HAI-Online.com - Alza Nashua Shahira berhasil kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM) berkat prestasinya juara catur sekaligus juara kelas.
Anak bungsu dari dua bersaudara ini berhasil lolos di UGM melalui jalur SNMPTN dengan memilih prodi ilmu ekonomi FEB UGM.
Sebelumnya, Alza meminta persetujuan kedua orangtuanya karena ingin daftar di prodi ilmu ekonomi FEB UGM, bahkan prodi itu satu-satunya yang ia pilih.
“Dari dulu sukanya ilmu ekonomi,” ujarnya dikutip dari laman UGM, Jumat (15/7/2022).
Diketahui, ayahnya Ismanto (57) bekerja sebagai tukang serabutan dan pengumpul barang rongsokan. Begitu pun ibunya, Purwati (54) juga membantu mengumpulkan barang bekas di sekitar kota Pacitan.
Meski terlahir dari keluarga kurang mampu, namun Alza memiliki bakat di bidang olahraga catur. Sejak SD ia pernah menyabet juara tingkat provinsi dan nasional.
Baca Juga: Wakil Rektor UGM Ungkap 74 Persen Mahasiswa UGM dari Keluarga Menengah ke Bawah: UKT Bisa Nol Rupiah
Berbagai kejuaraan catur tingkat provinsi dan nasional berlanjut hingga di SMA. Terhitung ada 38 piagam dan 17 medali yang telah dikumpulkan. Medali-medali tersebut terpajang rapi di dinding ruang tamu rumahnya.
Berkat kemampuannya dalam olahraga catur ini ia juga mendapatkan beasiswa dari pemerintah Kabupaten Pacitan. Bahkan di SMA ia diberi beasiswa oleh pemkab hingga lulus serta bonus sebagai atlet berprestasi Pacitan sebesar Rp20 Juta.
Setiap malam, Alza latihan catur hingga 2-3 jam di sebuah klub catur di bawah binaan Percasi Pacitan. Meski sering langganan juara catur, Alza tetap juara kelas.
Sejak di bangku sekolah dasar, ia selalu berada di ranking tiga besar. Bahkan, di SMA ia selalu mendapat rangking satu.
"Hanya di SMP nggak ranking, mungkin kebanyakan latihan catur," kata Alza yang mengaku tidak ada hari tanpa latihan catur baik di rumah maupun di lokasi klub catur.
Awalnya ibunya sedikit keberatan jika ia harus kuliah di luar kota Pacitan karena pertimbangan faktor ekonomi keluarga yang hanya mampu mengumpulkan uang RP1,5 juta per bulan dari gaji sebagai buruh tukang dan pengumpul barang rongsokan.
Namun, Alza meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia juga mendaftar Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Jika ia lolos, kata Alza, ayah dan ibunya nggak perlu khawatir soal biaya kuliah maupun biaya hidup karena bantuan tersebut juga mendapat uang saku.
"Nggak kebayang bisa masuk ke UGM. Nanti kan temannya lebih pintar dan wawasan lebih luas, semoga saya lebih baik lagi nantinya," pungkasnya. (*)