Makin ke sini, film Indonesia makin rame. Selalu ada judul film Indonesia yang jadi menu tontonan. Walau jumlahnya masih kalah sama film asing, tapi perkembangan ini perlu diajungi jempol.
Lihat datanya dulu deh biar percaya. Filmindonesia.or.id mencatat, sejak 2013, jumlah film indonesia yang rilis dalam setahun stabil di atas 100. Bahkan, di 2015 kemarin ada 120 judul. Bandingkan dengan periode 2010-2012 yang jumlahnya berkisar di 87-86 film pertahun.
Dari segi kualitas konten pun nggak salah kalau film Indonesia sekarang tuh dibilang keren. Bukti kecilnya, kalau ditanya soal film Indonesia, anak muda sekarang nggak langsung inget sama film-film miring yang sekedar mengejar sensasi dengan horor dan aksi buka-bukaan.
Topik yang diobrolkan tentang film Indonesia sekarang ini tuh nggak jauh dari ceritanya yang berkesan karena relate banget sama kehidupan kita, sinematografinya yang emang keren bukan karena artisnya yang cakep dan latar tempatnya yang indah, serta prestasinya di kancah internasional.
“Tahun 2015, hampir seluruh festival besar dan bergengsi di dunia ada film Indonesia. Kurang keren apa coba? Hehe. Festival film dunia adalah salah satu tolak ukur kemajuan produksi konten. Dengan hadirnya film-film Indonesia di sana, jadi bukti bahwa kita punya potensi,” ujar Angga Dwimas Sasongko, sutradara film Surat Dari Praha, Cahaya Dari Timur, dan Filosofi Kopi.Beberapa contoh film yang dimaksud Angga adalah A Copy of My Mind, yang bahkan sebelum resmi ditayangkan di Indonesia udah masuk ke Toronto International Film Festival, The Raid: Redemption yang masuk Box Office Amerika. Tepuk tangan dulu ah untuk film Indonesia.
Tetap Butuh Dukungan
Kalau dilihat dari produksinya, filmmaker Indonesia lagi menggebu-gebu banget nih. Tapi, ngomongin film itu nggak cuma soal produksinya aja, sob. Ada urusan distribusi dan konsumsi. Nah, nyatanya, di dua hal ini perfilman indonesia masih butuh dorongan banget. Pertama, dari jumlah layar. Sekarang ini kita cuma punya 1117 layar. Seharusnya kita punya 3000-5000 layar biar film-film nasional dapat exposure juga.
"Jumlah bioskop kita tuh sama kayak di Beijing yang penduduknya cuma 80 juta," kata Sheila Timothy, Ketua Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI). Sedikit info lagi, pada era 90-an, tercatat, Indonesia punya 2.800-an layar, lho. Jumlah sekarang ini merosot banget!
Kedua, soal jatah tayang. Masih jauh dari cukup, bro! Sheila Timothy Menyatakan seharusnya tuh film Indonesia punya jatah tayang lebih dari film asing. Sementara yang terjadi malah sebaliknya
"Pelaku usaha pertujukan film wajib mempertunjukkan film Indonesia sekurang-kurangnya 60% dari seluruh jam pertunjukan film yang dimilikinya selama 6 bulan berturut-turut," kata Lala mengacu pada pasal 32 UU No. 33 tahun 2009 tentang Perfilman.
Nah, kabar baiknya, sejak 11 Februari lalu, industri perfilman dihapus dari daftar negatif investasi. Hasilnya, nantinya industri film bisa mendapatkan investasi modal dari pihak asing. Tentu, makin banyak modal, bakal makin keren produksi film kita.
Menanggapi hal itu, Joko Anwar bilang dukungan itu memungkinkan lebih banyak film dengan berbagai tema untuk dibuat, termasuk film-film yang bertema budaya lokal, yang selama ini kurang modal.
Maju terus perfilman Indonesia!