Follow Us

Album 'Mantra Mantra' Kunto Aji Nggak Bakal Rilis Tanpa Riset dan Kesabaran

Alvin Bahar - Senin, 18 November 2019 | 15:00
Dalam sesi obrol di Kios Ojo Keos kali ini (29/05), Iga Massardi beserta Kunto Aji berbagi cerita tentang pengalaman mereka melawan fenomena tersebut yang bertajukkan “Kiat Kiat Menghindari Kutukan Album Kedua,” yang dipandu oleh Danilla Riyadi.
Kayla

Dalam sesi obrol di Kios Ojo Keos kali ini (29/05), Iga Massardi beserta Kunto Aji berbagi cerita tentang pengalaman mereka melawan fenomena tersebut yang bertajukkan “Kiat Kiat Menghindari Kutukan Album Kedua,” yang dipandu oleh Danilla Riyadi.

HAI-Online.com - Bahkan setelah setahun dirilis, album Mantra Mantra dari Kunto Aji masih menyebar sihirnya. "Pilu Membiru Experience" adalah sebuah karya yang viral selama beberapa hari ini, dan Kunto Aji nggak meraih itu secara instan, lho.

Untuk membuat Mantra Mantra, Kunto Aji punya dua kunci: Riset, dan sabar. Dirinya curhat, setelah menentukan isu besar terkait kesehatan mental dalam album "Mantra Mantra", doi rajin baca berbagai literatur dan konsultasi sama temennya yang merupakan seorang psikolog.

Berkat hasil risetnya itu, ada satu lagi nih berjudul "Rehat" yang punya frekuensi 396 Hz.

Hal itu lantaran berdasar penelitian Solfeggio Frequencies milik Dr. Joseph Pulio, psikolog dari Amerika Serikat yang bilang frekuensi 396 Hz bisa mengurangi pikiran negatif dan menyehatkan mental.

Riset itu beririsan juga dengan kesabaran. Fyi nih sob, "Mantra Mantra" dari Kunto Aji butuh inkubasi selama 2 tahun. Proses risetnya sendiri memakan waktu 6 bulan lalu dilanjut tahap produksi.

Baca Juga: Kenapa Sih Orang Pake Baju Band Padahal Nggak Dengerin Musiknya?

"Hal ini kebetulan terjadi juga ke saya, makanya album ini rampungnya lama," kata Kunto dikutip dari Kompas.com.

Selama perjalanannya itu, Kunto Aji berusaha mengikuti dan menikmati proses eksplorasinya. Ketakutan orang nggak bisa nangkap apa yang coba dia sampaikan sempat terbesit loh.

Meskipun begitu semua proses yang ia lalui akhirnya melahirkan lirik yang visual, naratif, dan deskriptif untuk didengar.

Selain itu, hal yang mesti diperhatiin juga ialah terkait tujuan. Mesti dilurusin dulu nih dan ingatkan diri kalau tujuan utama menekuni musik sebagai profesi ialah pembuatan karya musiknya itu sendiri.

Ini ngebantu banget loh, misal kalau lo dihadapkan dengan pekerjaan aransemen lagu yang nggak disuka. (*)

(Dewi Rachmanita/Alvin Bahar)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest