HAI-Online.com- Sempatkah kita bertanya-tanya, apa efeknya kalo populasi hewan gajah punah dari bumi?
Nah, para peneliti dunia hewandari Universitas Saint Louis melaporkan bahwa gajahmemainkan peran kunci dalam menciptakan hutan yang menyimpan lebih banyak karbondi atmosfer dan menjaga keanekaragaman hayatihutan seperti di Afrika.
Kalo sampai gajah terancam punah, maka hutan hujan Afrika tengah dan barat yang merupakan hutan hujan terbesar kedua di dunia, bakalan kehilangan antara 6 dan 9 persen kemampuannya untuk menangkap karbon di atmosfer kita.
Artinya, jika hal ini terjadi, secara otomatis akan memperbesar pemanasan planet di bum, timbul kebakaran hutan dan kemarau super panjang.
Temuan tersebut telah dipublikasikan di jurnal
Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS)pada 23 Januari 2023 dengan judul makalah “
Megaherbivores modify forest structure and increase carbon stocks through multiple pathways.”
Menurut sisten profesor biologi di Universitas Saint Louis dan penulis senior makalah Stephen Blake, merek telah menghabiskan sebagian besar karirnya untuk mempelajari gajah.
Dalam makalahnya ini, Blake, penulis utama Fabio Berzaghi dari Laboratory of Climate and Environmental Sciences (LSCE), Prancis, dan rekannya mendokumentasikan dengan tepat bagaimana ekologi megaherbivora memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap retensi karbon di hutan hujan Afrika.
"Gajah telah diburu oleh manusia selama ribuan tahun," kata Blake.
"Akibatnya, gajah hutan Afrika sangat terancam punah. Argumen bahwa semua orang mencintai gajah belum memberikan dukungan yang cukup untuk menghentikan pembunuhan. Malah mengalihkan argumen untuk konservasi gajah ke arah peran yang dimainkan gajah hutan dalam menjaga keanekaragaman hayati hutan, yang kehilangan gajah berarti kehilangan keanekaragaman hayati hutan, juga tidak berhasil, karena jumlahnya terus menurun.
"Sekarang kita dapat menambahkan kesimpulan kuat bahwa jika kita kehilangan gajah hutan, kita bakal melakukan tindakan yang merugikan global terhadap mitigasi perubahan iklim,” bebernya dikutip HAI dari Natgeo Indonesia.
Gajah makan daun dan tanaman pohon dengan kepadatan karbon rendah, membantu pohon penyerap karbon tinggi bekerja lebih baik lagi.
Blake menegaskan, “Pentingnya hutan gajah untuk mitigasi iklim harus dianggap serius oleh pembuat kebijakan untuk menghasilkan dukungan yang dibutuhkan untuk konservasi gajah. Peran gajah hutan di lingkungan global kita terlalu penting untuk diabaikan."
Di dalam hutan, beberapa pohon memiliki kayu ringan (pohon dengan kerapatan karbon rendah) sementara yang lain menghasilkan kayu berat (pohon dengan kerapatan karbon tinggi).
Pohon dengan kepadatan karbon rendah tumbuh dengan cepat, menjulang di atas tanaman dan pohon lain untuk mendapatkan sinar matahari.
Sementara itu, pohon dengan kerapatan karbon tinggi tumbuh lambat, membutuhkan lebih sedikit sinar matahari dan mampu tumbuh di tempat teduh.
Gajah dan megaherbivora lainnya memengaruhi kelimpahan pohon-pohon ini dengan memakan lebih banyak pohon-pohon dengan kepadatan rendah karbon, yang lebih enak dan bergizi daripada spesies dengan kepadatan karbon tinggi.
Ini "menipiskan" hutan, seperti yang dilakukan rimbawan untuk mendorong pertumbuhan spesies pilihan mereka. Penipisan ini mengurangi persaingan antar pohon dan memberikan lebih banyak cahaya, ruang dan nutrisi tanah untuk membantu pohon berkarbon tinggi tumbuh semakin subur.
Lantas bagaimana cara kerja gajah menjaga hutan kita bekerja dengan baik menyerap karbon yang melimpah?
"Gajah memakan banyak daun dari banyak pohon, dan mereka melakukan banyak kerusakan saat memakannya," kata Blake.
"Mereka akan melucuti daun dari pohon, merobek seluruh cabang atau mencabut pohon muda saat makan. Data kami menunjukkan sebagian besar kerusakan ini terjadi pada pohon dengan kepadatan karbon rendah. Jika ada banyak pohon dengan kepadatan karbon tinggi di sekitarnya, satu pesaing berkurang, dieliminasi oleh gajah," terangnya.
"Gajah juga merupakan penyebar benih pohon dengan kepadatan karbontinggi yang sangat baik. Pohon-pohon ini sering menghasilkan buah-buahan bergizi besar yang dimakan gajah. Benih-benih itu melewati usus gajah tanpa rusak dan ketika dilepaskan melalui kotoran, mereka siap untuk berkecambah dan tumbuh menjadi beberapa pohon terbesar di hutan," jelasnya lagi.
Nggak hanya itu, gajah juga disebutkan sebagai tukang kebun di hutan.
"Mereka menanam hutan dengan pohon yang kepadatan karbonnya tinggi dan menyingkirkan 'gulma', yang merupakan pohon dengan kepadatan karbon rendah. Mereka melakukan pekerjaan luar biasa untuk mempertahankan keanekaragaman hutan," jelas Blake lagi.
Karena preferensi ini, gajah secara langsung terikat untuk memengaruhi tingkat karbon di atmosfer.
Pohon dengan kepadatan karbon tinggi yang "dirawat' gajah menyimpan lebih banyak karbon dari atmosfer di dalam kayunya daripada pohon dengan kepadatan karbon rendah, membantu memerangi pemanasan global.
"Gajah punya banyak manfaat sosial," kata Blake lagi. "Anak-anak di seluruh dunia bermain dengan boneka gajah di kamar tidur. Gajah hutan Afrika juga mempromosikan keanekaragaman hutan hujan dalam banyak cara." (*)