Review Album Ardhito Pramono - Wijayakusuma: Tribut Mas Dito Buat Pop Indonesia 80an

Kamis, 14 Juli 2022 | 18:59
Aksara Records

Review Album Ardhito Pramono - Wijayakusuma

HAI-ONLINE.COM - Sepertinya ada tren kalo udah nggak di major label, saatnya bikin musik yang lebih "nyeni".

Kalo Isyana Sarasvati kelar dari Sony Music bereksperimen dengan progressive metal, Ardhito Pramono (kebetulan sama-sama cabutan Sony Music nih) memilih bermain-main di ranah pop Indonesia lama.

Wijayakusuma judul albumnya. Semua berawal dari obrolan, plus kritikan, Oom Leo karena karya Ardhito yang nggak berasa Indonesia.

Bukan pula karena Oom Leo ngomong gitu Ardhito mau ngebuktiin kemampuan. Dirinya juga punya misi tersendiri.

“Gue melihat banyak sekali dampak kurang baik dari karya gue selama ini yang menggunakan bahasa Inggris,” ungkap Ardhito.

“Misalnya, teman-teman musisi baru yang akhirnya ikut memilih menggunakan bahasa Inggris dalam karyanya. Gue tidak ingin bahasa kita lenyap digantikan oleh bahasa asing dalam sebuah pengkaryaan,” katanya.

Ardhito menulis lirik-liriknya dengan padanan aksara Indonesia yang beragam. Single pertamanya, berjudul sama dengan nama album, memuat pilihan kata yang jarang digunakan, dipadu dengan bahasa Jawa yang dinyanyikan oleh pelaku macapat bernama Peni Candra Rini.

Baca Juga: Merilis Album Penuh Pertama 'Wijayakusuma', Ardhito Pramono: Lahir Berkat Dialog Jam 2 Pagi Bareng Oom Leo!

Ada pula padanan yang tersusun cukup gamblang seperti “Berdikari” maupun “Rasa- rasanya”, hingga yang dibalut ambiguitas pada “Daun Surgawi” juga “Asmara”. Ardhito bereksplorasi dalam bercerita tanpa mengaburkan kisah lagunya.

Mendengarkan album ini lumayan seru. Meski kalo boleh jujur banyak momen yang bikin inget (dan ngebandingin) dengan Fariz RM, Candra Darusman, dan musisi-musisi sejenis.

Arah musikal terbaru Ardhito memberikannya tenaga baru buat semakin bersaing di industri musik.

Lagu-lagu di Wijayakusuma membuat Ardhito berasa segar lagi, dan menurut HAI bakal membuat spektrum fansnya meluas.

Hanya menyertakan 8 lagu pun menurut HAI dirasa pas. Nggak kepanjangan, nggak berasa capek dengerinnya.

Tapi ada juga nih beberapa lagu di album ini yang rasanya "kok ada yang kurang ya".

Kayak single pertama "Wijayakusuma" yang punya sisipan gamelan hingga macapat Jawa yang menurut HAI berasa agak maksa biar "Indonesia banget".

Padahal tanpa unsur itu, udah Indonesia banget kok. Atau "Rasa-rasanya" dan "2 Jam" yang berasa kurang standout dibanding yang lain dan kayaknya sih cocokan jadi b-sides.

Overall, album ini menarik, dan punya barisan lagu yang bikin terngiang-ngiang di telinga. Aransemennya lebih kaya dibanding karya Ardhito sebelumnya dan, kalo kata orang-orang "sopan banget masuk telinga". Meski sepertinya sih gedean hype-nya dibanding outputnya.

Karena kami sih yakin, potensi Ardhito belum sepenuhnya terlihat di album ini. Album-album selanjutnya, pasti makin nampol lagi.

-----

Mau direview kayak gini? Kirim rilisan lo ke Alvin (HAI) Gedung Grid Network, Jl. Gelora VII RT.2/RW.2 Kelurahan Gelora Kecamatan Tanah Abang Kota Jakarta Pusat, Jakarta 10270. Tel : (021) 5483008 ext. 31170/31171

Rilisan terpilih akan diulas di situs HAI.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya