Wawancara Eksklusif HAI dengan CEO Tunecore: Indonesia Adalah Pasar Musik yang Penting

Sabtu, 01 Oktober 2022 | 16:05
HAFIYYAN

CEO Tunecore Andreea Gleeson bersama salah satu musisi yang menggunakan Tunecore, Danilla

HAI-Online.com - Gimana sih kiprah Tunecore sendiri di Indonesia? HAI dapat kesempatan ngobrol bareng CEO-nya langsung, Andreea Gleeson! Pada Kamis (29/9) lalu, doi cerita tentang perjalanan Tunecore selama 16 tahun berdiri dan bagaimana musisi Indonesia jadi lebih dikenal karena Tunecore.

HAI (H): Hai Andrea! Boleh diceritakan nggak perjalanan Tunecore selama di Indonesia gimana?Andrea (A): Kita sangat senang bisa membantu para artis indie mengembangkan karya dan mendistribusikannya. Apalagi mereka juga menghasilkan uang dari karya yang mereka buat. Jadi, Tunecore ingin menembus batas yang menghalangi mereka untuk mendistribusikan karya.

Sekarang, segala hal dan rilisan itu digital. Dan memberikan kesempatan untuk ngeboost rilisan dari artisnya supaya lebih bisa kelihatan ke playlist-playlist di DSP. Apalagi kalo lo semakin sering rilis single setiap bulan, ada project yang banyak, kemungkinan karya lo ter-notice banyak orang juga akan lebih besar. Karena yang kita lihat, musisi yang sukses adalah mereka yang selalu merilis lagu setiap saat. Dan yang menariknya adalah, kita baru aja rilis local payment method, Dana dan Gopay.

Seneng banget, soalnya sebelumnya metode pembayaran yang ada cuma Paypal. Apalagi, kartu kredit nggak terlalu ramah di orang Indonesia, jadi ketika ada Dana dan Gopay, ini jadi game changer sih. Selain itu, kalau dilihat berdasarkan data, Asia Tenggara cukup aktif dalam merilis karya. Jadi, kita mau memudahkan para musisi supaya lebih leluasa untuk mempublikasikan karyanya.

Baca Juga: Tertarik Distribusi Karya Lo? TuneCore Punya Program Baru Tanpa Batas!

H: Apa yang harus diperhatikan para artis kalau mau sign in ke Tunecore? A: Lo pastinya harus tau kalau untuk dikenal banyak orang ada prosesnya, dan sebagai artis, lo kudu menikmati proses tersebut. Untuk mencapai itu ya lo tetap harus bereksperimen sebagai musisi, latihan, dan cobalah rilis-rilis karya lo. Liat mana yang emang diminati banyak orang, mana yang ternyata mungkin kurang. Dan gunakanlah media sosial secara maksimal; sekarang udah ada YouTube Shorts, TikTok, Instagram Reels, Instagram Music, share musik lo di sana. Jadi, intinya jangan pernah berhenti mencoba, jangan puas sama karya-karya lo, terus dikembangkan! Dan jangan lupa, kumpulin pendengar lewat media sosial. Di samping itu, harus terus belajar. Educate yourself, karena Tunecore sendiri punya Masterclass kalo lo mau latihan lebih. Di situs kita, lo bisa belajar dan nggak clueless clueless amat apa yang harus dilakukan di awal. Oh, iya. SItusnya udah di-translate ke Bahasa Indonesia juga, jadi mudah diakses!

HAFIYYAN

CEO Tunecore Andreea Gleeson bersama sejumlah musisi Indonesia yang menggunakan Tunecore.

H: Apa hal utama yang artis harus tau soal Tunecore? A: Beberapa artis nggak cukup percaya diri untuk mempublikasikan karyanya. Tunecore mau membuktikan bahwa artis bisa mempublikasikan karyanya sendiri tanpa harus terikat label. Yang pasti, kita adalah platform yang menawarkan layanan distribusi untuk artis artis independen supaya karyanya lebih bisa ditemukan dan dikenal khalayak ramai. Kita punya beberapa paket distribusi yang bisa dipilih. Dengan Tunecore, artis independen bisa mempublikasikan karya mereka ke lebih dari 150 platform digital, seperti Spotify, Apple Music, Amazon Music, TikTok, YouTube, dan lainnya. Dan yang harus dicatat juga, kalo lo nggak cuma nyanyi aja, tapi juga nulis lagunya, penghasilan lo juga akan bertambah. Jadi, nanti bakal ada 2 sumber penghasilan. Secara mekanik dan secara royalti. Jadi, ada perbedaan sumber penghasilan antara royalti dan jumlah streams dari Digital Streaming Platform. H: Oke, berarti sesusah apa sih prosea ngerilis lagu di Spotify dan Digital Streaming Platform lain?

