Paramore Punya Kesan Aneh untuk Skena Emo dan Pop-Punk Tahun 90-an

Kamis, 16 Februari 2023 | 17:05
Sven-Sebastian Sajak

Paramore Hayley Williams at Rock Im Park 2013 in Nürnberg.

HAI-ONLINE.COM –Setelah meluncurkan tiga karya pertama mereka di awal tahun 2000-an, “All We Know Is Falling” (2005), “Riot” (2007) dan “Brand New Eyes” (2009) – kini Paramore dipandang sebagai salah satu ikon terpenting yang muncul dari kancah pop-Punk dan emo.

Pasca hiatus sejak kemunculan “After Laguhter” pada 2017 lalu, tahun ini Paramore merilis sebuah album baru “This Is Why”, yang menampilkan total 10 tracks di dalamnya (10/02).

Dalam wawancara baru-baru ini bersama NME, pentolan Paramore, Hayley Williams, membuka hubungannya yang rumit dengan skena emo tahun 90-an, dan bilang bahwa itu adalah dunia yang ‘aneh’ di mana orang-orang tertentu ‘nggak merasa diterima’.

Di tengah promosi album studio ke-6 “This Is Why”, frontwoman itu mencatat tentang bagaimana komunitas emo dan pop-Punk pada tahun tersebut ternodai oleh budaya non-inklusifnya, tepatnya pada tahun-tahun awal ketika ia mulai bergabung.

Baca Juga: Habis Posting Status WA 'See You Teman', Pelajar SMK Bunuh Diri

“Ini history revisionis dengan topik yang nggak terlalu berat,” kata Williams.

“Orang-orang ngelihat ke belakang dengan kacamata rose-tinted glasses ini. Mereka ngomong tentang hal yang baik dan ngelupain sisanya. Itu adalah skena alternatif karena suatu alasan – itu aneh,” tuturnya.

Buat yang nggak tahu,‘rose-tintedglasses’adalah sebuah idiom yang yang punya persepsi optimis dan positif dalam melihat sesuatu sesuatu.

Artinya, di sini Williams mencoba mengungkapkan bahwa orang-orang selalu menganggap era emo tahun 2000-an sebagaisesuatu lebih baik daripada yang sebenarnya.

Berbicara tentang mengapa skena tersebut sering memandang wanita dengan cara yang menghina, doi melanjutkannya dengan bilang bahwa dia cukup marah tentang sekelompok orang yang diintimidasi.

“Anak-anak itu diintimidasi, itulah kenapa banyan banget cowok yang menulis lagu-lagu buruk tentang ‘ex-girlfriends’. Gue cuma marah tentang ketidakadilan sekelompok orang yang diintimidasi, yang pada dasarnya nyiptain dunia di mana orang lain nggak merasa diterima.”

Terlepas dari hubungannya yang nggak nyaman dengan skena di mana Paramore dibesarkan, Williams mengungkapkan bahwa lagu “Crave” yang jadi bagian album “This Is Why”, telah mengeksplorasi keinginannya buat menghidupkan kembali tahun-tahun kemunculan awal band.

“Ketika orang-orang menunjukkan “Crave” sama gue, gue terpompa karena kita udah lama nggak mengalami apa pun yang secara sonik terasa kayak gitu,” tuturnya.

“Kita nggak suka terlalu banyak memuji nostalgia, kita pengen bergerak maju. Tapi dengan musiknya, lo nggak bisa lepas dari perasaan itu. Gue cuma mirikin kenapa gue selalu merindukan momen yang gue alami karena gue terlalu khawatir tentang kapan ini bakal berakhir,” tambah Williams.

Baca Juga: Hayley Williams Tentang Album Baru Paramore: Ini Yang Paling Politis

Ngomongin tentang pengalaman negative dari komunitas emo, Williams sendiri sempat mengungkapkan hal serupa sama Billboard pada bulan lalu, ketika saat itu Fat Mike dari NOFX diduga membuat komentar yang nggak pantas secara seksual tentangnya.

Penyanyi cewek tersebut menuturkan bahwa budaya misoginis pada saat itu cukup mendorong perilaku semacam ini.

“Semua orang hanya mencoba mengingat hari-hari yang lebih baik, dan gue duduk di sana kayak, ‘mereka nggak jauh lebih baik’. Tapi gue pikir apa yang gue rasakan adalah campuran dari pembenaran dan juga banyak kemarahan,” katanya.

“Gue benar-benar terkejut bahwa gue punya begitu banyak kemarahan dalam diri gue,” tutur Williams.

Album “This Is Why” telah dirilis sejak 10 Februari lalu, dan bisa lo dengerin di sini:

Tag

Editor : Al Sobry