Banyak Masalah di Panitia Acara, Ini Temuan Awal Tragedi Kanjuruhan yang Dibeberkan Mahfud MD

Kamis, 06 Oktober 2022 | 17:02
Kompas.com

Menko Polhukam Mahfud MD memberikan keterangan pers usai berkunjung di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (23/4/2021). Dalam kunjungan tersebut, Menkopolhukam Mahfud MD melakukan pertemuan dengan Uskup dan Pastor Gereja Katedral serta korban ledakan bom Katedral Makassar.

HAI-Online.com- Temuan baru dari hasil penyelidikan Tragedi Kanjuruhan yang tewaskan 131 nyawa supporter dan polisi akhirnya telah dibeberkanMenteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) MafhudMD.

Sebagai perkembangan awal, temuanTim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhanmengungkappenyebab mulanya ke kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Mahfud mengatakan, fakta terbaru penyebab terjadinya Tragedi Kanjuruhandi antaranya karena faktor pengendalian keamanan hingga regulasi.

“Banyak faktor. Pada temuan awal, stadion termasuk faktor yang dicatat turut menjadi penyebab tragedi itu. Faktor-faktor lainnya adalah penyelenggara dan panpelnya, pengendalian keamanan, suporter, regulasi dan lain-lain,” ujar Mahfud dikutip dari Kompas.com, Kamis (6/10/202).

Untuk mencari akar masalahnya, Mahfud MD berpendapat, ketika tragedi sudah terjadi dan investigasi dilakukan, hasil temuannya cenderung berkisar ke soal teknis penyelenggaraan.

Sementara itu, kata Mahfud, akar permasalahannya justru tidak tertangani.

“Ini menjadi pukulan bagi kita karena bukan hanya menjadi masalah nasional tapi juga menjadi sorotan dunia internasional,” ujar Mahfud lagi.

Terkait permasalahan stadion, Mahfud mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk segera meneliti dan memperbaiki semua stadion di Indonesia.

“Agar memenuhi standar yang diatur secara internasional maupun nasional,” ujarnya.

Diketahui sebelumnya, polisi telah memperbarui data jumlah korban Tragedi Kanjuruhan dari 125 orang tewas menjadi 131 orang.

Mengutip data Kementerian PPPA, 33 di antara para korban yang sejauh ini teridentifikasi merupakan anak-anak usia 4-17 tahun.

Di sisi lain, Aremania mencatat bahwa hingga Selasa (4/10/2022) malam, 4 orang anak belum ditemukan. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya