HAI-Online.com - Nggak jarang sebagian orang mengalami demotivasi atau kehilangan motivasi ketika mengalami kegagalan.
Guru Besar Ketahanan Keluarga IPB University, Prof Euis Sunarti, mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan demotivasi, tingkat kedalamannya pun beragam.
Setiap orang dapat mengalami demotivasi, dengan keragaman dalam lama waktunya, juga keragaman dalam kemampuan untuk bangkit membangun motivasi kembali dan beraktivitas.
“Kadang kita dapat memahami demotivasi pada diri seseorang terjadi akibat sering kali dikecewakan, apalagi jika seseorang tersebut merasa kinerjanya sebetulnya tidak buruk, dan merasa sudah berusaha keras. Memahami iya, namun tetap tidak membenarkan,” ujarnya dikutip dari laman IPB, Selasa (6/9/2022).
Prof Euis melanjutkan, ternyata, demotivasi juga dapat terjadi karena alasan yang terlihat “sepele”. Seperti ditegur dengan alasan yang cukup gamblang, dan bertujuan mendidik.
Kasus ini sering terjadi di kalangan mahasiswa yang sedang menulis skripsi dan seharusnya nggak menjadi alasan. Alasan sepele seperti ini seolah-olah harus dipahami.
Baca Juga: Demotivasi pas Ngerjain Skripsi? Coba 6 Tips Ini biar Semangat Balik Lagi!
Ia menyebut, faktor utama penyebab demotivasi adalah ketiadaan nilai dan tujuan hidup yang kuat.
Karena itu, kemampuan bangkit setelah demotivasi juga beragam, sesuai dengan kemauan dan tujuan hidup yang kuat.
“Seberapa besar orang tersebut punya kekokohan dan keajegan nilai tentang hidup itu sendiri dan kebermanfaatan diri sangat tinggi, maka ia dapat bangkit walau sempat mengalami demotivasi,” katanya.
Menurut Prof Euis, apabila terjadi secara berkepanjangan, demotivasi dapat mengganggu prestasi dan perkembangan hidup.
Diri menjadi nggak produktif, pekerjaan yang bisa dituntaskan dalam waktu singkat, akhirnya diselesaikan dengan waktu lebih lama. Sekaligus ada kerugian waktu, tenaga, dan pikiran.
“Bahkan dapat kehilangan kesempatan emas yang dapat diperoleh. Hal yang harus ditekankan bahwa dampaknya tidak hanya merugikan diri sendiri namun konsekuensi terhadap support system dan kebahagiaan orang di sekelilingnya,” tambahnya.
Demotivasi juga erat kaitannya dengan isu kesehatan mental. Terutama bila diiringi dengan perubahan mood yang cukup signifikan dan disertai kekhawatiran dan kecemasan berkepanjangan.
Hal ini mungkin saja dapat menjadi pemicu depresi. Apabila diiringi pula oleh pola tidur, makan dan aktivitas yang buruk dapat mengarah kepada gangguan mental sehingga perlu penanganan.
Tips menghadapi demotivasi
Untuk mengatasi hal tersebut berikut tips menghadapi demotivasi atau kehilangan motivasi
- Menguatkan nilai hidup
“Contohnya tujuan seperti ingin masa depan yang cerah, mendidik diri untuk memiliki ketangguhan, atau membahagiakan orang tua. Dengan adanya tujuan yang jelas, kesulitan yang berarti pun bisa kita hadapi, sehingga tidak mudah mengalami demotivasi,” tambahnya.
- Membangun lingkungan yang baik dan positif
“Lingkungan positif seperti ini perlu dibangun, tidak serta merta didapatkan begitu saja. Artinya memberikan kontribusi dalam lingkungan tersebut, dengan menumbuhkan hal-hal yang positif sehingga akan jauh dari terjadinya demotivasi,” lanjutnya.
Prof Euis mengatakan, kalau nggak memiliki lingkungan keluarga yang mendukung, ada baiknya memiliki role model yang memberikan nilai positif.
Bila nggak ada di dunia riil, role model juga dapat diperoleh dari dunia maya yang dapat memberikan insight untuk mampu bangkit dari keterpurukan. (*)