Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Terinspirasi Ayat Suci, Konspirasi Rilis Single Baru Berjudul Mantra Provokasi

- Sabtu, 10 Juni 2017 | 13:07
Konspirasi Rilis Mantra Provokasi
Hai Online

Konspirasi Rilis Mantra Provokasi

Lewat surat elektronik, Che, vokalis Konspirasi bercerita panjang lebar ke HAI tentang kisah dirilisnya lagu anyar mereka yang berjudul Mantra Provokasi.

Lagu Mantra Provokasi ditulis syairnya oleh Che, dia menulis liriknya karena dipicu kebiasaan diskusi yang ia lakukan dengan semua personil Konspirasi yakni: Edwin Marshal Syarif (Gitar), Marcell Siahaan (Drum) dan Romy Sophiaan (Bass). Dan syair lagu ini, ia tulis karena tergugah dipicu oleh 3 hal. Yang pertama setelah Che membaca sebuah artikel, dengan judul: ‘Jangan Jual Murah Ayat Tuhan’, dari buku berjudul ‘Nurcholish Madjid, Atas Nama Pengalaman Beragama dan Berbangsa di Masa Transisi’ (2002).

Pemicu kedua, Che menulis lagu ini, karena pernyataan terkenal dari Nurcholish Madjid, yang berbunyi: ‘Islam Yes, Partai Islam No’.

Dan inspirasi terakhir yang ke tiga, lirik lagu ini karena keresahan maraknya wacana penolakan ideologi Pancasila yang beresiko akan merusak rajutan kebangsaan.

Maka lagu Mantra Provokasi lahir sebagai refleksi keresahan kolektif semua personil Konspirasi, dan menjadi single paling anyar untuk persiapan album ke dua mereka yang direncanakan rilis tahun 2017. Konspirasi mengajak kita semua untuk tengok sedikit kutipan kalimat Nurcholish Madjid, dalam artikel: ‘Jangan Jual Murah Ayat Tuhan’, ia mengatakan: ‘Ayat itu seperti juga ayat-ayat lainnya dalam Al-Quran sering dimanipulasi. Satu contoh, ada argumen bahwa manusia itu tidak bisa berbuat apa-apa karena semuanya sudah ditakdirkan oleh Tuhan, termasuk amal manusia dibuat oleh Tuhan. Ini dicari argumennya lantas ditemukan satu Firman bahwa: ‘Allah menciptakan kamu dan yang kamu kerjakan’. Jadi pekerjaan manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Maka kalau manusia mencuri itu dianggap sebagai Tuhan yang mencuri. Kira-kira begitu. Itu kan Absurd. Argumen itu digunakan untuk mendukung faham bahwa seluruh pekerjaan manusia juga diciptakan Tuhan. Itu Fatalisme, betapa suatu ayat bisa dimanipulasi begitu rupa. Maka dari itu tafsir menjadi sangat penting, karena tafsir adalah suatu bentuk usaha pengungkapan makna-makna dari simbol-simbol ayat. Maka dari itu selalu akan timbul masalah semiotika (penafsiran sebuah lambang). Allah sendiri memperingatkan jangan sampai ayat itu digunakan untuk menjadi sumber fitnah: "Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan". [ At-Taubah ayat 9 ] "Maka kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang menulis Kitab Suci dengan tangan mereka sendiri, lalu mengatakan: “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan". [ Al Baqarah Ayat 79 ] Jadi memang sebuah tindakan memerlukan ketulusan dan kejujuran, termasuk dalam menafsirkan Al-Quran, termasuk dalam memahami firman-firman Allah’. Pemicu ke dua yang menjadi inspirasi syair Mantra Provokasi, mari kita tengok sedikit, latar belakang pernyataan Nurcholish Madjid: ‘Islam Yes, Partai Islam No’. Ada sebuah kejadian luar biasa di tahun 70-an. Saat itu muncul sebuah argumen yang mengatakan “Kalau tidak mencoblos partai Islam dalam pemilu , maka kita bukan Islam.” Hal ini terlihat sangat tegas dan terkesan menghakimi. Bagaimana bisa ke-Islaman ditentukan dari kegiatan mencoblos partai?. Lalu apa arti semua perintah Allah mengenai ibadah, amal, zakat, apakah itu semua tak berarti dan hanya mencoblos yang penting?. Lalu kemudian datanglah Cak Nur (Nurcholish Madjid), seorang pemikir Islam. Ia melontarkan sebuah argumen sebagai lawan dari argumen di atas: “Islam Yes, Partai Islam No.” Menurut beliau, Islam seharusnya lebih memperhatikan substansi daripada sekedar formalisasi. Untuk apa memiliki partai Islam bila semangat di dalamnya kosong dari nilai-nilai Islam. Pemicu ke tiga, yang menjadi inspirasi lirik lagu Mantra Provokasi adalah maraknya wacana penolakan ideologi Pancasila yang beresiko akan merusak rajutan kebangsaan. Menurut Ahmad Syafii Maarif, dalam kata pengantar dari bukunya: ’Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara’, ia mengatakan: ‘Di sekitar era proklamasi 1945 dan era 1950-an, kita memang terganggu oleh masalah pertarungan Pancasila versus Islam sebagai dasar Negara. Dengan dikukuhkannya Pancasila sebagai dasar filosofi Negara di era1980-an dan diterima kemudian oleh kalangan masyarakat luas, sebenarnya masalah fundamental ini telah selesai. Sekarang hampir tidak ada lagi kekuatan politik yang berarti, yang mampu melawan kenyatan ini. Sampai sekarang tidak ada konsep lain yang lebih tepat yang secara rasional dapat mengukuhkan persatuan dan keutuhan bangsa kecuali lima dasar itu'. Lantas, Ahmad Syafii Maarif menambahkan: 'Resapi dengan tulus dan sungguh-sunguh pandangan Mohammad Hatta tentang perjuangan mewujudkan ajaran Islam di Indonesia. Bagi Hatta, perjuangan umat dalam menegakkan Islam haruslah berpedoman pada ilmu garam, bukan ilmu gincu. Pada garam, filosofinya adalah: "Terasa tapi tak kelihatan", sedangkan sifat gincu, "Terlihat tapi tak terasa". Ketika garam larut dalam makanan, bekasnya tidak kelihatan, tetapi pengaruhnya dalam cita rasa makanan sangat menentukan. Sebaliknya gincu yang dipakai kaum perempuan, terbelalak merah di bibir, tetapi tunarasa. Hatta dengan imannya yang tulus tidak rela menyaksikan Islam Indonesia seperti gincu. Hatta berusaha menegaskan bahwa Islam di Indonesia tidak boleh terjebak pada pelbagai rupa simbol dan seremoni tanpa substansi. Perdebatan soal Islam dan Pancasila sebagai dasar Negara sebenarnya telah menjadi pertarungan ideologis yang usang dan tak perlu dihidupkan lagi. Perdebatan itu hanya akan menguras energi dan perhatian bangsa ini pada sesuatu yang sia-sia belaka. Sejatinya energi tersebut bisa diarahkan untuk menyelesaikan pelbagai persoalan kebangsaan yang lebih fundamental. Konsekuensinya tidak hanya akan merobek jalinan kebersamaan, tapi juga memporak-porandakan bangunan kebangsaan yang telah dipertahankan sejak kemerdekaan’. 3 pemicu, dan 3 inspirasi itu jadi stimulus besar bagi lahirnya syair lagu Mantra Provokasi yang dibuat oleh Che dan di momen hari ‘Kebangkitan Nasional’ yang jatuh pada hari Sabtu 20 Mei 2017, KONSPIRASI melahirkan karya baru, demi merawat takdir kita yang majemuk, demi merawat kerukunan negeri sampai ujung hari kiamat.

Penasaran Seperti apa lagu terbaru Konspirasi yang berjudul Mantra Provokasi? Langsung dengar aja di sini.

Masih penasaran dengan liriknya? Simak dengan jelas lirik lagunya di bawah ini: --------------------------------- MANTRA PROVOKASI Ayat-ayat kau gunakan, tuk mencekik, lawan-lawan politik. Firman-firman Tuhan, kau manipulasi, demi syahwat ambisi. --------------------------------- Pidato di mimbar, memproduksi benci, Isu SARA dan caci. Agama kerap kali, ditunggangi, mantra provokasi. --------------------------------- Jangan jual ayat, dangkalkan agama. Jangan kau halalkan, segala cara!! ---------------------------------Ajarkan....Toleran!!, Jaga..Bhineka!! Ancaman bangsa, adalah kedangkalan!! Paham....Radikal!!, akar ....masalah!! Ancaman bangsa, adalah kedangkalan!! --------------------------------- Ajaran sakral, kau jual eceran, Mirip barang dagangan. Keragaman, persatuan, jadi korban, memicu perpecahan. --------------------------------- Jangan jual ayat, dangkalkan agama. Jangan kau halalkan, segala cara!! --------------------------------- Kedangkalan adalah akar masalah.. Kedangkalan adalah ancaman.. --------------------------------- Ajarkan...Toleran!!, Jaga..Bhineka!! Ancaman bangsa, adalah kedangkalan!! Paham...Radikal, akar....masalah!! Ancaman bangsa, adalah kedangkalan!! --------------------------------- Ajaran yang sakral, Kau manipulasi, Cara yang banal, Demi ambisi, Kepentingan!!

Editor : Hai





PROMOTED CONTENT

Latest

x