HAI-online.com -Ketika mantau media sosial, dalam sekali scrool, kita bisa menemui senggaknya satu posting dengan tema galau cinta. Ada yang dalam bentuk puisi, ada yang bentuk lelucon, hingga bentuk curhatan langsung dari seseorang yang merasa jadi korbannya.
Terhadap posting yang jleb di hati itu kita tak segan memberi ‘like’ dan menyiarkan ulang ke timeline pribadi. Singkatnya, kita suka merayakan patah hati.
Tapi, sejauh mana kita pernah bersimpati dan menunjukkan langsung kepedulian kita terhadap mereka yang patah hati hingga depresi dan tak punya kecakapan curhat di media sosial?
Nyatanya, temen-temen kita yang masih sama-sama remaja banyak yang butuh support system. Boi contohnya, karena patah hati ia sempat hilang arah dan masuk ke jerat narkoba.
“Gue depresi abis kala itu. Gue menuju jalan yang ‘gelap’ banget. Pernah sampai lima hari nggak inget apa-apa,” tutur Boi
Max (nama samaran), cowok yang belum genap berusia 20 tahun adalah contoh lainnya. Ia mengaku pernah diselingkuhi oleh sang pacar. Nggak hanya sekali, perempuan yang selama ini bersamanya itu berkali-kali menghianati hubungan yang telah dijalani sejak SMA. Max jadi makin depresi saat tahu ceweknya itu lebih memilih cowok lain ketimbang dirinya.
“Dia nggak pernah menghargai usaha aku buat bahagiain dia,” tambah Max.
BACA JUGA:5 Mitos yang Salah Tentang Depresi
Akibat patah hati, Max mengaku berimbas juga ke kuliahnya. Selain itu makin sering keluyuran yang menurutnya nggak jelas, nongkrong ke sana-ke mari sampai pagi, dan mulai merokok.
“Kadang suka tonjokin diding kayak meluapkan rasa depresi gitu,” ujarnya.
Lain halnya dengan Max, Rania Angela Anya, cewek asal Jakarta yang merupakan pelajar SMA ini mengalami masa depresi berbeda. Bermula saat bertemu cowok sewaktu kelas 2 SMP dan mengira dia bakal jadi seseorang yang sempurna, Anya mulai pacaran dengan cowok yang dibilang orang-orang baik gitu.
“Ternyata dia nggak terlalu nerima ‘the real me’ dan aku nggak bisa terus-terusan berbohong untuk nyembunyiin jati diri aku, bahwa aku suka freedom, suka nge-band gitu-gitu, dan dia mengahalangi itu,” ucap Anya.
Nggak berhenti di situ sakit hati yang ditahan Anya. Dia juga mesti mengahadapi kenyataan kalau pacarnya itu suka dengan sahabatnya sendiri. Bahkan, kalau lagi berantem, cowoknya selalu chat cewek itu. Ini jadi hal yang bikin Anya sangat sakit hati.
“Aku trauma ditinggal orang, aku trauma kehilangan orang di hidup aku. Aku selalu berpikir ‘aku bakal sendirian, sendirian terus. Nggak akan ada harapan’”.
BACA JUGA:Katanya Sayang, Kok, Pacarannya Pake Kekerasan?
Anya pun hancur setelah putus. Ia menjadi self harm, mulai merokok, cutting, bahkan mencoba bunuh diri. Rasa depresi itu juga membawanya untuk membuat lagu buat mantan pacar. Lagunya memang untuk kasih tahu mantan pacar kalau dia memang pernah secinta itu.
Rasa hancur putus cinta nggak selamanya juga karena kesalahan sang pacar. Hal ini dialami Son (nama disamarkan) waktu masih berseragam putih-biru. Hubungan Son dengan sang cowok mesti kandas lantaran larangan orang tua Son. Padahal Son sangat cinta waktu itu, bahkan mungkin menurutnya sendiri gila cinta. Sebelum menyakiti dirinya sendiri, Son sempat melawan orang tua karena nggak mau putus. Mulailah depresi itu masuk dalam diri S.
“Gue nyilet-nyilet tangan gue sampai ngebekas sampai sekarang,” ujar Son.
Selain Boi, Max, Anya, Son, anak-anak muda lain juga mendapati dirinya mengalami depresi dengan alasan, waktu, dan bentuk yang berbeda. Mulai dari rasa sedih yang nggak berkesudahan, murung, takut dan nggak mau bersosialisasi, makin emosian, ogah makan, nilai jelek, bahkan sampai ada yang perlu penangan khusus dari psikolog dan psikiater. Nggak jarang juga, depresi itu malah bikin seseorang makin terobsesi dengan pasangannya.
