HAI-Online.com - Ngomongin soal polusi plastik, pasti nggak ada abisnya ya, sob? Masalah ini udah jadi masalah dunia yang makin meluas, bahkan ada beberapa ahli yang bilang kalo kondisi ini udah masuk kategori darurat.
Lo pasti pernah liat gambar burung laut atau binatang-binatang lain yang terkena dampak limbah plastik secara langsung. Kayak burung laut yang leher atau perutnya terjerat plastik gitu, dan bikin mereka kelaparan.
Tapi ternyata, masalahnya nggak cuma limbah plastik berukuran besar kayak gitu. Kebanyakan polusi plastik ternyata berbentuk mikroplastik. Bentuk serpihan kecil berukuran kurang dari lima mikrometer dan nggak kasatmata.
Dilansir dari The Conversation, berdasarkan riset yang dilakukan sama Amanda Callaghan dan Rana Al-Jaibachi dari Universitas Reading, bahwa mikroplastik tersebut bahkan udah memasuki tubuh serangga kecil, misalnya nyamuk.
Mikroplastik
Mikroplastik sendiri berasal dari potongan plastik yang lebih besar yang udah terurai. Tapi, bisa juga langsung dilepaskan dalam bentuk bijih-bijih kecil dalam produk kosmetik macam pencuci muka dan pasta gigi.
Mikroplastik jadi super berbahaya, karena banyak banget hewan kecil yang nggak sengaja makan benda tersebut karena mereka nggak bisa ngebedain mana mikroplastik dan mana makanan mereka.
Nantinya, saat mikroplastik udah masuk ke dalam tubuh hewan, plastik bisa berpindah melalui rantai makanan ke dalam ikan dan makhluk lainnya yang jadi predator buat hewan kecil tersebut. Dan kalo udah gini, ujungnya pasti bisa jadi masalah kesehatan buat manusia.
Callaghan dan Al-Jaibachi meneliti nyamuk, dan mereka menemukan gimana caranya plastik bisa mengotori lingkungan dan mengontaminasi rantai makanan. Lewat penelitian mereka yang terbit di Biology Letters, ternyata mikroplastik bisa tersimpan dalam tubuh hewan air walaupun mereka udah melalui beberapa tahapan perkembangan.
Banyak riset soal mikroplastik yang dilakukan di lautan, tapi ternyata, wilayah perairan air tawar juga punya masalah serius soal ini. Misalnya di sungai dan danau. Selain itu, riset-riset tersebut juga cuman berfokus sama hewan-hewan yang hidup di air sepanjang hidup mereka.
Padahal, serangga air tawar macam nyamuk yang mengawali hidup mereka di air, telur nyamuk dibuahi di air, punya potensi jadi pembawa mikroplastik dalam tubuh mereka.
Baca Juga : Berguna Banget, Pelajar SMKN 5 Bandung Manfaatin Plastik Jadi Kursi #SayaPilihBumi
Pengujian terhadap nyamuk
Serangga air ternyata bisa membawa plastik keluar dari perairan kalo mereka mampu menahan/menyimpan plastik di dalam tubuh seiring dengan perkembangan mereka.
Mereka memberi makan mikroplastik kepada larva tingkat-tiga nyamuk. Setelah itu, mereka mengambil sampel ketika larva-larva tersebut menanggalkan kulit mereka buat menjadi larva tingkat-empat yang lebih besar, yaitu pupa. Dan juga ketika nyamuk-nyamuk tersebut meninggalkan perairan sebagai nyamuk dewasa.
Hasil pengujian Callaghan dan Al-Jaibachi ternyata menunjukanbahwa ada bijih plastik di semua tahap kehidupan nyamuk. Walaupun jumlahnya berkurang seiring hewan itu berkembang.
Callaghan dan Al-Jaibachi bisa menentukan lokasi dan menghitung bijih mikroplastik, karena mereka bersifat fluorescent atau bersinar dalam gelap. Mereka bisa menemukan bijih mikroplastik dalam perut dan organ semacam ginjal buat nyamuk. Dan organ tersebut ternyata salah satu yang nggak terpengaruh sama sekali oleh proses perkembangan.
Artinya, serangga perairan kayak nyamuk yang nggak tinggal dalam air terus menerus nggak cuman makan mikroplastik aja, sob. Tapi juga bisa menyimpannya dalam perus serta ginjal mereka seiring mereka berkembang dari tahap larva sampai nyamuk dewasa.
Maka, semua serangga terbang yang punya siklus hidup kayak nyamuk bisa jadi carrier alias pembawa polusi plastik. Dan ribuan serangga terbang nantinya bakalan dimakan sama serangga pemangsa di udara kayak capung, juga burung dan kelelawar.
Siklus ini bakal terus berlanjut dan mempengaruhi rantai makanan lainnya, dan ujungnya pasti lo bisa nebak. Bisa aja mikroplastik yang udah berpindah dari binatang-binatang tersebut, ujungnya kemakan sama manusia.
Ngeliat hasil penelitian ini, masih bisa nganggep remeh masalah polusi plastik, sob? Udah saatnya kita bergerak buat mengurangi sampah plastik di bumi. HAI bersama National Geographic Indonesia udah memulainya.
Kami menggagas kampanye buat mengurangi sampah plastik demi melestarikan bumi ini. Lo juga bisa ikutan kok, lewat hashtag #SayaPilihBumi.
Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa