HAI-ONLINE.COM - Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang biasa disingkat dengan sebutan SNMPTN pastinya sangat dinanti oleh anak-anak SMA yang ingin masuk universitas negeri bergengsi.
Biasanya, mereka bekerja keras selama sekolah; mencari prestasi agar bisa ikut dan akhirnya lulus tes SNMPTN di kemudian hari saat ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri.
Baca Juga : Cuma di Indonesia: Pengemudi yang Pake GPS Bakal Ditilang Polisi
Namun bagaimana ceritanya kalau sudah berprestasi, malah gagal ikut SNMPTN?
Seorang netizen bernama Dina Angelina Pane membuat sebuah utas di Twitter mengenai kisah adiknya yang berprestasi namun nggak bisa ikutan SNMPTN.
"Halo @Kemdikbud_RI, perkenalkan saya dina. Saya ingin menyampaikan ketidakadilan yang menimpa adik saya seputar pendaftaran SNMPTN yang dilakukan sekolahnya," ujarnya, membuka utas yang sampai artikel ini ditulis sudah mendapatkan 2 ribu lebih retweet.
Ia menjelaskan kalau adiknya adalah siswa yang berprestasi di SMA-nya. Pada tahun 2017-2018, menurut Dina, adiknya berhasil terbang ke Spanyol mewakili Indonesia untuk ikutan pertukaran pelajar.
"Bahkan pada semester lalu pasca kepulangannya ia MASIH berhasil menduduki peringkat satu di sekolahnya," tambah Dina.
Sebagai delegasi Indonesia, kala itu adiknya harus cuti selama setahun dari sekolah untuk pertukaran pelajar di Spanyol.
"Kondisi ini didukung oleh kebijakan sekolahnya dengan memberi izin berupa surat cuti sekolah selama setahun," jelas Dina.
Baca Juga : Ini Isi Blogspot Anak SMK yang Jadi Landasan Akademik RUU Permusikan
Menurut Dina, seharusnya pihak sekolah menonaktifkan status akademik adiknya, dan otomatis, nggak ada nilai yang dihasilkan, dong?
"Namun sangat disayangkan ketika masa pendaftaran SNMPTN ini adik saya tidak lulus karena dianggap nilai turun (pada masa ia cuti) dan dianggap tidak naik kelas," tegasnya.
"Hal ini membuat saya bingung bagaimana ada nilai itu muncul dan setelah di-follow up kepada sekolahnya, pihak sekolah mengaku adanya human error yang meng-input nilai pada semester ketika adik saya cuti," tambah Dina.
Akibat adanya human error itu, adiknya nggak bisa mengikuti seleksi SNMPTN di tingkat sekolahnya.
"Saya sangat menyayangkan respon pihak sekolah yang tidak membantu akan kelanjutan masalah ini, tidak ada kejelasan terkait bagaimana bisa nilai itu muncul. Disini posisi adik saya menjadii sangat dirugikan terlepas atas segala prestasi yang sudah dicapai," tuturnya.
"Saya butuh masukan dan pendampingan , kemanakah saya harus mengadu untuk menclearkan masalah ini. Karena saya yakin adik saya bukannya tidak mampu, tapi ini efek dari kesalah system yang membuatnya dirugikan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih @Kemdikbud_RI," pungkasnya.
Lebih lanjut, Dina pun berkomentar, seharusnya, pihak sekolah memasukkan status "Pertukaran Pelajar" pada saat adiknya sedang berada di Spanyol. Namun, menurut Dina, sekolah nggak melakukan hal tersebut, "dan membuat data adik saya seolah nggak naik kelas. Di sinilah letak human error PERTAMA yang dilakukan sekolah."
"Selanjutnya, tahun lalu, ketika adik saya sedang menjalankan prorgram pertukaran, pihak sekolah malah tetap mendaftarkannya ke snmptn dan memasukkan NILAI DI BAWAH KKM di kolom kelas 12. Padahal saat itu seharusnya adik saya tidak didaftarkan."
Semoga siswa berprestasi yang sudah mengharumkan nama Indonesia sebagai pelajar berprestasi ini dapat mendaftarkan dirinya ke SNMPTN dan masuk ke universitas yang diimpi-impikan selama ini, ya!