Sean Gelael tahu Nuerburgring bukan sirkuit sembarangan. Namun, ia tetap berambisimengejar poin lebih baik lagi di sirkuit yang sudah dibangun pada 1920-an itu. Meski banyak kontur sulit di lintasan sepanjang 5,145 kilometer ini, Sean tetap menjadikan tantangan untuk bisa dihadapinya.
Namun sayang pada pelaksanaannya, pebalap muda ini nggak cuma kesulitan menghadapi tajamnya radius tikungan, ia juga harus mendapat ujian dengan lintasan yang basah pada pertandingan kedua di Minggu (13/9).
Memang beberapa menit sebelum balapan, Nuerburging sempat diguyur hujan gerimis. Meski sudah diumumkan sebelumnya akan datang hujan sebelum pertandingan, ternyata cuaca yang kelihatannya hanya mendung itu menjadikan sejumlah tim memutuskan untuk memakai ban kering saja. Lagi pula memang hujan belum turun, kecuali gerimis di menit-menit sebelum start berlangsung.
Para pebalap tetap melanjutkan kompetisi ini meski harus berpacu di lintasan yang sebagiannya basah. Tantangan balapan di lintasan seperti itu langka, bahkan menjadi yang pertama sejak digelar seri pertama di Sirkuit Aragon, Spanyol pada April lalu.
Strategi tim Jagonya Ayam with Carlin adalah tetap memakai ban basah. Sean, yang start dari posisi ke-18, pun melejit ke urutan tujuh memanfaatkan sejumlah mobil yang melintir karena memakai ban kering. Ketika lomba berlangsung enam putaran, kondisi lintasan mengering seiring hujan yang mulai mereda.
“Sebenarnya itu waktu yang tepat untuk masuk pit dan mengganti ban basah dengan ban kering. Namun, tim meminta saya untuk menunggu satu lap lagi dan ternyata keputusan itu keliru,” kata Sean menyesal.
Nggak lama berselang, safety car masuk karena mobil Aurelien Panis dari tim Tech 1 Racing melintir di tikungan pertama. Sean pun kehilangan momentum untuk menjaga posisinya di 10 besar. Padahal, kondisi mobil Sean tengah bagus setelah mampu menorehkan waktu 1 menit 43,596 detik.
Akibat taktik yang kurang tepat ini, peringkat Sean pun perlahan-lahan menurun ke urutan 16. Tidak cuma Sean, pebalap Tim Indonesia Jagonya Ayam with Carlin lainnya pun sempat kesulitan menangani keadaan tersebut. Alhasil, Tom Dillmann, yang sempat mendapat start bagus dari posisi keempat, akhirnya harus finis di urutan ke-14. Podium utama pun jadi hak milik Tio Ellinasdari tim Strakka racing yang diikuti rekan setimnya, Gustav malja. Adapun posisi ketiga ditempati pebalap tim DAMS, Nick De Vries.
“Ini benar-benar mengecewakan karena kesempatan untuk naik podium cukup besar.Kondisi mobil yang bagus menjadi sia-sia karena strategi yang tidak matang,” ujar Dillmann. Pebalap berusia 26 tahun itu mencatat waktu tercepat dalam satu putaran, yakni 1 menit 43,306 detik.
Hasil itu seolah melengkapi pekan yang kurang menguntungkan bagi tim Jagonya Ayam di Nuerburgring. Berbagai masalah yang terjadi sejak sesi latihan membuat performa tim kembali anjlok setelah sempat meningkat pada seri sebelumnya di Sirkuit Silverstone. Sean pun berharap, tim tak mengulangi kesalahan serupa pada seri selanjutnya di Sirkuit Le Mans, Perancis, 26-27 September.
“Semoga tim menunjukkan kinerja yang lebih baik dan profesional di Le Mans. Selain mobil yang oke, kesuksesan hanya bisa diraih dengan strategi yang tepat,” ujar Sean lagi.
Baca Juga:
Berjuang itu Nggak Langsung Menang!