Ternyata peran Indonesia terhadap Liverpool FC bukan cuma mensponsori lewat Garuda Indonesia aja. Ada satu pemain Liverpool yang mengaku jadi jago gara-gara orang keturunan Indonesia lho.
Dia adalah Georginio Wijnaldum. Debut Georginio Wijnaldum bersama Liverpool diwarnai catatan positif. Dia menyumbang satu assist saat melawan Arsenal pada lanjutan Premier League di Stadion Emirates, Minggu (14/8).
Dia sempat "menari-nari" di area kanan sebelum melepaskan umpan lambung ke Adam Lallana. Nama terakhir menahan bola dengan dada dan mengarahkannya di antara kedua kaki Petr Cech.
Bakat Wijnaldum memang tercermin dari harganya. Liverpool rela membayar 25 juta poundsterling (sekitar Rp 429 miliar) kepada Newcastle demi mengakuisisi dia.
Jadi jago berkat orang kelahiran Sumatera
Tapi Wijnaldum mungkin nggak sejago sekarang kalo nggak ditemukan oleh pemandu bakat kelahiran Indonesia.
Wijnaldum mengawali karier juniornya bersama Sparta Rotterdam. Pemain yang akrab dipanggil Gini ini bergabung dengan akademi sepak bola di kota kelahirannya itu pada usia 7 tahun.
Pada awalnya, Wijnaldum kecil sama sekali nggak tertarik dengan olahraga sepak bola. Namun, semuanya berubah di tangan pencari bakat keturunan Indonesia yang lahir pada 22 November 1957 di Plaju, Sumatera Selatan, yaitu Kenneth Butter. Butter menjadi sosok yang sangat berjasa dalam karier sepak bola Gini.
Saat itu, Butter sudah 20 tahun berprofesi sebagai pencari bakat bagi Sparta Rotterdam dan kini menjabat sebagai kepala pencari bakat klub profesional tertua di Belanda itu.
Butter menemukan bakat Wijnaldum ketika sang pemain baru berusia 8 tahun saat sedang bermain sepak bola di cabang amatir Akademi Sparta Rotterdam.
“Penampilan Wijnaldum mencolok karena dibandingkan dengan rekan seusianya, lebih gesit dan memiliki teknik sepak bola baik. Walaupun ukuran badannya lebih kecil dan kurus, tetapi ia sangat kuat," ucap Butter seperti dikutip dari situs resmi Liverpool berbahasa Indonesia.
"Ia sangat menarik perhatian saya. Badannya sangat luwes dan pada saat itu ia melakukan sebuah salto dalam selebrasi golnya yang menjadi salah satu catatan untuk dilaporkan ke klub. Sejak itu saya terus memantau Georginio dan setelah dua tahun ia direkrut untuk bermain di akademi profesional Sparta," tuturnya.
Sudah layaknya orang tua
Selain menemukan bakat Wijnaldum, Butter juga sangat berjasa karena ia sempat berperan layaknya orang tua sang pemain. Kala itu, Gini tinggal bersama neneknya di Rotterdam karena orang tuanya bercerai.
“Paman Gini ketika itu menitipkan keponakannya kepada saya untuk dibimbing. Pamannya nggak punya waktu karena juga memiliki putra yang bermain sepak bola dan butuh perhatian. Karena kesibukan, pamannya nggak punya cukup waktu untuk Gini," kata Butter.
"Sejak saat itu, saya sering mendampingi, menjemput, dan mengantar Gini berlatih. nggak jarang ia menginap di rumah. Kami juga memasak dan menemaninya hingga waktu tidur. Kami menjaga agar dia selalu bangun pagi, mendapat sarapan yang memadai, serta mempersiapkan fisik dan mentalnya jelang pertandingan. Saya sudah seperti orang tuanya sendiri," tuturnya.
Selan Gini, ada beberapa pemain besar Belanda saat ini yang merupakan hasil pantauan Butter. Beberapa di antaranya adalah Kevin Strootman (AS Roma), Jetro Williams (PSV Eindhoven), dan Anwar El Ghazi (Ajax Amsterdam).