HAI-Online.com - Sudah menjadi global health emergency oleh WHO, cacar monyet atau monkeypox ini ternyata memiliki gejala mirip dengan cacar air pada umumnya, namun cenderung lebih ringan.
Hal tersebut diungkapkan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB), Dr. dr. Dhelya Widasmara, SpKK (K). dikutip dari laman UB melalui Kompas.com pada Minggu (31/7/2022).
“Yang membedakan adalah, pada cacar monyet didapatkan pembesaran kelenjar getah bening (limfadenopati),” ujarnya.
Baca Juga: Lagi, Seorang Siswi SMA Diduga Dipaksa Pakai Hijab di Sekolah, Kini Mengurung Diri & Depresi
Gejala cacar monyet atau monkeypox
Tanda dan gejalanya muncul tergantung pada fase penyakitnya. Pertama, ada fase prodromal (yang menunjukkan gejala).
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan Kemenkes RI, gejala awal pada fase prodromal ini antara lain:
- Demam disertai sakit kepala yang terkadang terasa hebat
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati) yang dirasakan di leher, ketiak, atau di area selangkangan
- Badan panas dingin bahkan kelelahan dan lemas
Kedua, fase erupsi. Terjadi 1-3 hari (kadang-kadang lebih lama) setelah fase prodromal.
Pada fase inim timbul ruam atau lesi pada kulit. Biasanya ruam atau lesi ini dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap.
Lalu ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (maculopapular), lepuh yang berisi cairan bening atau nanah, lalu mengeras atau keropeng hingga akhirnya rontok.
"Gejala cacar monyet akan berlangsung selama 2−4 minggu sampai periode lesi atau ruam kulit tersebut menghilang," imbuhnya.
Dosen FK UB ini juga mengatakan bahwa penularan virus monkeypox terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, manusia, atau bahan yang terjangkit atau terkontaminasi virus.
Kemudian virus masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit atau luka yang sangat kecil (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Sedangkan penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran, kontak langsung dengan cairan tubuh atau material dari lesi (seperti darah), atau kontak tidak langsung, seperti melalui alas yang terkontaminasi.
Untuk penularan antar manusia, diperkirakan terjadi terutama melalui droplet (percikan) pernapasan.
Terkait penanganan awal, menurut dia monkeypox adalah jenis penyakit yang bisa sembuh sendiri. Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang spesifik untuk infeksi virus monkeypox, sehingga pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.
Cara penanganan cacar monyet atau monkeypox
Penanganan awal yang dapat dilakukan di rumah apabila muncul tanda dan gejala serta terdapat riwayat kontak dengan penderita monkeypox ialah:
- Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
- Istirahat total (bed rest).
- Makan makanan yang bergizi, maksimalkan asupan cairan (banyak minum air putih).
- Bila demam dapat diberikan obat penurun panas.
- Bila muncul ruam seperti lentingan berisi air, jangan digaruk atau dipecah. Untuk mengurangi rasa gatal, dapat dikompres dengan kassa dan cairan infus serta mengkonsumsi obat antihistamin.
Gejala-gejala penyakit pada umumnya dari monkeypox dapat diobati dan dapat sembuh dengan sendirinya tergantung imunitas penderita.
Cara mencegah cacar monyet atau monkeypox
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi virus monkeypox dan ditemukan disekitar kita, yakni:
- Hindari kontak dengan hewan yang dapat menjadi sarang virus (termasuk hewan yang sakit atau yang ditemukan mati di daerah di mana cacar monyet terjadi).
- Hindari kontak dengan bahan apa pun, seperti tempat tidur, yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
- Batasi konsumsi dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik, maupun daging yang diburu dari hewan liar (bush meat)
- Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang mungkin berisiko terinfeksi.
- Lakukan kebersihan tangan yang baik setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbasis alkohol.
- Untuk tenaga kesehatan, jangan lupa untuk selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) saat merawat pasien. (*)