Demi Kelestarian Alam, Sekolah Ini Bikin Kurikulum Lingkungan Hidup

Jumat, 09 November 2018 | 20:17
Kompasiana

Hutan Mangrove di Indramayu

HAI-Online.com - Menjaga kelestarian sering gampang diomongin pasti susah diterapin. Setuju nggak?

Kita sering paham kalo menjaga hutan dan lautan biar bersih, tapi banyak dari kita yang masih sering buang sampah ke laut.

Nah, demi menjaga kelestarian lingkungan hidup 26 sekolah di sekitar pesisi Indramayu mendapat kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Mangrove.

Baca Juga : Semisal Foo Fighters Dibikin Film, Dave Grohl Pengen Shelley Duvall Peranin Dirinya

Lebih jauh lagi, anak-anak kelas 4-6 SD di 26 sekolah tesebut ditekankan untuk menjaga kelestarian alam hutan bakau yang ada di pesisir pantai Indramyu.

Program yang diinisiasi olehPERTAMINA Refinery Unit (RU) VI Balongan melalui kegiatan corporate social responsibility (CSR) ini mengajak generasi muda terutama siswa Sekolah Dasar (SD) akan pentingnya peran hutan bakau dalam menjaga ekosistem lautan.

“PLH menjadi salah satu upaya mencetak generasi peduli lingkungan yang akan menjadi pelaku dan pengawal pembangunan berkelanjutan di masa mendatang. Hal tersebut dikarenakan, pembentukan karakter yang paling efektif adalah melalui sistem pendidikan formal dan diberikan kepada anak usia sekolah dasar (SD),” kata Suherna di Kantor Dinas Pendidikan Indramayu, Senin (8/10/2018) lalu.

Adapun kurikulum yang udah dirancang adalah terkait isi, kompetensi inti, dan kompetensi dasar. Bahkan sudah ada pula buku pembelajarannya, lho.

“Gurunya juga sudah dilatih. Jika sekolah lain ada yang meminta diterapkan kurikulum mangrove dan berada di luar pesisir sekolah bisa mengajukan ke dinas pendidikan.

"Kurikulum ini sebenarnya memang untuk diterapkan ke seluruh SD se-Indramayu, hanya untuk pelaksanaannya bertahap. Saat ini, SK untuk kepala dinas masih terbatas, hanya untuk SD di wilayah pesisir terlebih dahulu,” jelas Suherna.

Erni Heriningsih, salah satu tim Pengembang Kurikulum PLH Tematik Mangrove Dinas Pendidikan Indramayu ngungkapin kalo kurikulum yang disusun juga nggak monoton, sob.

Lebih ditekankan interaksi dan praktik, lho.

“Ada teori, pengayaan, dan kunjungan. Jadi kita membuat 4 kurikulum, pertama kurikulum untuk semua guru dari kelas 4 sampai kelas 6.

"Kedua, kurikulum panduan guru untuk masing-masing kelas. Ketiga, kurikulum teks siswa, dan keempat kurikulum LKS Siswa. Saat ini kami masih fokus untuk sekolah dasar, namun untuk ke depannya tidak menutup kemungkinan akan diterapkan juga untuk SMP dan SMU,” jelas Erni.

Perlu diketahui juga, edukasi terkait bakau sudah dimulai sejak tahun 2016 di tiga sekolah. Saat itu, hanya bekerja sama dengan mahasiswa KKN dari UGM.

Kemudian pada 2017, bertambah menjadi 11 sekolah. Dari sini mulai dibentuk kurikulum khusus terkait bakau, hingga akhirnya pada tahun 2018 bertambah menjadi 26 sekolah.

Goks, kan?

Hmmmm, harusnya program kayak gini bisa diterapin kan, sob, di banyak lingkungan hidup terutama di perkotaan yang rentan polusi udara? (*)

Tag

Editor : Al Sobry