Catatan Konser The Brandals Di Festival Baybeats, Singapura

Senin, 06 September 2010 | 08:46
Sekar Seruni (old)

Catatan Konser The Brandals Di Festival Baybeats Singapura

Penampilan The Brandals di Baybeats festival adalah hasil proses koresponden yang memakan waktu hampir 2 tahun lamanya. Awal 2008 salah satu staff Esplanade (Organizer venue dimana Baybeats digelar) sempat mengirimkan email untuk mengundang The Brandals tampil. Tapi sempat menguap selama hampir setahun setengah lebih dan akhirnya awal 2010 ini panitia kembali mengirimkan undangan untuk The Brandals tampil di festival musik tahunan yang diadakan tanggal 20/21/22 Agustus kemarin. Kali ini, rencana tersusun dengan rapi. Hingga akhir Juni kemarin, kami menanda tangani kontrak untuk mencapai kesepakatan : The Brandals confirmtampil di Baybeats 2010!

Sabtu 21 Agustus 2010

Kami berangkat Sabtu siang (tgl 21) dan tiba di Changi Airport sekitar pukul 4 sore waktu Singapore. Sebuah mini vandari panitia sudah menunggu untuk mengantar kami ke hotel Royal Queen di daerah Bras Basah. Setelah berbuka puasa di Bugis (Maghrib tiba pukul 7.15 di Singapore!) kami langsung melangkah menuju Esplanade. Berjalan sejauh hampir 1,5 km dan diteruskan melalui underpass yang membawa kami muncul langsung di lobi Esplanade, disitu digelar Chill Out stage dimana musisi dan band yang tampil cenderung lebh downbeatdan eksperimental. Kami melanjutkan perjalanan untuk menge-cek Powerhouse Stage. Walaupun agak sulit bergerak karena ramainya pengunjung, kami sampai di areal Powerhouse yang sedang digempur oleh Chicosci, band emo asal Filipina. Di tengah-tengah set tiba-tiba saja Chicosci menyanyikan salah satu lagu Carrie Underwood yang membuat kami mengerenyitkan dahi sambil berpandangan aneh.."Are they for real?"..

Panggung Powerhouse adalah panggung terbesar di areal Esplanade yang sepertinya memang diperuntukan penampilan line-updengan musik lebih keras dan agresif. Panggung sebesar +/- 10X6 m ini tampak megah disiram tata lampu bermacam warna dengan sound system minimal 30.000 watt yang terdengar mengelegar maksimal. Tidak sabar rasanya ingin menjajah panggung.

Sekita pukul 10.30 kami memutuskan untuk kembali ke hotel untuk istirahat. Sempat berhenti sebentar di City Hall untuk makan malam, kami kembali berjalan ke hotel sambil menikmati megahnya arsitektur gedung sekitar dan mengagumi tata letak kota Singapore yang tampaknya tidak pernah berhenti untuk direnovasi dan diperbaiki kualitasnya. Tidak habis kami berpikir jauhnya jarak waktu yang harus dicapai pemerintah daerah Jakarta untuk bisa mencapai keteraturan struktur kosmoplitan Singapore. Mungkin baru bisa tercapai 5 atau 6 generasi dibawah kami. Itupun kalau Jakarta belum tenggelam dilalap Laut Jawa.

Minggu 22 Agustus 2010

Kami berangkat menuju Esplanade untuksound check yang dijadwalkan pukul 12.30 bersama LO kami Sham, Sampai di sana, Sham membawa kami ke areal underground, terletak tepat di bawah Esplanade yang cukup luas. Setibanya di venue, semua terlihat kompeten sebagai teknisi dalam meng-handle instrumen. Efektif dan efisien, jadwal soundcheckselesai tepat dalam waktu 1 jam.

Tepat pukul 6 kami berangkat menuju Esplanade. Sampai di venue, kami langsung digiring ke backstageuntuk bersiap. Di panggung ada The Zozi asal Malaysia yang sedang beraksi hingga tepat jam 7. Ada jeda sekitar 30 menit antar line-updiberikan untuk men-settingalat. Di artist roombelakang panggung kami sibuk menaburkan bedak ke sekujur badan (trickyang kami curi dari Nine Inch Nails di tur Downward Spiral) sehingga seluruh ruangan tertutup kabut putih. Walaupun sudah ada larangan karena khawatir lantai panggung akan licin, tapi kami nekat. What the heck..kalo sudah terlanjur mau diapain? hehehe

Sekitar jam 7.30 setelah announcement, kami naik. Membuka set dengan lagu Start Bleeding! yang akan dirilis di album berikut. Tentu saja tidak ada satu-pun penonton yang kenal lagu ini, tapi semua terlihat takjub terpaku pandangannya ke panggung melihat penampilan The Brandals yang mirip mayat baru keluar dari kubur. Vokalis Eka tampil lengkap dengan jubah drakula dan mem-provokasi penonton dengan sindiran dan banyolan untuk membuat penonton bergerak. Di satu titik ada kerumunan kecil yang tampaknya WNA asal Eropa/Amerika yang terlihat agresif bergerak dan bergoyang di tempat. Lagu demi lagu dengan intensitas tinggi menghajar penonton. Serangkaian trackyang diambil dari 3 album The Brandals seperti City Boy, Moonlight Child, Vague n' Hollow serta nomer baru Love Detox dimainkan. "Does anyone here drink and did drugs?"tanya Eka di jeda lagu dan kontan kumpulan bule tadi mengangkat gelas mereka sambil berteriak YEAAHH!!!.

Sekitar 30 menit The Brandals menggempur total 7 lagu dengan sambutan antusias dari penonton. Walaupun ini adalah penampilan kedua di Singapore (pertama kali di Art House thn 2007), masih banyak mungkin yang belum kenal The Brandals, tapi tidak mengurangi tinggi nya respon untuk bergerak. Lagu penutup Black Boy Dynamite Blues mengajak koor massal menjadi klimaks orgasme memuaskan antara personil dan penonton. Selesai membereskan instrument, kami pun menyelinap ke belakang panggung untuk bertemu Igor Cavalera dan istrinya Laima Leyton yang ternyata sangat ramah. Kami melihat penampilan Mixhell di 15 menit pertama yang berhasil mengangkat histeria penonton dengan hasil mixingelectro/ baile funk/ tropicalia plus Igor yang menghajar drum set nya tanpa ampun.

Setelah menyantap makan malam di food stall , kami memasuki bis, ternyata sudah ada 2 orang bule yang tadi berteriak-teriak saat kami tampil. Pasangan cewe-cowo ini langsung menyapa dan memuji penampilan The Brandals. "Awesome man! You've killed it! It was great!" begitu kata mereka. Setelah berkenalan, kami kaget bukan kepalang karena ternyata dua orang ini adalah Dan Boeckner & Alexei Perry, personil Handsome Furs yang juga tampil malam itu di Arena Stage. Dari obrolan juga ternyata kami baru tahu kalau Boeckner juga personil Wolf Parade dari label Sub Pop Record. Satu hal yang membuat kami kagum adalah mereka sangat luar biasa ramah. A genuine music fans who enjoy new experience and meeting new bands. Bandingkan dengan musisi Indonesia yang baru populer taraf lokal tapi arogan nya sudah selangit. Sampai di hotel kami sempat berfoto sebelum berpisah, menjadikan penutup misi yang memuaskan. Rocking out the Baybeats, meeting Igor Cavalera and a brief chit chat with Handsome Furs. A Good day's worth of work! Until our next gig then! (*)

Foto : Ade Branuza

Tag

Editor : Sekar Seruni (old)