HAI-online.com - Sebuah buku pelajaran tingkat sekolah dasar (SD) di Malaysia mendapat kecaman dari masyarakat setelah di dalamnya terdapat materi tentang pencegahan kekerasan seksual terhadap anak yang dianggap menyudutkan korban.
Buku pelajaran untuk siswa kelas 3 SD ini memuat materi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak yang ditampilkan dengan ilustrasi sederhana yang mengajak anak perempuan untuk menjaga kehormatan organ seksualnya.
Di antaranya adalah dengan berpakaian sopan, menutup pintu saat mau ganti pakaian, dan menghindari tempat sepi saat sedang berjalan sendirian.
Kemudian di bagian kedua materi tersebut, ditampilkan gambar akibat jika seorang anak perempuan tak mampu menjaga kehormatan diri dari kekerasan seksual.
Buku itu menggambarkan anak perempuan korban kekerasan seksual akan merasa malu dan emosi terganggu, kemudian dia akan dijauhi teman-teman, serta membuat malu keluarga.
Baca Juga : #10YearsChallenge Atau #10YearChallenge? Ternyata Banyak yang Salah, Lho!
Materi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak itu langsung menimbulkan kritikan dan kecaman dari masyarakat, terutama di dunia maya, setelah gambar halaman buku tersebut tersebar di media sosial.
From a Darjah 3 textbook. Victim-blaming is not acceptable. Not only does this put the responsibility of preventing sexual harrassment solely on the shoulders of a girl, it also implies that she had it coming! Shaming kids is not acceptable. @hannahyeoh @maszlee @KemPelajaran pic.twitter.com/qORfLu9ZTjBanyak netizen yang mengecam buku tersebut karena lebih menekankan pada sosok anak perempuan sebagai pihak yang harus menjaga diri dari kekerasan seksual dan terkesan menyudutkan anak korban kekerasan seksual, tanpa membahas pelaku.— Azrul Mohd Khalib (@azrulmohdkhalib) January 14, 2019
Aktivis hak asasi perempuan mengatakan, buku tersebut hanya mengajarkan anak-anak usia dini bahwa perempuan korban kekerasan seksual hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri.
"Kami terkejut," kata Meera Samanther, wakil presiden organisasi hak asasi perempuan, seperti dikutip Channel News Asia. "Materi pendidikan ini mengajarkan anak-anak perempuan usia sembilan tahun untuk malu akan tubuh mereka, dan mengalihkan kesalahan dari pelaku kepada korban kekerasan seksual," ujarnya.
Menyusul protes dari masyarakat, Kementerian Pendidikan Malaysia akan mengambil langkah mengubah materi buku tersebut. Sementara untuk buku yang telah beredar, bagian materi yang dikritik akan ditutup menggunakan stiker.