Hari Ini 20 Tahun Lalu, Ribuan Mahasiswa Duduki Gedung MPR/DPR Menuntut Reformasi

Jumat, 18 Mei 2018 | 10:30
KOMPAS/EDDY HASBY

Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Foto diambil

HAI-online.com - Bulan Mei adalah bulan penting bagi negara kita. Ada sejumlah momen penting nasional yang terjadi. Yang tercatat di kalender senggaknya ada tiga: hari buruh, hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional. Namun, kita harus selalu inget bahwa di paruh kedua bulan Mei ada momen penting juga yang perlu kita peringati, yaitu perjuangan reformasi yang terjadi Mei 1998.

Nah, hari ini, 18 Mei dua puluh tahun. Mahasiswa dari berbagai universitas kompak mendantangi gedung MPR/DPR untuk mendudukinya sebagai bentuk tuntutan agar Presiden Soeharto mundur diri dari jabatannya.

Kita mundur dulu ceritanya. Pada 11 Maret 1998, Soeharto ditunjuk lagi untuk menjadi presiden dengan BJ Habibie sebagai wakilnya. Kabinet Pembangunan VII pun dibentuk.

Sejak itulah demonstrasi mahasiswa semakin besar dan berani. Apalagi situasi ekonomi semakin memburuk. Harga BBM saat itu melambung, sob!

Demonstrasi yang intens dilakukan mahasiswa jadi berujung tragedi pada 12 Mei. Aparat keamanan menekan mahasiswa bahkan sampai melakukan penembakan. Akibatnya, ada 4 mahasiswa Trisakti yang tewas dan 681 orang yang luka-luka.

BACA JUGA:#HAIFiles 1998: Selasa Berdarah di Trisakti, Reformasi dan Remaja

Setelahnya, terjadi kerusuhan bernuansa rasial yang dilakukan oleh warga pada 13-15 Mei 1998. Toko-toko di jarah dan dibakar, warga etnis Tionghoa diserang warga bahkan diperkosa. Kerusuhan itu, diduga sebagai usaha untuk mengalihkan perhatian mahasiswa dalam berjuang.

Akhirnya, pada 18 Mei 1998, mahasiswa UI bergerak menjuju DPR untuk bergabung dengan mahasiswa dari Forum Kota, PMII, HMI, dan KAMMI untuk mengepung gedung DPR/MPR

Di hari itu, tokoh-tokoh dari Gerakan Reformasi NAsional juga ikut mendatangi kompleks parlemen Para tokoh juga berorasi di depan massa menyatakan tuntutan agar Soeharto-Habibie mundur.

KOMPAS/EDDY HASBY

Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Foto diambil

Di lain tempat, sejumlah tokoh dan kelompok pergerakan juga melakukan usaha-usaha lain untuk mendesak Soeharto dan Orde Baru

Hingga pada pukul 15.20 hari itu, pimpinan DPR/MPR yang diwakili Harmoko membuat konferensi pers. Harmoko pun meminta Soeharto untuk mundur, lho!

"Dalam menanggapi situasi seperti tersebut di atas, pimpinan Dewan, baik ketua maupun wakil-wakil ketua, mengharapkan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, agar Presiden secara arif dan bijaksana sebaiknya mengundurkan diri," kata Harmoko, dikutip dari arsip Kompas yang terbit 19 Mei 1998.

"Pimpinan Dewan menyerukan kepada seluruh masyarakat agar tetap tenang, menahan diri, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mewujudkan keamanan ketertiban supaya segala sesuatunya dapat berjalan secara konstitusional," tutur Harmoko.

Tapi ternyata, para pejabat penting lainnya, seperti Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto, menganggap pernyataan Harmoko itu adalah pernyataan pribadi.

Mahasiswa pun tetap menduduki gedung DPR/MPR karena nggak percaya begitu saja dengan Harmoko dan tetap menuntut Sidang Istimewa

Menanggapi peristiwa tersebut, Soeharto berdiskusi dengan 9 tokoh islam separti Islam seperti Nurcholis Madjid, Abdurachman Wahid, Malik Fajar, dan KH Ali Yafie. Walau sudah diberita tahu tentang gejolak yang terjadi, Soeharto saat itu tetap nggak mau mundur. Ia minta pembentukan Komite Reformasi.

Sampai 20 Mei, ribuan mahasiswa masih menduduki gedung MPR/DPR untuk mendesak Soeharto mundur. Hingga pada 21 Mei 1998, di Istana Merdeka, pukul 09.05, Soeharto mengumumkan bahwa dirinya mundur dari kursi presiden dan BJ Habibie disumpah menjadi Presiden RI ketiga.

Perjuangan mahasiswa berhasil.

Sumber:

20 Tahun Reformasi, Kisah Mahasiswa Kuasai Gedung DPR pada 18 Mei 1998. Kompas.com Penulis: Bayu Galih

Kronologi Kelengseran Soeharto, Mei 1998. Kompas.com

Tag

Editor : Rizki Ramadan