A: Tentunya, lo nggak bisa sembarangan upload lagu lo. Kalau lo mau upload, lo harus upload satu per satu di digital streaming platform. Dan lewat Tunecore, lo tinggal masukkin karya lo di situs kita, dan pendistribusian lagu lo ke DSP akan kita urus, mulai dari Spotify, Apple Music, dan lainnya karena kita punya partnership juga sama DSP ini. Kita nggak punya perantara, jadi 100 persen keuntungan akan kita langsung berikan pada sang artis. Pernah nggak sih lo dengerin Spotify, terus ada artis yang lo nggak kenal lagunya keputer? Konsepnya kayak di Amazon, ketika lo lagi beli sesuatu, terus nongol rekomendasi lain yang mirip sama barang yang lo beli.

Ketika lo daftar ke Tunecore, konsepnya juga nanti bakal kayak gitu. Musik lo sebisa mungkin akan muncul di suggestion orang-orang yang mendengarkan musik serupa dengan musik lo.H: Bayar berapa kalo misalnya artis indie baru mau ambil Tunecore? A: Yang harus lo bayar pertama kali adalah 14.99 USD, ya sekitar Rp 180 ribuan kalau ditransform ke Rupiah. Itu adalah paket untuk New Artist.Lo bisa rilis lagu lo ke library music-nya media sosial, seperti Instagram, TikTok, atau Reels. Paket ini bertujuan agar musisi baru punya kesempatan untuk lebih dikenal karyanya.

Ada juga yang paling advance, yaituProfessional Plan seharga $50 USD, dimana toolsnya akan lebih details lagi. Paket ini biasanya dipakai untuk musisi yang sudah punya label, tapi ingin musik mereka dikenal oleh lebih banyak orang lagi di seluruh dunia.

Dan kalau misalnya ada label yang ingin mendaftarkan lebih dari 1 artisnya, bisa add on $15 USD per artist. Jadi, kalo professional plan itu konsepnya adalah B2B.

Yang pasti, Tunecore nggak akan memungut biaya untuk keuntungan yang didapatkan para artis! Jadi, nggak usah khawatir kita bakal minta komisi, hahaha.

H: Boleh diceritaiin nggak beberapa kisah sukses dari pengguna Tunecore?

A: Tentu saja boleh! Salah satu jebolan Tunecore adalah Ed Sheeran yang angkatan lama. Ada juga Lauren Spencer Smith, yang beberapa waktu lalu lagu Finger Crossed-nya viral di Twitter.

Sedikit cerita tentang Spencer, dia adalah seorang artis yang betul-betul indie, nggak ada yang kenal Lauren. Namun, karena dia mencoba aktif untuk pakai media sosialnya, seperti TikTok, ia berhasil mengumpulkan komunitas penggemarnya, dan karena itu, ia sejajar dengan Adele di UK charts. Sekarang, doi udah dapet 7,6 juta pendengar per bulan.

Karena, kita percaya bahwa sebenarnya ada banyak sekali musisi berbakat, mereka hanya butuh untuk didengar.

H: Kalau versi Indonesia ada nggak?

A: Tentu. Kita punya Fourtwnty, Ify Alyssa, Kunto Aji, Dialog Dini Hari, dan Payung Teduh. Mereka semua pakai Tunecore.

Dan, kita juga bagian dari Believe group, sehingga kalau misalnya ada artis yang start dari Tunecore dan pengin punya dukungan dan layanan promosi lebih lagi. Jadi, 'Believe' sendiri aktif untuk melihat artis-artis yang terbilang siap untuk masuk ke Believe.

H: Challenge apa aja yang dihadapi oleh Tunecore selama mengembangkan platform di Indonesia?

A: Kita mau lebih akrab dengan pengguna lokal di Indonesia, sih. Karena, kita bisa menyesuaikan diri dengan teknologi yang lebih canggih, tapi kita nggak tau persis apa yang terjadi dan dialami oleh warga lokal.

Sebelumnya, kita nggak tau kalau ternyata orang Indonesia nggak familiar dengan kartu kredit. Apalagi, artis yang baru merintis, sulit untuk mengakses kartu kredit.

Oleh karena itu, kita menawarkan fitur pembayaran yang lebih mudah yaitu Dana dan GoPay. Tunecore ingin menembus batasan yang ada untuk jadi lebih lokal.

H: Bagaimana pandangan kamu tentang masa depan Tunecore di Indonesia?

A: Kita tau dari beberapa riset bahwa wilayah Asia Tenggara berpotensi untuk menjadi "pasar musik" yang besar, dan gue rasa itu nggak akan dalam waktu yang lama lagi.

Nah secara spesifik, Indonesia adalah prioritas untuk pasar musiknya Tunecore. Jadi, Indonesia adalah salah satu target market yang penting.

Kita ingin artis lokal di sini percaya kalau mereka sebenarnya bisa mengenalkan karya mereka ke banyak orang, baik secara lokal atau internasional.

Jadi, kita harap banyak musisi di Indonesia lebih percaya diri terhadap karyanya.

Well, segitu aja sesi interview bareng Andrea Gleeson dan segenap tim dari Tunecore! Kalau lo punya karya, jangan sampai dianggurin ya sob! Coba aja upload dulu ke Tunecore, barangkali bisa meledak kayak Fourtwnty, Barasuara, atau bahkan Ed Sheeran.

Semangat berkarya!

Tag

Editor : Alvin Bahar