“Dia (mantan pacar) bolak balik ke rumah, bilang kalau aku diguna-guna lah apa lah sampe dia kurus kering dan nggak makan selama dia nggak dikontak sama aku,” terang Mis (nama disamarkan) cewek asal Tasikmalaya.
Obat penawar
Yap, depresi memang menjadi sekelumit kelam di kisah cinta anak muda. Menurut WHO, depresi sendiri merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi. Namun, kelamnya masa-masa depresi bukan berarti nggak bisa keluar dari hal ini ‘kan?
Contohnya Boi yang akhirnya berangsur-angsur normal setelah mendapat kehilangan yang lebih besar, yakni ibu. Menurut Boi kehilangan orang tua ini menjadi obat yang bikin dia sadar, semacam kick boom depresinya.
“Kayak doi (mantan pacar) tuh nggak seberapa deh dibanding cinta orang tua,” ucap Boi.
Max, setelah tiga bulan mengalami depresi akhirnya juga bisa keluar setelah muncul pemikiran kalau yang dia lakukan sudah nggak ada gunanya serta berpikiran kalau jodoh nggak akan kemana. Selain itu juga ada bantuan dari teman sekitar.
Max pun mengaku sempat pacaran dengan cewek lain, tapi cuma sebentar lantaran merasa kalau hanya jadi pelampiasan. Akhinya, Max mencoba menyibukkan diri juga di berbagai hal, seperti fotografi dan futsal.
Punya pacar lagi memang bisa jadi salah satu obat penawar depresi, kayak Anya. Nggak cuma bersama pacar baru, Anya juga merasa bisa melewati masa depresi berkat Tuhan, para sahabat, orang tua, guru, dan teman-teman di OA Line yang menurutnya nggak berhenti support sembuhnya mental illness.
“Kalau mereka nggak terus menerus ngingetin aku untuk deket sama Allah, aku mungkin nggak akan lakuin itu,” tambah Anya.
Kunci lain untuk lepas dari depresi itu menerima keadaan. Hal ini diterakan Son dan sekarang berusaha untuk nggak menyalahkan diri sendiri, mantan, atau keadaan. Penting juga untuk selalu motivasi diri sendiri biar lebih baik.
“Always remember, if it’s belongs to you it’s come to you.”
Apakah mereka menyesal? Banyak yang merasa menyesal pernah melakukan hal-hal yang mungkin diangganya bodoh setelah sadar. Tapi, nggak jarang juga yang merasa biasa-biasa saja dan memaklumi. Bagi Son sendiri, menyilet tangannya saat depresi bikin dia sesal nggak ketolongan. Pasalnya bekas siletan itu terus membekas sampai sekarang. Penyesalan juga hadir lantaran banyaknya kesempatan atau momen yang harusnya bahagia jadi sia-sia lantaran depresi.
Mesti ingat juga nih bro, kalau nggak baik kalau terus larut dalam depresi. Hal ini diungkapkan Maxx yang katanya nyesel nggak nyesel.
“Yang sekarang gua pikirin gimana caranya gua bisa nyenengin banyak orang tua, terutama buat orang tua gua dan gua pengen cepat kelar kuliah. Jadi nggak sempat mikirin depresi gua,” kata Maxx.
Nah, bagi lo yang saat ini mungkin mengalami hal, gejala serupa atau bentuk depresi lainnya, nggak ada salahnya untuk cerita ke orang yang lo percaya. Dilansir dari Kompas.com, menurut dr. Andri, SpKJ, FAPM, kunci utama dan yang pertama kali dapat dilakukan untuk mengatasi gejala depresi adalah bicara.
Jangan ragu menceritakan beban pikiran, rasa sedih gara-gara putus cinta itu ke orang terdekat. Kalau dirasa sudah nggak bisa lewat curhat ke teman atau orang tua, lo bisa menghubungi beberapa komunitas, lembaga, atau tenaga bantuan medis dan psikologis lainnya untuk membantu lo keluar dari rasa depresi itu. Berikut beberapa layanan yang bisa lo akses:
- Komunitas Into the Light (email ke intothelight.email@gmail.com)
- Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (021-8514389)
- Get Happy (email ke get.happy.yuk@gmail.com)
- Indonesia Mental Health Care Foundation (email ke mentalitycareid@gmail.com)
- Puskesmas dan rumah sakit yang memiliki layanan kesehatan jiwa