Punya Sampah Harian 40 Ton, Bali Edukasi Pelaku Pariwisata untuk Ikut Daur Ulang Plastik

Sabtu, 10 Desember 2022 | 13:40

Pemberian penghargaan ke para pahlawan pengelola sampah di Bali

HAI-Online.com– Tahukah kamu, setiap harinya Provinsi Bali kedatangan 40 ribu wisatamawan, baik itu yang berasal dari mancanegara dan juga domestik, baik turis yang masuk dari jalur darat, laut atau pun udara.
Nah, kalo setiap orang membawa 0,5 kg - 1 kg sampah pribadi, maka Bali punya pekerjaan rumah untuk mengelola lebih dari 40 ton sampah setiap harinya. Itu hanya dari turis saja, belum lagi dari warga lokal yang tinggal di sana.
Melihat hal ini, Bali sudah membuat sejumlah aturan untuk bisa mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, terutama jenis sampah plastik sekali pakai.
Pencemaran plastik ini menjadi perhatian utama karena adanya kekhawatiran, sebagian sampah plastik berakhir di laut. Padahal bangkitnya wisata Bali, salah satunya adalah wisatawan ingin menikmati keindahan laut dan pantainya. Tentunya masalah sampah ini jadi sesuatu yang kompleks dan tidak mengenal lagi batas wilayah atau negara.
Baca Juga: Mahasiswa ITS Rancang Aplikasi GOTWASTE Untuk Olah Sampah Organik
Dalam upaya menangani permasalahan sampah ini, masyarakat perlu untuk diedukasi lagi soal rantai panjang dari penggunaan plastik dan daur nilai plastik (life cycle), terutama agar tidak ada permasalahan sampah ke laut seperti yang sedang terjadi saat ini yakni di pantai-pantai bagian selatan pulau Bali.
Untuk itulah, Yok Yok Ayok Daur Ulang! (disingkat YYADU!) yang merupakan program advokasi dan edukasi daur ulang plastik terus berupaya untuk menghadirkan solusi dan meningkatkan kesadaran penanganan serta pengelolaan sampah melalui peran kolaborasinya dengan penta helix yang melibatkan beberapa pihak, yakni pemerintah, masyarakat dan komunitas,
akademisi, industri, dan juga publikasi / media agar menyadari masalah sampah ini.
"Sektor pariwisata di Bali saat ini sedang dalam pemulihan. Masa transisi kembalinya wisatawan ke Bali ini memang harus diimbangi dengan kesiapan destinasi wisata dari aspek-aspek seperti salah satunya kebersihan. Kita tahu wisatawan yang datang ke Bali mencapai 40ribu turis setiap harinya, kalo masing-masing bawa 1 kg sampah sudah ada 40 ton yang harus diolah.
"Karena itu, merawat lingkungan sudah menjadi kewajiban masyarakat Bali sejak dulu dan untuk terus menjaga kearifan Bali.
"Namun, seiring terjadinya transformasi mata pencaharian, terjadi kevakuman tanggung jawab. Kewajiban ini perlu diingatkan lagi dan diimplementasikan kembali di masa sekarang,” terang Prof. Tjokorda Oka Artha, Wakil Gubernur Provinsi Bali dalam acara seminar “Yok Yok Ayok Daur Ulang: Kelola Sampah Laut untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan”, Sabtu (10/12/2022) ini.
Dikatakan Prof. Tjokorda Oka Artha atau yang akrab disapa Cok Oka, saat ini kita sudah hidup berdampingan dengan plastik. Untuk itu perlu adanya upaya untuk tidak membuat susah diri kita karena ketergantungan dengan plastik, namun tetap menyadari kerusakan yang akan dibuat jika sampah plastik tidak dikelola dengan baik.
Apalagi lingkungan termasuk wilayah pesisir yang memiliki banyak fungsi bagi masyarakat Bali yang sebagian besarnya dikelilingi pantai, mulai dari fungsi budaya, konservasi, transportasi, dan lain-lain, kesadaran ini harus dimiliki bersama-sama.
Baca Juga: Men’s Xperience, Produk Perawatan Cowok Resmi Diluncurkan, Gandeng Noah Jadi Brand Ambassador
“Menanggapi hal tersebut, kami sudah berusaha dari hulu ke hilir memperhatikan masalah lingkungan, dari gunung, danau, sungai, mata air hingga ke pantai dan laut, karena berbicara lingkungan itu sifatnya multi-sektor.
"Berdasarkan kebijakan Gubernur terkait pengelolaan sampah berbasis sumber, kami terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait implementasinya,” jelas I Made Teja, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali di acara yang sama.
