Guru Mesti Berwawasan Global dan Nggak Boleh Gaptek. Setuju?

Kamis, 27 September 2018 | 12:40
Sucipto / KOMPAS

Pengunjung sedang mencoba proyektor dengan fitur papan tulis pada pameran Global Educational Supplies and Solutions Indonesia di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

HAI-Online.com - Perkembangan teknologi yang pesat banget saat ini ternyata belom maksimal dimanfaatkan di sekolah-sekolah di Indonesia, sob.Padahal, hal ini penting banget buat menunjang proses belajar mengajar yang interaktif di sekolah.

Menurut Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rachman, guru terutama diharapkan mampu mengikuti perkembangan teknologi.

Dilansir dari Kompas.id, Arief bilang kalo guru nggak boleh ketinggalan informasi dan inovasi di dunia pendidikan. Itu jadi tantangan supaya bisa mengajar dengan menyenangkan di era digital.

"Pengajar harus mampu menerapkan pendidikan global. Bukan hanya tentang tema-tema global yang diajarkan ke siswa, tetapi juga memahami pemasalahan global untuk mencari solusinya," kata Arief.

Dunia pendidikan harus bisa mempertemukan perspektif lokal dan global. Hal yang berkembang di dunia, harus bisa juga diterapkan dengan menyesuaikan kebudayaan dan nilai-nilai yang ada di Indonesia.

Hal ini sama kayak definisi pendidikan yang Arief yakini, adalah sesuatu yang terencana buat mengembangkan potensi peserta didik. Misalnya, pemanfaatan teknologi video untuk menunjang kemampuan tari tradisional siswa.

Baca Juga : Google Adalah Andalan. Ini 7 Kata Kunci Yang Sering Di-Googling Anak SMA Di Sekolah.

Indonesia tertinggal

Sayangnya, Indonesia masih belum bisa maksimal dalam memanfaatkan perkembangan teknologi khususnya di dunia pendidikan. Makanya, diperlukan strategi khusus dari pemerintah dan sekolah supaya siswa bisa mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang paling update.

Kepala SMKN 1 Simpang Empat Kabupaten Tanah Bambu, Kalimantan Selatan, Amran Ali bilang kalo ia jadi salah satu yang mengalami. Di sekolahnya, belum ada alat peraga yang bisa membantu siswa SMK praktik dengan baik.

Menghadapi industri sepeda motor yang udah menggunakan teknologi pembakaran injeksi, SMKN 1 Simpang Empat cuman bisa memanfaatkan video yang bisa diakses di internet.

"Itu untuk mengenalkan sistem kerja dari teknologi terbaru. Tapi itu aja nggak cukup karena siswa SMK lebih butuh praktik," kata Amran.

Belajar dari negeri lain macam Cina dan Jerman bisa jadi jawabannya. Menurut Amran, dua negara itu bisa menunjang pengajaran siswanya dengan memberikan tiap teknologi terbaru ke sekolah. Hal itu bisa membantu sekolah untuk menyiapkan tenaga kerja yang bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.

Selain memanfaatkan teknologi video buat pengajaran, sekolah Amran pun udah mulai mengurangi penggunaan kerta. Guru membuat soal ujian dalam format digital, sehingga saat ujian siswa mengerjakan soal-soal di komputer atau gadget.

"Ini menghemat biaya kertas. Bayangkan, di sekolah saya ada seribu lebih siswa. Kalau pake format digital, anggaran kertas bisa digunakan buat kebutuhan lain, misalnya pengembangan kemampuan guru."

Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa

Tag

Editor : Rizki Ramadan

Sumber kompas