Peretas yang meretas situs Telkomsel mengeluhkan tentang mahalnya tarif data internet operator tersebut. Kejadian pada Jumat (28/4) ini membuat Telkomsel banyak disorot oleh masyarakat.
Apa benar tarif internetnya lebih mahal dari negara lain?
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi menegaskan bahwa hal itu nggak benar.
Menurut dia, tarif internet Telkomsel terbilang masih wajar dan operator lainnya, nggak lebih mahal.
Baca Juga: Situs Telkomsel Di-hack, Ini Pendapat Netizen
"Tarif data internet operator di Indonesia masih termurah di dunia sesudah India," ujar Ridwan melalui keterangan tertulisnya, Jumat.
Ridwan yang sebelumnya dua periode menjabat sebagai anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengatakan bahwa, klaimnya tersebut dia sampaikan berdasarkan pengalamannya dengan operator di luar negeri.
Ridwan memaparkan, operator seluler di Amerika Serikat, misalnya, menawarkan tarif 40 dollar AS atau sekitar Rp 520.000 untuk paket 8 GB.
"Di Indonesia ada paket yang 45.000. Di Spanyol Rp 500.000 per 8 GB, di Amerika Rp 520.000 per 8 GB. Kemarin di Cordoba, saya kena 30 euro untuk paket yang sama. Untuk tarif voice relatif sama, 10 sen per menit. Sekitar Rp 1.700 rupiah per menit. Sementara kalau di Inggris, sekitar 15 sen poundsterling per menit atau Rp 3.000 per menit," ujarnya.
Baca Juga: Benarkah Kuota Internet Mahal? Ini Pendapat Para Pelajar
Dengan demikian, tarif voice atau percakapan suara di luar negeri, rata-rata masih lebih tinggi dua kali lipat.
Bahkan, tegas Ridwan, tarif data di luar negeri bisa sampai dengan 10 kali lipat lebih mahal dibanding operator di Indonesia.
Dengan kondisi ini, justru Ridwan menilai, operator saat ini masih lebih banyak melakukan subsidi silang dari layanan voice ke data.
Justru kalo hal itu diterapkan ke pengguna, akan nggak adil bagi masyarakat luas.
"Semua operator sekarang ini mensubsidi harga paket data dari revenue voice. Dari sisi kerakyatan ini sangat nggak adil, revenue voice kebanyakan berasal dari masyarakat menengah ke bawah, sementara pemakai data adalah masyarakat menengah ke atas," papar Ridwan.
"Perlu disadari saat ini tarif paket data retail kebanyakan masih di bawah ongkos produksi. Saat ini terbukti efek gunting itu, dimana trafik data melesat semakin tinggi, sementara pendapatan operator datar-data saja. Kelihatannya Telkomsel ingin mengurangi gap itu," jelasnya.