HAI-Online.com- Lebih baik mencegah daripada mengobati adalah langkah yang baik untuk dilakukan orang-orang terutama yang sudah lama tidak melakukan olahraga.
Yap, pemeriksaan kesehatan fisik merupakan hal penting untuk dilakukan sebelum kamu memulai lagi program kebugaran. Selain akan berdampak pada kesehatan secara umum, hal tersebut juga dapat membantu kita untuk menghindari potensi cedera.
Ini juga yang dilakukanRoyal Sport Performance Center dalam menangani para atlet dan enthusiast sport ketika ingin mengembalikan kemampuan olahraga mereka.
dr. Sophia Hage SpKO, dari RSPC menyarankan untuk paraatlet dan penggiat olahraga melakukan serangkaian pemeriksaan atautes kebugaran, yakni mengecek komposisi tubuh, pemeriksaan posture, pemeriksaan tingkat kebugaran spesifikasi organ dalam seperti paru, juga tes ketahanan otot, flexibility, agility dan koordinasi tubuh.
"Penting buat yang sudah lama tidak berolahraga, yang muda dan apalagi yang usianya di atas 45 tahun, salah satunya melakukan MCU atau ikut tes kebugaran sebelum kembali beraktivitas olahraga atau untuk mengejar lagi program latihan fisik menuju goal yang diinginkan," kata dr. Shopia saat ditemui di RSPC, Senayan City, Jakarta belum lama ini.
Menurutnya, untuk mengembalikan kondisi tubuh siap berolahraga (return to sport) dengan tanpa mengalami risiko cedera akan menjadi sebuah aksi pencegahan terbaik. Sayangnya, pemeriksaan semacam ini masih jarang dilakukan banyak orang, terlebih penggiat olahraga di Indonesia.
Menurut dr. Bobby Nelwan SpOT (K), selaku Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi, Konsultan Sports Injuryyang berpraktek di Royal Sports Medicine Centre dan Rumah Sakit Royal Progress, cara pandang orang soal cedera masih keliru.
Suatu cedera di beberapa negara termasuk Indonesia, masih dipandang biasa saja alias lumrah. Mereka menganggap penyembuhan itulaj yang harus dipelihara, bukan pencegahannya.
"Padahal kalo sudah cedera, justru itu yang kerap mengambil alih kemenangan seseorang, merusak karier dan bahkan melumpuhkan sejumlah ekonomi," jelasnya di acara peluncuran RSPI, Kamis (20/9/2022) lalu.
Menurutnya, cedera olahraga merupakan hal yang sangat krusial yang harus diperhatikan tidak hanya bagi atlet profesional tapi penggiat olahraga juga.
Untuk itu, dr. bobby menyarankan seluruh pelaku olahraga wajib berkonsultasi kepada dokter spesialis yang ahli dibidangnya untuk mengetahui tindakan dan proses penyembuhan apa yang harus diambil sehingga dokter dapat membantu memberikan diagnosa tepat bagi pasien dan membantu proses penyembuhan sehingga dapat melakukan aktivitas olahraga kembali.
"Salah satu caranya dengan menerapkan metode pengobatan unggulan saat ini yakni Arthroscopy untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengatasi berbagai masalah pada persendian," ungkapnya lagi.
Dr. Bobby juga menjelaskan, edukasi dan klasifikasi tingkat cedera sebaiknya diketahui penggiat olahraga agar penangangan suatu cedera menjadi lebih efektif dilakukan.
"Misalnya ketika berolahraga, ada atlet yang merasakan hanya ada sedikit komplain di tubuhnya, sehingga setelah ditangani di tempat mereka masih bisa main dan lanjut olahraga saat itu juga, itu cedera ringan. Sementara ada juga cedera sedang yang perlu medical attention, artinya cedera itu dapat diobati lalu pemain masih bisa main lagi, namun ada juga yang tingkat cedera sampaitime lossyang mengakibatkan mereka butuh waktu lama untuk bermain kembali," terangnya.
Sebagai tempat penyembuhan yang menyeluruh, RSPI tak hanya memberikan pelayan tes kebugaran dan pemulihan lengkap, ada jugaprogram fisioterapi,sport massage, peningkatan performa kebugaran dengan melakukan berbagaisport-specificfit test, konsultasi nutrisi bagi atlet agar tetap prima, hingga peningkatan performa melalui kondisi psikis yang baik agar pasien dapat kembali merasa siap untuk menjadi juara, dimana semua aktivitas diawasi langsung oleh tenaga medis profesional sehingga membantu performance mereka.
"Sebelum mencapaireturn to sport, artinya mengembalikan seseorang ke kapasitasnya usai cedera. Itu memang bisa dilatih kembali. Namun yang mengalami cedera time loss misalnya, maka kami adakan pendampingan psikologi agar atlet siap kembali percaya diri menghadapi mentalnya saat beraktivitas fisik," tambah dr. Bobby lagi.
(*)