HAI-Online.com - Kehebatan China di kancah olahraga Asia bener-bener nggak terkoyakkan. Gimana nggak gitu, mereka berhasil jadi kolektor medali terbanyak di gelaran Asian Games 2018.
Tiga hari jelang penutupan Asian Games 2018, udah bisa dipastiin China bakal jadi juara umum di pesta olahraga se-Asia ini.
Hingga Kamis (30/8/2018) pukul 13.35 WIB, China udahngumpulin total 224 medali dengan rincian 106 medali emas, 68 medali perak, dan 50 medali perunggu.
BACA JUGA:Sebelum Diajak Pelukan Jokowi dan Prabowo, Pesilat Hanif Ditampar Pelatihnya!
Sementara, Jepang di posisi kedua dengan total 163 medali dan Korea 132 medali di posisi ketiga.
Dalam sejarah Asian Games, China udah 9 kali keluar sebagai juara umum, sejak Asian Games 1982 di New Delhi, India, hingga Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan.
Usut punya usut, Negeri Tirai Bambu nerapin 3 kunci kesuksesan mereka di kancah olahraga. Penasaran? Ini dia strategi mereka!
1. Sistem Negara
Pengamat olahraga dari Universitas Surabaya, Prof. Dr. Hari Setijono, M.Pd, menilai, keperkasaan China menjuarai Asian Games dari tahun ke tahun salah satunya karena didukung sistem negara, sob.
“Kalau di Indonesia kan demokrasi. Lah kalau di sana itu kan beda, Sosialis kan? Semuanya ditentukan oleh negara. Kalau semua ditentukan oleh negara, dari sistem pembinaan sampai penganggaran, sampai model apa yang mau dilakukan itu ditentukan oleh negara memang. Kalau di sini kan masih terpecah-pecah,” ujar Hari dilansir dari Intisari Online Kamis (30/8/2018).
2. Anggaran Langsung
Menurut Hari, di China, anggaran dana diberikan kepada masing-masing pihak secara langsung oleh negara.
Cara ini dinilai lebih cepat dan efektif dan nggak usah lewat birokrasi yang berbelit-belit.
Sebenarnya Indonesia udah mulai nerapin sistem keuangan yang macem gini. Terbukti kan kalo Indonesia bisa ngalamin peningkatan perolehan medali?
Awalnya, Indonesia punya sistem namanya Program Indonesia Emas (Prima) yang keuangannya masih harus ngelewatin berbagai pihak sebelum sampai di masing-masing cabang olahraga.
“Nah sekarang ini kan diubah dengan Perpres Nomor 95 Tahun 2017 itu menjadi PPON (Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional) ya.
Nah itu dari pemerintah langsung ke Indocabor. Dengan langsung ke Indocabor berati satu sektor itu terhilangkan, sehingga itu lebih cepat ya, lebih efektif,” jelas Hari.
Kalo dipikir-pikir, nih, anggaran langsung kan justru lebih mudah. Dana lebih cepet cair, dan impact-nya juga langsung terasa.
Yang penting dana dipake secara jujur dan transparan. Ya nggak?
3. Regenerasi Atlet
Nah, ini yang nggak kalah penting. China punya regenerasi atlet muda berbakat.
“China itu memulai latihan benar-benar dari junior. Jadi kalau di Indonesia itu agak berbeda, di Indonesia itu kan memang latihannya kalau di sekolah itu kalau diistilahkan masih multilateral. Tapi kalau di China itu sudah terspesifikasi. Sudah terasah sejak usia dini,” kata Hari.
Proses yang kayak gitu, juga bikin mental atlet-atlet mereka lebih matang. Jadi kalo yang satu udah menjelang pensiun, mereka punya banyak banget cadangan yang jagonya macem pemain utama, sob!
"Sebetulnya Indonesia sudah benar ya, gak salah di dalam sistemnya: terencana, berjenjang, dan berkelanjutan, itu sesuai di undang-undang, itu ada. Cuma di Indonesia itu pelaksanaannya yang belum bisa begitu (seperti China),” ujar Hari.
Setuju nggak, sih, kalo urusan olahraga nyata lebih butuh aksi daripada diskusi? Soalnya undang-undang udah ada, pelatih berbakat banyak, atlet-atlet muda yang jago banyak.
Tinggal pelaksanaannya aja, kan, yang mesti dikencengin lagi? (*)