Lulus dengan IPK 4, Berikut Kisah Mahasiswa Asal Bali Ini Kasih Kontribusi Lewat Riset

Selasa, 13 September 2022 | 10:05
pixabay.com

Ilustrasi kelulusan mahasiswa.

HAI-Online.com - Dua dari 23 mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi dan I Wayan Gede Krisna Arimjaya lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4.

Hal tersebut diumumkan saat Wisuda UI 2021/2022 pada 10 - 11 September 2022 di Kampus UI Depok.

Dok. laman UI

Potret Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi, mahasiswi Universitas Indonesia peraih IPK sempurna, yakni 4.

Ida Ayu merupakan mahasiswa jenjang doktor Prodi Teknik Mesin, Fakultas Teknik (FT), sedangkan I Wayan mahasiswa jenjang magister Prodi Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Keduanya berasal dari Bali dan mampu membuktikan bahwa kesempatan belajar dapat diperoleh siapa saja, tanpa memandang asal, suku, ras, dan agama.

Ida mengungkapkan kalau ia merasa terhormat dan senang akan pencapaiannya ini. Sebelumnya ia nggak pernah terpikir untuk kuliah sampai S3 apalagi di UI.

“Namun, kehendak Tuhan membukakan jalan yang luar biasa, sehingga saya mendapatkan beasiswa S2–S3 sekaligus di UI, menyelesaikan studi tepat waktu dengan IPK terbaik, dan bisa menyandang gelar doktor pada usia 26 tahun,” ungkapnya dikutip dari laman UI, Selasa (13/9/2022).

Ida juga berterima kasih kepada keluarganya serta pihak yang sudah mendukungnya.

Baca Juga: Mahasiswa FIK UI Bikin Permen Canggih untuk Mengatasi Masalah Pencernaan

“Dan terima kasih untuk diri saya sendiri yang sudah kuat berjuang dan bertahan hingga di titik ini,” imbuhnya.

Ida sendiri merupakan penerima beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Dikti).

Keberhasilannya menyelesaikan program doktor dalam waktu singkat bukan hal yang mudah mengingat kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara daring.

Selama masa pandemi, Ida sempat mengalami kemunduran perkembangan penelitian di laboratorium, karena beberapa bulan kampus ditutup total.

Padahal, sebagai mahasiswa teknik dengan riset eksperimen, bekerja di lab adalah hal yang sangat penting baginya.

Ia pun memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan UI, seperti jurnal internasional yang dapat diakses secara gratis, referensi buku yang banyak di perpustakaan, fasilitas uji similaritas jurnal gratis, aplikasi microsoft student gratis, dan fasilitas lain untuk mendukung proses perkuliahan dan riset.

Selain pemanfaatan fasilitas, Ida menyebut kalau komunikasi dengan pembimbing juga jadi faktor penentu keberhasilan suatu riset.

“Masukan dan arahan dari pembimbing dapat memperkaya dan menajamkan penelitian. Selain itu, memperbanyak relasi di luar kampus, seperti dengan lembaga riset lain juga dapat membantu seseorang mendapat informasi dan wawasan sebagai penunjang penelitian,” ujarnya.

Ida berharap dapat mengembangkan hasil penelitian dalam skala yang lebih luas dan bisa diaplikasikan, sehingga dapat memberikan sumbangsih wawasan untuk masalah energi yang ada, khususnya di Indonesia.

Disertasi Ida Ayu berfokus pada manajemen energi khususnya di bidang bangunan.

Dengan menggunakan Phase Change Material sebagai material penyimpan panas, panas yang diterima bangunan diharapkan dapat berkurang. Lewat riset ini, diharapkan dihasilkan material yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

Dok. laman UI

Potret I Wayan Gede Krisna Arimjaya, mahasiswa Universitas Indonesia peraih IPK sempurna, yakni 4.

Sedikit berbeda dari Ida Ayu, I Wayan merasa kuliah daring yang dijalaninya justru memudahkannya selama kuliah di UI.

Ia menyebut kuliah daring ini memudahkannya karena resource seluruhnya daring, tugas lapangan pun dilakukan sendiri di daerah masing-masing, sehingga seluruh prosesnya lebih sederhana.

“Ada waktu mobilisasi yang dipangkas sehingga dapat dimanfaatkan untuk melalukan kegiatan yang lebih produktif,” ujar I Wayan.

Melalui tesisnya berjudul “Pemodelan Spasial Berbasis Skenario Interval Kalibrasi, Studi Kasus: Perubahan Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036”, I Wayan meneliti permasalahan deforestasi di Kalimantan Timur yang perlu dikendalikan melalui pemodelan perubahan tutupan lahan.

Ia menganalisis klasifikasi dan validasi peta penutup lahan multi temporal, menganalisis investigasi model optimal, dan menyintesis prediksi tutupan lahan tahun 2036 serta analisis pola spasial perubahan tutupan lahan 2016–2036.

Dari penelitian tersebut, ia menemukan adanya penurunan luas tutupan hutan dari 2016 hingga 2021 dengan laju deforestasi 651 km2/tahun.

Diprediksi luas tutupan hutan pada 2036 tersisa 69.203 km2. Topografi merupakan variabel yang paling berpengaruh mendorong perubahan tutupan lahan di Kalimantan Timur.

Laju deforestasi nggak bersifat linear sepanjang waktu prediksi. Diduga faktor topografi menjadi variabel pendorong utama perubahan tutupan lahan sekaligus sebagai variabel penghambat.

Oleh karena itu, ia berharap penelitiannya dapat dilanjutkan untuk melihat hubungan perubahan tutupan lahan dengan faktor topografi, dikaitkan dengan penggunaan variabel yang bersifat statis dan dinamis.

“Saya berharap penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi pemerintah, terutama pada proses pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan. Selama proses studi dan riset ini, pada prinsipnya, ada satu nilai yang selalu saya pegang, yaitu upayakan untuk selalu memberi nilai tambah pada pihak terkait,” ujarnya.

Ia mengatakan, ketika seseorang dikasih tugas apa pun, berikanlah lebih dari yang mampu dilakukan. Jika diminta satu, kita beri dua.

“Jika ada tugas yang dikumpulkan esok hari, upayakan hari ini sudah selesai. Itu akan memberi nilai lebih pada setiap proses dan usaha yang kita lakukan,” pungkasnya. (*)

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya