Follow Us

Magic Magic, Tantangan Baru Michael Cera

Rian Sidik (old) - Minggu, 22 September 2013 | 05:25
Magic Magic Tantangan Baru Michael Cera
Rian Sidik (old)

Magic Magic Tantangan Baru Michael Cera

Superbad, Juno dan Year One berhasil membentuk citra seorang Michael Cera menjadi seorang nerd yang imut dan lemah. Adalah Sebastian Silva, sutradara asal Chili, yang menantangnya memerankan tokoh berbeda dalam proyek sampingannya berjudul Magic Magic ketika mengerjakan proyek utamanya, yaitu sebuah film berjudul Crystal Fairy di Chili, yang juga diperankan oleh Michael Cera. Film bergenre psychological thriller ini digarap secara independent dengan budget yang minimal.

Kisah dalam film ini berpusat pada seorang Alicia (Juno Temple) yang berlibur bersama sepupunya, Sarah (Emily Brown) di Chili. Liburan ini tidak hanya sebuah pengalaman pertama bagi Alicia mengunjungi Chili, tetapi juga pengalaman pertama baginya keluar Amerika Serikat. liburan ini pun bukan atas kehendaknya, tetapi atas paksaan orang tuanya untuk alasan yang dibiarkan menjadi misterius.

Alicia bergabung bersama Sarah dan kekasihnya yang bernama Agustin, penduduk asli Chili, serta kakak Agustin bernama Barbara, yang sedikit sinis dengan para kulit putih, dan Brink (Michael Cera), anak diplomat AS yang sudah 2,5 tahun tinggal di Chili. Mereka berlibur ke selatan, suatu wilayah terpencil yang jauh dari perkotaan dan memiliki pemandangan alam yang mengagumkan. Hal ini memberi tambahan nilai bagus bagi sisi sinematografinya dan menjadi sebuah usaha yang berhasil bagi Silva untuk mempromosikan wisata tanah airnya.

Tetapi sayangnya, Sarah memutuskan untuk menunda keikutsertaannya pada acara liburan tersebut dan meninggalkan Alicia di daerah yang asing bersama orang-orang asing yang kerap berbicara dengan bahasa yang asing baginya. Hal ini membuat Alicia merasa tersisih, terlebih lagi Alicia merasa bahwa Brink adalah orang gila yang sadis dan Barbara adalah wanita mengerikan yang membencinya. Rasa takutnya terhadap teman-temannya semakin diperparah dengan kehadiran seekor anjing penggembala yang hampir memperkosanya. Terlebih lagi insomnianya membuatnya sama sekali tidak tidur berhari-hari. Bahkan ketika Sarah akhirnya ikut bergabung, paranoianya tetap tidak membaik.

Kondisi Alicia menempatkannya sebagai protagonis dan korban dari teman-teman antagonisnya, terutama Brink yang kerap membuatnya merasa tidak nyaman dengan sikap dan cara bicaranya. Tetapi hal itu hanya bertahan hingga pertengahan cerita ketika tiba-tiba Alicia berubah menjadi sang antagonis yang membuat semua anggota kelompoknya merasa takut dan tidak nyaman, bahkan berhasil menghapus senyum yang selalu ada di wajah Brink dan menimbulkan kematian.

Meskipun berjudul Magic Magic, hal yang berkaitan dengan ghaib bukanlah objek utama dalam film ini meskipun ada satu adegan ketika Agustin yang ahli menghipnotis berusaha menunjukkan bakatnya pada Alicia dan ada satu adegan yang melibatkan upacara suku Indian yang memberikan suasana mistis nan mencekam.

Seperti film-film misteri pada umumnya, ada bagian-bagian dalam film yang dibiarkan lewat begitu saja dan meninggalkan lubang besar dan banyak pertanyaan tertinggal. Tetapi setidaknya, Magic Magic tetap mampu mempertahankan ritmenya sehingga ia tidak akan ditinggalkan penonton di tengah-tengah cerita. Keberhasilan setiap pemain dalam mendalami perannya bisa menjadi kuncinya. Juno Temple berhasil menunjukan raut wajah tersiksa dan terasing yang membuat kita terhanyut membela dan membenci Brink. Michael Cera pun tanpa disangka berhasil melepas karakter yang selalu melekat padanya dan mampu membuatnya menjadi tokoh yang paling mencurigakan sekaligus paling menyebalkan.

Minimnya budget hampir membuat film ini tidak akan dirilis ke layar lebar dan hanya diproduksi dalam bentuk dvd. Tetapi setelah berhasil mendapat kritik positif dalam gelaran Sundance Film Festival tahun 2013 dan Cannes Film Festival 2013, Magic Magic pun menemui tanggal rilisnya, yaitu 28 Agustus 2013 di Amerika Serikat.

Editor : Hai

PROMOTED CONTENT

Latest