HAI-ONLINE.COM – Iga Massardi menyebutkan kalo Instagram sebagai “panggung digital” bisa menjadi jalan yang “gampang” bagi para pemusik Indonesia untuk bisa mencapai keberhasilannya di industri tersebut.
Hal itu dipaparkan oleh gitaris Bara Suara itu saat ngobrolin tentang bagaimana perkembangan bermusik di Indonesia saat ini, dalam wawancara bersama HAI pada Rabu (7/12/22).
Itu pun disebutkan oleh Iga melalui kacamata seorang gitaris yang udah menjajaki karier bermusik sejak setidaknya 2005 silam.
Dari perjalanan kariernya sendiri, Iga tentu melewati proses yang nggak gampang dan nggak instan hingga bisa dikenal kayak sekarang ini.
Sebelum popular dengan keberadaannya di Bara Suara, Iga juga pernah bermusik untuk beberapa proyek lintas genre, kayak sebuah proyek band indie The Trees and The Wild di 2009, ngisi gitar untuk musiknya Tika and The Dissident, Soulvibe, dan Barry Likumahuwa Project.
Iga Massardi bersama The Trees and The Wild (2010)
Nah, dari pengalamannya itulah agaknya bisa dirasakan perbandingan oleh seorang Iga, bagaimana perkembangan yang terjadi di dunia musik di masa sekarang ini.
Menurut Iga, di era sekarang yang udah “gampang” untuk dapet panggung, semua orang tuh punya kesempatan yang sama untuk mencapai mimpinya dalam bermusik.
Baca Juga: Belum Jadi Anak Indie Nih Kalo Belum Dengerin 10 Rekomendasi Lagu Barasuara Terfavorit!
Ditambah dengan keberadaan dunia digital saat ini bener-bener ngasih jalan yang lebar banget sebenernya untuk para pemusik, yang beneran pengen serius bergelut di bidang itu.
“Kan bisa di bilang kayak Instagram sekarang udah berubah jadi panggung lah ya dalam dunia digital, gue ngerasa kalo dibandingin sama dulu itu, ini udah sebuah kemajuan dan percepatan yang luar biasa sih,” akunya.
Yap, nggak cuma di Instagram aja sih ya sebenernya,masih banyak lagi media sosial yang bisa jadi "panggung" jaman sekarang ini untuk lo yang pengen mencoba peruntungan meraih mimpi melalui platform-platform tersebut, hanya dengan pede unjuk diri dan menyuguhkan sesuatu yang beda sob!
Semuanya punya kesempatan yang hampir sama untuk meraih mimpinya, cuma tinggal gimana lo bisa ngebungkus itu agar bisa terlihat otentik aja kalo menurut Iga.
“Gue ngerasa sekarang itu semua orang punya tempat, punya pendengarnya masing-masing. Tinggal gimana ngebungkusnya aja, supaya bisa menjadi konten yang bisa dinikmati banyak orang aja,” tambahnya.