Sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi Indonesia, Jakarta menjadi salah satu kota tersibuk di dunia. Padatnya aktivitas orang-orang Jakarta menuntut semua orang nggak cuma serba bisa, tapi juga serba cepat. Makanya nggak heran penjualan kendaraan di Jakarta laku keras. Itu juga yang bikin Jakarta makin hari makin macet.
Tapi di sisi lain, banyaknya kendaraan di Jakarta, menandakan orang Jakarta nggak pada suka jalan kaki. Dilansir dari New York Times, langkah kaki orang Indonesia dari seluruh daerah jika dirata-rata hanya mencapai 3.515 langkah per hari.
Sebagai perbandingan, Hong Kong ada di peringkat pertama dengan rata-rata 6.880 langkah. Di peringkat kedua ada China dengan rata-rata 6.198 langkah. Alasannya beragam sebenarnya. Tapi salah satunya karena trotoar yang nggak berfungsi dengan baik.
"Saya nggak merasa aman jalan di trotoar. Karena banyak yang bolong dan trotoar malah dipakai motor buat ngehindarin kemacetan," tutur Dita Wahyunita, seorang cewek yang berprofesi sebagai marketing analyst.
FYI nih guys, menurut data pemerintah daerah, dari 4500 mil jalan di ibukota hanya 7 persen yang memiliki trotoar.
"Jakarta adalah kota yang unik, yang mana semua orang dituntut untuk aktif, tapi fasilitas pejalan kaki sangat buruk," tutur Tim Althoff Ketua Riset ini dari Stanford University.
Althoff juga menambahkan polusi udara yang berbarengan dengan bertambahkan jumlah kendaraan juga membuat pejalan kaki ngerasa kepanasan. Bahkan di beberapa daerah di Jakarta, polusi memasuki taraf "tidak sehat".
Boro-boro jalan, lebih dari 250 juta penduduk di daerah perkotaan lainnya, menggunakan bus, mobil, taxi, dan motor hanya untuk perjalanan sejauh 200 meter.
Bahkan banyak orang asing yang sudah lama tinggal di Indonesia merasa bingung dengan kebiasaan orang Indonesia yang rela antri naik atau turun dengan lift daripada naik tangga. Konsep ekskalator yang "berdiri di satu sisi dan berjalan di sisi lain" juga menjadi hal yang aneh buat orang Indonesia.
Tapi di sisi lain, ada sekelompok orang yang menamai dirinya Koalisi Pedestrian.
Nah, Koalisi Pedestrian merupakan kumpulan aktivis yang secara rutin membentuk rantai manusia di jalan trotoar agar tidak dilalui motor.
"Kami ini pemalas memang," tutur Alfred Sitorus Ketua Koalisi Pedestrian.
Tergugah karena maraknya trotoar dilintasi kendaraan bermotor dan jalan setapak yang digunakan parkir mobil, Koalisi Pedestrian memegangi tanda kepada pengendara motor agar nggak memakai jalur pejalan kaki.
"Waktu kecil kita diajarkan trotoar hanya untuk pejalan kaki. Tapi pas dewasa, kita ngerasa wajar kalau dipakai pengendara motor. Itu malah terasa memprihatinkan," tutur Alfred.
Jeferson Butar yang juga bekerja di perusahaan telekomunikasi yang sama dengan Dita mengungkapkan hal yang senada guys. "Susah banget ngubah habit yang udah kayak gini," tutur Jeferson.
Lebih lanjut Jeferson mengatakan itu masalah yang harus diatasi oleh polisi, bukan masyarakat untuk menerapkan hukuman.
Fransino Tirta yang memiliki tempat fitness mengatakan orang Indonesia nggak bisa cuma ngarepin Pemerintah Jakarta yang bakal bikin banyak trotoar. "Orang-orang harus proaktif untuk mempunyai aktivitas yang memenuhi kesehatan dan menyenangkan," tuturnya. (Agung)