Bergabungnya pihak pemerintahan melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, masyarakat dan komunitas melalui Bali Waste Cycle, Bali Tourism Board, dan Greeneration Foundation, juga publikasi media melalui Jaringan Jurnalis Peduli Sampah, serta industri melalui PT Trinseo Materials Indonesia dalam program advokasi dan edukasi YYADU! diharapkan dapat menghadirkan solusi penanganan sampah, khususnya di Bali yang saat ini berfokus pada sampah laut.
“Saat ini, setiap harinya kami (Bali) selalu kedatangan visitor, baik domestik maupun mancanegara sebanyak 40.000 pengunjung melalui jalur udara, laut, dan darat. Perjalanan laut yang umumnya dilakukan dengan cruise selalu menjadi potensi pencemaran sampah di laut,” ujar Ida Bagus Agung, Ketua Bali Tourism Board.
Dalam upayanya mengembangkan destinasi wisata berkelanjutan, Bali Tourism Board juga menambahkan bahwa kebersihan menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan, terutama dalam hal kelola sampah.
Namun, mengatasi permasalahan sampah perlu dilihat secara menyeluruh atau holistik. Faktanya, data dari beberapa sumber mengatakan saat ini 80 persen sampah laut di Indonesia berasal dari daratan dan 30 persen dikategorikan sebagai sampah plastik.
Kesadaran masyarakat untuk memilah dan mengelola sampah akan mendukung ekosistem tata kelola sampah sehingga sampah tidak berujung mencemari lingkungan.
Selain itu, sampah yang dikelola dengan baik mampu menghasilkan nilai tambahan (added value) yang mampu mendorong ekonomi sirkular.
“Melalui Bali Waste Cycle ini kami mengedukasi, melakukan pengangkutan, pengumpulan, sampai pada pengolahan. Sehingga sinergitas berbagai pihak perlu dilakukan. Sampah yang sudah dipilah dan dikelola dengan baik, akan memudahkan untuk proses selanjutnya, yaitu daur ulang guna menjaga Provinsi Bali yang benar-benar BALI, Bersih, Asri, Lestari, dan Indah,” kata Putu Ivan Yunatana, Founder Bali Waste Cycle.
Mengacu pada Undang Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, tanggung jawab sampah ini adalah gabungan dalam ekosistem kelola dan daur ulang sampah yang juga tertuang jelas pada Pasal 15, di mana produsen bertanggung jawab terhadap kemasannya.
Mewakili pihak industri, Hanggara Sukandar selaku Director of Environment & Sustainability Affairs Responsible Care® Indonesia juga menyatakan bahwa proses pemilahan sampah plastik akan mendukung proses daur ulang yang saat ini sudah dapat dilakukan dengan terus berkembangnya teknologi.
“Sudah banyak jenis plastik yang dapat didaur ulang, mulai dari PET, PS, PP, dan lain-lain. Namun, sosialisasi tentang kegiatan pengelolaan dan pemilahan jenis sampah plastik ini masih perlu dilakukan karena belum semua masyarakat memahami hal tersebut,” ucap Hanggara Sukandar, Responsible Care Indonesia.
Mendukung upaya daur ulang sampah plastik di kawasan pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno iku memaparman hasil survey Sustainable Travel Report, yang mengatakan saat ini, 83 persen wisatawan telah menganggap perjalanan berkelanjutan itu penting dan 62 persen wisata global lebih memilih destinasi dan akomodasi yang bersertifikasi ramah lingkungan.
Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu! Ini 5 Destinasi Wisata Tpay Healing Lokal Favorit Baru Versi Traveloka Staycation Week
Kemenparekraf mencoba menyikapi adanya perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan destinasi wisata menjadi smartgreen destination.
“Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah), di mana salah satunya adalah pengelolaan sampah responsible atau bertanggung-jawab. Untuk mewujudkan aksi nyata tersebut, perlu dilengkapi melalui proses komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi,” ujar Sandiaga Uno berharap kolaborasi banyak pihak dapat mewujudkan waste cycle terbaik di Bali dan wilayan pariwisata lainnya.
Kamu yang berkunjung pastinya harus ikutan juga, ikut menjaga kebersihan dan menikmati keindahannya. (*)

Tag

Editor : Al Sobry