HAI-Online.com- Fenomena 'mengemis online' melalui platform live di TikTok sedang menjadi perbincangan hangat netizen belakangan ini.
Hal itu karena sejumlah orang yang mengaku kreator melakukan siaran langsung atau live di TikTok dengan melakukan kegiatan ekstrem atau tak wajar, seperti berendam di air hingga mandi lumpur, dan melibatkan aktor utama orang tua atau lansia, nenek-nenek.
Live mereka tidak menampilkan joget melainkan berendam dalam air sambil mengguyur badan jika ada penonton yang memberikan gift.
Yap, mereka memanfaatkan 'gift' yang ada di tangan penonton TikTok dan berharap bisa mendapatkan gift dengan jumlah banyak dari penonton dan kemudian menukarnya dengan uang.Sawerangiftsaat live streaming ini memang tengah booming bahkan sejak pertengahan tahun lalu. Konten kreator hits Bunda Corla misalnya menjadi contoh nyata, banyak pemberi saweran untuk aksi menghiburnya itu.
"Gue nggak gila-gila uang," katanya membebaskan dirinya di panggung online saat tinggal di Hamburg, Jerman.
Iamengaku tak mengerti dan apalagi mau mencari tahu cara bagaimana mencairkan gifts di TikTok, Bunda Corla dapat saweran yang besar namun tak memedulikannya kecuali saweran artis yang nonton dan langsung cash mentransfer sawerannya.
Cara saweran yang dilakukan netizen ini mirip seperti "saweran" yang biasa dilakukan di dunia nyata, seperti dalam acara-acara hajat atau atraksi di tempat wisata di berbagai daerah di Indonesia. Bedanya, saweran di platform digital berlangsung melalu siaran langsung (live streaming) di dunia maya.
Untuk nyawer digital, penonton juga harus punya "alat sawer" berupa koin/item digital berupa gift tertentu misalnya dalam TikTok, atau contoh lainnya di platform streaming game Twitch, penonton harus membeli "Bits" untuk nyawer ke gamer yang lagi bikin live streaming merekaagar bisa memberikan apresiasi kepada kreator konten selama live berlangsung.
Live streaming menjadi fitur yang banyak digunakan kreator atau publik figur sejak pandemi, karena membantu mereka berinteraksi dengan followers tanpa kontak langsung secara fisik atau offline.
Meski kini perlahan pandemi mulai mereda, fitur itu masih digunakan oleh kreator atau pengguna medsos pada umumnya, untuk saling berinteraksi.
Namun, menurut pakar media sosial, Hariqo Wibawa Satria, fitur live streaming sebaiknya dibatasi.
Alasannya, pengguna pada usia tertentu dinilai belum bisa menggunakan fitur tersebut dengan bijak. Sementara fitur live streaming secara umum bisa digunakan oleh semua pengguna di lintas usia.
Belum lagi untuk memonetisasi fitur live streaming, beberapa platform menetapkan ketentuan khusus.
Baca Juga: Tau Channel YouTube-nya Kena Hack, Windah Basudara: Gila! Rekor Video Hack ditonton 60.000 Viewers!
Jadi, tidak semua pengguna yang bisa streaming langsung, bisa pula disawer. Di TikTok misalnya, kreator yang bisa "disawer" saat live streaming adalah mereka yang sudah memiliki pengikut (follower) setidaknya 1.000 pengikut.
Namun menurut Hariqo, ketentuan tersebut memiliki kelemahan. Sebab, jumlah follower bisa diupayakan cukup mudah, misalnya dengan cara membeli follower atau cara lainnya.
Selain itu, Hariqo juga menilai bahwa syarat tersebut kurang mendidik karena bisa berdampak pada kesehatan mental pengguna.
Misalnya, ketika pengguna tertentu disepelekan pengguna lain, hanya karena jumlah follower yang sedikit.
“Kelemahannya, bisa aja nyari followers, bisa beli. Persyaratan yang berbau follower itu nggak mendidik. Nggak bagus untuk kesehatan mental pengguna,” ujarnya.
Ini terbukti dengan ramainya live di TikTok yang menunjukkan aksi nenek mandi, berjam-jam mereka standby di depan kamera untuk meminta gift/saweran online.
Ketika mendapatkan gift, nenek pemeran mandi akan mengguyur badannya yang sudah basah, tentu ini akan berbahaya bagi kesehatan fisik "bintang utama" live tersebut apalagi mereka mandi dalam keadaan memakai baju lengkap selama berjam-jam lamanya.
Meski diakui kerap mendapat bayaran hingga Rp 9 jutaan, aksi nenek yang mandi live itu diikuti warga lain yang juga ingin mencari saweran serupa.
Tentunya fenomena mandi di TikTok ini menjadi isu hangat di media sosial, ada banyak yang bilang kalo aksi ini tudka benar karena dianggap mengeksploitasi ibu-ibu atau lansia. Bagaimana menurut kalian? Apakah cukup kasian atau teruskan untuk kasih saweran? (*)