HAI-Online.com - Salah satu mahasiswi Universitas Gadjah Mada, Granita Elsara kini sukses menjalanankan usaha toko kelontongnya di usianya yang masih muda.
Pasalnya, toko kelontongnya sukses meraup keruntungan hingga belasan juta setiap harinya.
“Omset biasanya mencapai 380-an juta per bulannya,” ungkap Elsa dikutip dari laman UGM, Rabu (31/8/2022).
Elsa sendiri merupakan alumnus Fakultas Hukum UGM.
Sejak masih menjadi mahasiswa, ia sudah merintis usaha toko kelontongnya, tepatnya sejak September 2017 lalu.
Ini berawal dari keprihatinannya akan harga barang yang dijual di toko-toko kelontong daerahnya relatif mahal karena berlokasi di tempat wisata, yakni kawasan wisata Kaliurang, DIY.
“Ya, karena selain berada di tempat wisata, lokasi yang jauh dari kota menjadikan biaya distribusinya juga mahal dan akhirnya terpikir membuat usaha toko kelontong untuk menstabilkan harga,” papar Elsa.
Elsa pun nggak mengira kalau usahanya akan bertahan hingga saat ini. Ia mengaku awalnya cuma bermodalkan kemauan untuk memulai sebuah usaha.
Kala itu ia bahkan nggak punya modal finansial sama sekali. Untuk menjalankan usaha, ia meminjam uang dari orangtuanya.
Awalnya ia meminjam 32 juta untuk belanja keperluan perlengkapan toko dan produk yang akan dijual.
Baca Juga: Video Perpisahannya Viral di TikTok, Warga Maluku Tangisi Kepulangan Tim KKN Mahasiswa UGM
Elsa pun mulai membuka toko kelontong di garasi rumahnya yang berlokasi di Kaliurang Barat Rt 07 Rw 09, Hargobinangung, Pakem, Sleman.
Toko itu dinamai Warung Bu Woro yang mengambil nama dari sang ibu.
Minggu-minggu awal menjalankan usaha menjadi waktu yang sulit bagi Elsa. Sebab, usahanya nggak berjalan sesuai dengan ekspektasi.
“Sempat nangis karena ngerasa sudah tidak bisa memutar barang lagi, penjualan stagnan dengan omset 300-400 ribu per harinya, bingung gimana cara balikin modal ke orang tua,” jelasnya.
Namun, Elsa segera tersadar dan bangkit, memutar otak mencari solusi untuk keluar dari keterpurukannya saat itu.
Lalu ia bergerak melakukan diversifikasi barang dan menambah kuantitas barang per itemnya sehingga bisa menawarkan pilihan yang lebih beragam bagi konsumen.
Awalnya yang hanya menjual barang-barang kebutuhan pokok diperluas dengan produk kebutuhan tersier lainnya.
Hingga akhirnya pada Desember 2017 saat momen liburan, kunjungan wisatawan ke kawasan Kaliurang meningkat berimbas pada penjualan tokonya yang turut melonjak tajam dan omset mengalami kenaikan.
Belajar dari pengalaman dan melihat peluang pasar yang potensial di kawasan wisata Kaliurang, Elsa berusaha melebarkan pasar.
Ia pun berusaha menggandeng pelaku industri wisata di sekitar Kaliurang untuk kerja sama.
Elsa mencoba memasukan proposal ke hotel, rumah makan, dan toko penjual makanan khas setempat seperti jadah tempe dan usaha tersebut mendapatkan respon positif.
Akhirnya, ia pun merambah usaha dengan mensuplai kebutuhan hotel, rumah makan, dan toko di sekitar tempat wisata Kaliurang.
“Kan masukin proposal jadi harus berani nambah modal. Hutang sebelumnya belum kebayar tapi sudah minjam ortu lagi sehingga total pinjaman itu 54 juta.”
“Selesai masa liburan itu omset naik per harinya dengan titik tertinggi 36 juta dan akhirnya Januari 2018 saya bisa melunasi semua pinjaman ke ortu,” urainya.
Persoalan baru muncul saat terjadi erupsi Merapi pada Mei 2018.
Gejolak Merapi kala itu memengaruhi pasar di kawasan Kaliurang. Ia pun kembali mencari cara untuk mempertahankan usahanya dengan mencari pasar lain hingga mensuplai barang kebutuhan masyarakat ke Pasar Pakem, Sleman.
Usahanya yang kian berkembang mengharuskan Elsa merekrut karyawan untuk membantu operasional usahanya.
Saat ini ia memiliki 4 orang karyawan.
Dari menjalankan usaha toko kelontong itu nggak cuma berhasil menstabilkan harga di pasar Kaliurang, tetapi juga berhasil mendapatkan profit yang nggak kecil.
Setiap hari rata-rata ia bisa menghasilkan omset hingga Rp12-an juta. Apabila dikalkulasi ia bisa memperoleh omset tak kurang dari Rp380 juta per bulannya dengan keuntungan bersih sekitar 10-12 juta setiap bulan.
Hasil nggak mengkhianati usaha
Semangat pantang menyerah dalam menjalankan usaha menghantarkan Elsa meraih kesuksesan saat ini. Meski terbilang sukses namun nggak pernah terbesit dalam benaknya sekalipun ia akan sampai pada titik ini.
Terlebih ia hanya belajar dari pengalaman tanpa adanya mentor maupun pendampingan dan pembinaan dari manapun.
Berbekal keuletan dan kegigihan dalam menjalankan usaha Elsa mampu bertahan menjalankan usaha dari nol hingga mencapai hasil yang luar biasa.
"Kunci berbisnis itu ya harus ada keberanian untuk ambil risiko, jangan cepat menyerah saat jatuh kalau mau bertahan dan segera cari solusi," tuturnya.
Diketahui, belum lama ini ia mendapat kucuran dana pengembangan usaha dari Kementerian Investasi sebesar Rp20 juta. (*)