guru Memulai, Murid Meniru!

banjarmasin post

H Basriansyah mengajak murid mengelola tanaman hias

Tahun pertama itu Basriansyah banyak melakukan penataan fisik sekolah. Tentunya nggak lain biar sekolah ini diminati masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di sini.

"Selesai jam belajar, saya jarang langsung pulang, tapi ambil parang dan cangkul untuk membuat taman. Para guru yang masih sedikit itu juga tanggap dan respon untuk bekerjasama bekerja," cerita Basriansyah.

Para murid setelah pulang, kemudian kembali lagi untuk membantu. Ini berlangsung hingga sore.

"Saat hari libur, saya tidak full istirahat. Melainkan menghabiskan sebagian hari libur untuk menata dan merapikan wajah sekolah," paparnya

Misinya, menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Makanya tahun ketiga berdirinya sekolah ini sudah meraih juara II sekolah sehat se-Kalsel.

Dari Sekolah Sehat jadi Sekolah Kuat!

Modal awal yang bagus untuk sekolah yang dibina Pak Basriansyah, setelah meraih juara kedua sekolah sehat, usaha mempertahankan prestasi terus dilakukan agar lebih baik lagi.

Tahun keempat ada pengaspalan jalan yang memudahkan para murid ke sekolah. Melalui upaya Walikota Banjarbaru saat itu, Rudy Resnawan, banyak bantuan untuk membuat pagar, pengurukan, paving blok dan sebagainya.

Murid bahu membahu

Hasil nggak mengkhianati usaha keras, makanya pada 2005 sekolah ini meraih gelar juara 1 sekolah sehat tingkat provinsi Kalsel dan di nasional peringkat 9 dari ribuan SMP di tanah air.

Pada 2006 sekolah ini mewakili Kalsel pada lomba sekolah berwawasan lingkungan nasional dan meraih juara II. Sementara juara I-nya adalah SMPN 1 Moro, Mojokerto dan Juara III adalah SMPN 4 Manado.

Mulai “Mencontek”

Mempertahankan prestasi itu nggak boleh lemah, usaha harus terus dilakukan agar mencapai tujuan yang lebih tinggi lagi.

Oleh sebab itu kemudian dilakukan studi banding ke SMPN 1 Moro untuk mengetahui apa yang menjadi faktor sekolah itu meraih juara I? Ternyata sekolah ini memang layak jadi juara I.

"Kami tiru apa saja yang bagus di sekolah tadi. Kami tanam pohon peneduh dengan bangku beton di bawahnyaa. Semua ruang juga dilengkapi wastafel," bebernya.

Baca Juga : Millennial Memilih Serentak! Ini 5 Alasan Kenapa Anak Muda Harus Siapin 5 Menit di TPS

Jadi sebagian besar hasil melihat atau studi banding, baik ke Moro, Makassar dan Malang.

Kemudian pada 2008 ada sosialisasi sekolah Adiwiyata se-Kalsel. Pihak kementerian menyatakan bahwa belum ada sekolah Adiwiyata di Kalsel, sementara di Kalteng sudah ada dua sekolah.

Saat penilaian Adiwiyata tingkat provinsi Kalsel pada 2009, sekolah ini meraih peringkat II, pada 2010 peringkat I dan 2011 menjadi calon Adiwiyata Nasional, akhirnya pada 2012 meraih prestasi Adiwiyata nasional.

"Pada 2015 kami mendapat Adiwiyata Mandiri dan berhak menerima tropi emas yang kemudian diacarakan di Istana Negara dan tropi diserahkan langsung oleh presiden Jokowi," pungkasnya bangga. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya