Dibilang Sebabkan Kanker, Ternyata Belum Ada Bukti Minum Air dari Galon Kemasan Berdampak ke Kesehatan

Minggu, 02 Oktober 2022 | 10:41
Fxfuel

Dibilang Sebabkan Kanker, Ternyata Belum Ada Bukti Minum Air dari Galon Kemasan Berdampak ke Kesehatan

HAI-Online.com— Ramai lagi nih polemik air galon kemasan isi ulang yang disebut mengandung senyawa Bisfenol A alias BPA yang katanya menyebabkan berbagai masalah kesehatan, gangguan hormonal kesubutan bahkan kanker.
Nah, karena masalah ini, diskusi di ruang publik juga semakin ramai menyusul rencana pelabelan BPA pada air mineral kemasan galon guna ulang.
Padahal, sejauh ini belum ada riset yang konklusif terkait dampak BPA terhadap kesehatan, dan belum ada riset yang relevan dengan kondisi kebiasaan minum air galon di Indonesia.
Baca Juga: Masyarakat Indonesia Suka Minum Air Galon Isi Ulang tapi Ada Rencana Pelabelan BPA di Kemasan, Ini Dampaknya!
Sejumlah badan kesehatan terkemuka dari seluruh dunia (termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, Health Canada, Otoritas Keamanan Pangan Eropa dan Standar Makanan Australia Selandia Baru), menyatakan bahwa paparan BPA tidak menimbulkan risiko kesehatan atau masalah keselamatan bagi orang-orang dari segala usia, termasuk anak yang belum lahir, bayi dan perempuan hamil.
Sayangnya, pandangan objektif terkait dengan pengaruh BPA pada kesehatan belum banyak dipaparkan oleh para ahli.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof. dr. Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM, menyatakan bahwa tidak tepat mengaitkan kanker dengan BPA.
“Sampai saat ini belum ada buktinya. Tidak cukup data untuk menyatakan BPA ini menyebabkan kanker. Kita perlu mengumpulkan data yang lebih banyak lagi dalam beberapa tahun ke depan sampai kita benar-benar yakin tentang hal ini,” tegasnya.
Alih-alih BPA, penyakit kanker, tambah Prof. Aru, lebih banyak disebabkan oleh 3 faktor yang berkaitan dengan gaya hidup dan ini sudah dibuktikan melalui bukti ilmiah yang sahih yaitu: pertama, overweight atau obesitas, gaya hidup kurang olahraga, dan pola makan tidak sehat.
Selain tiga faktor tersebut, faktor lain penyebab kanker adalah seperti karena paparan zat kimiawi dari lingkungan yang itu pun pengaruhnya sangat kecil hanya sekitar 2 persen.
“Isu rokok malah lebih penting dikaitkan dengan kanker dibandingkan BPA. Sekali lagi, masih ada konflik data terkait BPA menyebabkan kanker,” jelas Prof. Aru di acara yang sama.
Dijelaskannya, BPA adalah zat yang terdapat dalam kemasan, biasanya kaleng atau plastik. Fungsinya untuk memperkuat daya tahan kemasan sehingga bisa digunakan berulang. Komposisi BPA dalam wadah atau kaleng ini sangat kecil, dan tidak mudah untuk terurai.
Baca Juga: Maba Dijemur 5 Jam dan Dilarang Minum, Untirta Tanggapi Ospeknya yang Rame Kecaman di Twitter!
Faktanya memang ada bahan kimia di botol galon kemasan, namun dokter spesialis penyakit dalam, dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid, menyatakan bahwa terkait kandungan BPA di galon itu kadarnya tidak menggangu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh kita.
“Untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar (jika terbukti larut) dalam satu waktu secara bersamaan. Dalam berbagai review study, penggunaan bahan kimia dalam keseharian ternyata tidak mampu mencapai ambang yang bisa menyebabkan endocrine disruption,” tuturnya lagi.
Dr. Aswin melanjutkan, kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001% dari ambang batas yang bisa mengganggu.
“Disebutkan, butuh 10 ribu galon dalam satu waktu untuk bisa mencapai jumlah tersebut. Terkait hal ini, memang tidak perlu khawatir untuk menggunakan galon sehari-hari,” ujarnya lagi.
Secara umum, zat-zat kimia yang masuk ke tubuh secara natural juga akan dibersihkan melalui berbagai mekanisme. Misalnya melalui detoksifikasi di liver (hati), dan dibuang oleh ginjal melalui urin.
“Ada banyak jalur pembuangan zat kimia dari tubuh kita. Untuk BPA, akan didetoks di liver. Jadi dalam jumlah kecil tidak berbahaya karena akan didetoksifikasi, sehingga tidak masuk ke peredaran darah,” tutur dr. Aswin.
Dengan kata lain, BPA yang masuk ke tubuh sehari-hari dalam jumlah kecil tidak akan terakumulasi, sehingga potensinya sangat minim untuk bisa menimbulkan endocrine disruption.
“Yang berpotensi mengganggu adalah yang masuk dalam jumlah yang sangat besar dalam satu waktu, bukan akumulasi selama puluhan tahun,” tegas dr. Aswin.
Secara etiologi dalam skala global, tidak ada hubungan kausalitas yang kuat antara BPA dengan berbagai penyakit, seperti kanker dan gangguan endokrin.
Baca Juga: Perjuangan Pemeran Severus Snape Bertahan dari Kanker, Buku Diary Alan Rickman Bakal Dirilis Oktober 2022
“Tidak seperti rokok dengan kanker paru, atau virus HPV dengan kanker serviks, yang memang secara etiologi hubungan kausalitasnya sangat kuat,” papar dr. Aswin.
Belum ada satu studi pun yang berhasil menemukan hubungan efek penyebab antara BPA dengan gangguan kesehatan.
“Baru ada dalam tingkat mencit, atau studi sel di lab. Itu tidak bisa membuat kita berkesimpulan bahwa BPA merupakan penyebab dari kanker ataupun gangguan endokrin dan hormon,” imbuhnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya