HAI-ONLINE.COM - “Kemaren sempet mikir begini, Pak Sutopo meninggal kemaren itu juga sedang menyampaikan kabar bencana paling akhir yang ia bisa sampaikan. Kabarnya sesederhana: Bahwa perokok pasif, bisa kena kanker paru-paru yang diakibatkan asap rokok yg diembuskan perokok aktif.”Paragraf di atas dicuitkan pengguna Twitter dengan username @nihaqus. Saat artikel ini ditulis, tweet tersebut telah meraih hampir 6 ribu retweets.Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia, Minggu siang (07/07/2019) di Guangzhou karena mengidap kanker paru-paru, meski ia bukan seorang perokok. Sutopo berangkat ke China untuk menjalani perawatan kanker paru-paru, yang saat itu sudah mencapai stadium 4B dan menyebar ke tulang dan organ tubuh lainnya.
Kepada ABC Indonesia ia pernah mengatakan "kaget" saat pertama kali tahu dirinya mengidap kanker di bulan Januari 2018 lalu, karena ia mengaku nggak merokok. ”Setelah saya renungkan, saya bisa menerima kanker ini sebagai bagian perjalanan hidup saya. Saya terima ini dengan ikhlas," ujarnya.
Semasa hidupnya Sutopo mengaku dikelilingi dengan "orang di sekitar yang hampir semuanya merokok", meski ia nggak menyalahkan mereka. Hanya saja di akun Instagram miliknya, Sutopo pernah mengingatkan betapa bahayanya rokok.
"Perokok pasif saja bisa sakit kanker paru-paru seperti saya. Apalagi yang perokok aktif," tulisnya dengan sebuah video yang diunggahnya.
Baca Juga: Polisi Sampaikan Penyebab Thoriq Rizky Meninggal di Gunung PiramidMerokok memang meningkatkan risiko kanker paru hingga 85 persen. Itu sebabnya untuk mengurangi risikonya sebaiknya jangan merokok, walau nggak menjamin bebas sepenuhnya.
Kanker paru yang terkait dengan rokok dengan non-perokok ternyata sangat berbeda. Gen yang berubah atau bermutasi pada kedua kasus juga beda. Pada bukan perokok, kanker biasanya disebabkan karena perubahan gen EGFR, yang dengan pengobatan terbaru saat ini lebih efektif.
Desakan untuk kawasan tanpa rokok
Sebuah laporan badan kesehatan PBB, WHO mencatat penyakit terkait produk tembakau jadi ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat yang pernah dihadapi dunia. Lebih dari 8 juta orang meninggal setiap tahunnya dengan 7 juta diantaranya adalah pengguna langsung produk tembakau, seperti perokok. Sementara sekitar 1,2 juta orang meninggal setiap tahun di dunia karena mereka adalah perokok pasif, laporan bulan Mei 2019 tersebut menyebutkan. "Ada 4.000 kandungan kimia dalam asap rokok, yang 250 jenis diantaranya diketahui berbahaya dan 50 lainnya menyebabkan kanker," tulis laporan WHO tersebut. Menanggapi masalah perokok pasif di Indonesia Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan menyediakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah kebutuhan yang mendesak. Menurut Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI banyak pekerja pemerintahan, termasuk pejabat, yang diketahui merokok di tempat kerja yang tertutup. "Ironisnya banyak kantor pemerintah dan pejabatnya yang nggak memberikan contoh," ujar Tulus dalam sebuah pernyataan menanggapi meninggalnya Sutopo. Tak hanya itu, YLKI juga menganggap merokok di dalam rumah sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karena telah dianggap menyebarkan racun mematikan ke seluruh penghuni rumah.Penyebab kanker paruMenurut American Cancer Society, ada beberapa penyebab kanker paru selain merokok, antara lain: - Gas radon
Penyebab utama kanker paru pada kelompok non-perokok adalah gas radon. Gas ini secara alami ada di luar ruang dan nggak berbahaya. Walau begitu, konsentrasi gas ini juga ditemukan pada rumah yang lapisan tanahnya memiliki deposit uranium. Karena gas radon nggak tercium atau terlihat, satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes. - Perokok pasif Tiap tahun, 7000 orang dewasa meninggal akibat kanker paru karena jadi perokok pasif. Pelarangan merokok di tempat umum merupakan salah satu cara untuk mengurangi bahaya asap rokok kepada nonperokok. - Zat karsinogen Bagi sebagian orang, tempat kerja mereka jadi sumber karsinogen (penyebab kanker), misalnya saja asbestos dan zat buangan diesel. - Polusi udara Sejak lama penelitian telah memperingatkan bahaya polusi udara pada kanker. WHO bahkan mengategorikan polusi udara luar ruang sebagai penyebab kanker. Sayangnya, makin hari tingkat polusi di kota besar semakin mengkhawatirkan. - Mutasi gen Para peneliti terus melakukan riset untuk mengetahui penyebab mutasi sel sehingga berkembang jadi kanker. Pemahaman yang tepat pada mutasi kanker akan membantu para ahli menemukan terapi dan obat yang tepat pada penyakit ini. Menurut dr.Elisna Syahruddin Ph.D, SpP(K), memang nggak 100 persen perokok terkena kanker. Hal ini karena perjalanan penyakit kanker panjang (menahun) sehingga masih ada fase yang bisa dikembalikan jadi normal. Kalo kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel itu bagus, maka sel kanker nggak terbentuk. "Kemampuan tubuh untuk membunuh sel-sel abnormal itu sangat dipengaruhi oleh nutrisi, daya tahan tubuh, serta co-faktor lain. Kalo kemampuan selnya bagus, maka selamatlah orang itu dari kanker," kata Elisna dalam sebuah wawancara. Orang yang berhenti merokok atau menjauhkan diri dari asap rokok akan membantu meningkatkan kemampuan tubuh melawan sel-sel abnormal dalam tubuh.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tak Merokok, Mengapa Bisa Sakit Kanker Paru?"