5 Fakta Menarik Seputar Grammy Awards, Pernah Ganti Nama Sampai Desain Piala

HAI-Online.com - Mendapatkan penghargaan bagi para musisi dan pelaku industri musik atas karya mereka tentu merupakan suatu kebanggaan tersendiri.

Apalagi kalau penghargaan sekelas Grammy Awards, yang merupakan salah satu penghargaan bergengsi dalam industri musik.

Grammy Awards baru saja selesai melangsungkan upacara penghargaannya yang ke-61 di Staples Center, Los Angeles, pada Minggu (10/2/2019) waktu setempat.

Acara tersebut menampilkan 84 penghargaan dalam beberapa kategori. Tahun ini, sejumlah musisi mendapat kesempatan untuk bersinar dengan meraih Grammy, di mana Childish Gambino yang jadi sorotan utama karena berhasil membawa 4 penghargaan besar.

Grammy Awards sendiri sampai kini memang masih jadi acara yang dapat perhatian dunia. Bermula pada 1959, berikut adalah sejumlah fakta menarik Grammy Awards yang dilansir dari Kompas.com:

Baca Juga : Daftar Pemenang Grammy 2019 Dari Genre Rock dan Metal

1. Berubah nama

Pada awalnya, penghargaan ini berasal dari pihak yang bergelut dalam industri rekaman yang memiliki peran penting pada era 1950-an.

Seiring berjalannya waktu, beberapa eksekutif musik memutuskan untuk menciptakan penghargaan yang diberikan seperti Piala Oscar (Academy Awards) dan Emmy Awards.

Hingga akhirnya, diselenggarakan acara perdana yang disebut Gromophone Award.

Pemenang nominasi ajang tersebut akan mendapat piala yang berbentuk fonograf sebagai penghormatan kepada Thomas Alva Edison. Nggak lama setelah itu, akhirnya penghargaan berubah menjadi Grammy Awards.

2. Dua tempat

Pada perhelatan perdana, acara dilaksanakan di dua lokasi, Hotel Beverly Hilton di Beverly Hills California, dan Park Sheraton Hotel di Kota New York.

Acara tersebut diselangarakan pada 4 Mei 1959 dengan 28 piala nominasi ketika itu diberikan kepada pemenang.

Jumlah penghargaan yang diberikan mengalami pasang surut selama bertahun. Terdapat kategori yang ditambah dan ada juga kategori yang dihapus.

Baca Juga : Ini Wakil Childish Gambino yang Menerima Piala Grammy Awards 2019

3. Desain piala diubah

Ketika seorang musisi berhasil menang, dia akan menerima Piala Grammy berbentuk gramofon berlapis emas. Piala ini dibuat dan dirakit kali pertama oleh Billing Artworks di Ridgway, Colorado.

Pada era 1990-an, desain piala diubah dengan menambahkan komposisinya agar lebih kuat dan tak mudah rusak. Alhasil, piala menjadi lebih besar.

Dalam piala tersebut, terukir nama pemenang. Sampai 2009, total ada 7.578 trofi Grammy yang telah diberikan.

4. Pindah-pindah lokasi

Los Angeles dan New York merupakan kota pelaksana acara bergengsi tersebut. Kemudian ditambah Chicago dan Nashville.

Dari tahun ke tahun pindah-pindah di antara kedua kota tersebut. Dari Felt Madison Square Garden di New York City, dan kemudian Tennessee's Nashville Theatre dalam dua tahun berikutnya.

Akhirnya, pada 1974 hingga 2003, Grammy difokuskan pada New York City dan Los Angeles. Lokasi penting termasuk Madison Square Garden di New York City dan Radio City Music Hall dan Auditorium Kuil Los Angeles, Staples Center dan Hollywood Palladium.

Akhirnya, pada 2004 Staples Center menjadi rumah permanen dari upacara penghargaan.

Baca Juga : Sedih, Haruka Eks-JKT48 Buka-Bukaan Soal Orangtuanya yang Selama Ini Ditutupi

5. Ada Museum Grammy

Selain penghargaan, Grammy juga membuat museum yang terletak di seberang jalan Staples Center di Los Angeles. Tujuannya untuk melestarikan perjalanan sejarah Grammy Awards.

Dalam museum tersebut terdapat beberapa pemenang teratas setiap tahunnya, dari Rekaman Terbaik, Artis Baru Terbaik, Album Terbaik, dan Lagu Terbaik.

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

Semenjak dipublikasikan, Rancangan Undang-undang (RUU) Permusikan langsung menjadi sorotan dan mendapatkan banyak penolakan dari berbagai macam kalangan, salah satunya oleh budayawan Sujiwo Tejo. Melalui akun Twitter miliknya @ sudjiwotedjo, pria berusia 56 tahun ini mengusulkan kepada DPR untuk membuat RUU Pernafasan guna melengkapi RUU Permusikan dan Indonesia bisa makin dikenal sebagai negara hukum. . "Pagi. Gimana kalau dibentuk RUU Pernafasan, untuk melengkapi RUU Permusikan dll. Ini agar Indonesia bisa disebut negara hukum saking banyaknya UU. Contoh pasal UU Pernafasan: Abis makan pete apalagi jengkol dilarang naik lift," tulis Sujiwo Tejo pada Rabu kemarin (6/2). . Sebelumnya, Sujiwo Tejo juga sempat menyampaikan sikap penolakan terhadap RUU Permusikan melalui akun Twitter miliknya pada Senin lalu (4/2). . Dalam cuitan pertama, pria kelahiran Jember tersebut menjelaskan bahwa akan ada debat kusir imajiner apabila nantinya pemerintah benar-benar mengesahkah RUU Permusikan. . "Debat kusir imajiner ini betul-betul akan terjadi bila pasal karet dalam RUU Permusikan disahkan #TolakRUUPermusikan," tulis @ sudjiwotedjo sambil memberikan contoh kasus. Lebih lanjut, Sujiwo Tejo menjelaskan bahwa apabila RUU Permusikan disahkan, seseorang bisa dengan mudah mempolisikan musisi hanya karena lirik dalam lagu buatannya. . "Realitas khayalan ini akan jadi realitas konkret jika pasal karet RUU Permusikan disahkan #TolakRUUPermusikan," tulisnya sambil kembali memberikan contoh kasus. Sujiwo Tejo pun menyarankan supaya DPR membuat Undang-undang Tulisan Bokong Truk karena bisa menimbulkan ketersinggungan apabila ditanggapi secara serius. Kalau menurut kalian gimana nih? RUU Permusikan sendiri sebaiknya dicabut atau direvisi setelah mendapatkan banyak penolakan dari berbagai macam pihak? . #beritahariini #marimembaca #ruupermusikan #undangundang #menokak #sindiran #sudjiwotedjo #haionline #youngnloud

A post shared by HAI (@hai_online) on Feb 7, 2019 at 1:09am PST

 (*)

Video Pilihan

PROMOTED CONTENT