HAI-Online.com - Dikenal dengan persaingannya yang ketat dari seluruh Indonesia, nggak jarang banyak yang gagal waktu tes SBMPTN.
Terkadang, karena hanya mau asal keterima perguruan tinggi, akhirnya malah ngerasa salah jurusan.
Tapi, buat sebagian orang, kegagalan tadi nggak jadi alasan buat menyerah dalam mencapai jurusan yang diinginkan.
Seperti hal nya Putri Sheila Wulandari, mahasiswi Politeknik Astra ini mengaku melakukan banyak cara buat meraih jurusan impiannya, yakni Teknik Sipil.
Sempat gagal SBMPTN, SNMPTN, sampai Ujian Mandiri
Perempuan yang akrab disapa Putri ini memang sejak SNMPTN 2019, sudah bersikukuh untuk mengejar jurusan Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung (ITB), kampus dan jurusan impiannya.
Beragam jalur penerimaan mahasiswa baru dia ikuti, seperti SNMPTN, SBMPTN, sampai Ujian Mandiri.
Ternyata, perjalanannya nggak semulus itu, karena berkali-kali tes ia nggak lolos, bahkan selisih nilai yang tipis membuatnya geregetan.
Nggak lolos jalur SNMPTN, Putri mengaku sempat merasa sedih dan saat itu nggak terlalu memikirkan perguruan tinggi cadangan. Selain itu, karena sudah sedih ditolak SNMPTN, ia sempat merasa ogah-ogahan untuk ikut SBMPTN.
Baca Juga: Mau Ngambil Gap Year Setelah Lulus? 5 Hal Ini Harus Lo Perhatikan!
“Waktu SNMPTN gagal, disitu rasanya ancur, karena udah berjuang gitu kan selama tiga tahun. Terus pas ikut SBMPTN, kayak nggak ada ekspetasi [lulus] gitu,” ujar Putri saat ditemui melalui daring, Senin (13/4/2022).
Diketahui, waktu ikut SNMPTN dan SBMPTN, ia memilih jurusan yang sama, yakni Teknik Sipil ITB. Namun, dia tetap gagal waktu SBMPTN.
Perjalanannya pun dilanjut dengan mengikuti Ujian Mandiri ITB dengan dibantu nilai rapot, dan lagi-lagi ia dinyatakan nggak lolos.
“Pas tau hasilnya itu selisih kurangnya dikit banget, kayak tipis banget,” tambahnya.
Memutuskan untuk Gap Year
Mahasiswa semester empat Politeknik Astra ini akhirnya memutuskan buat gap year. Selain karena masih ingin berjuang masuk kampus impiannya, ada banyak temannya juga yang ikut gap year.
Memilih untuk gap year, Putri memutuskan untuk ikut kelas di Kampung Inggris, Pare. Ini dia putuskan karena nggak mau hanya diam dan belajar SBMPTN di rumah saja.
“Gue ambil kelas grammar selama empat bulan, jadi ibaratnya gue udah mempersiapkan lebih dulu gitu lah [untuk kuliah]. Tapi gue juga belajar SBMPTN di sana, biar nggak sia-sia gap year gue,” ujar nya.
Selama di Pare, ia juga merasa pede karena ternyata banyak mahasiswa gap year juga.
Alih-alih jadi perguruan tinggi cadangan, malah sebaliknya
Jadwal mulai pendaftaran SBMPTN memang lebih lama dibanding pendaftaran PTS, ini karena menunggu pengumuman SNMPTN terlebih dahulu. Lalu saat itu, ia memutuskan untuk mencari cadangan kampus.
“Terus kata bunda, suruh ambil cadangan kampus takutnya kenapa napa. Nah kebetulan saat itu gue sempet liat brosur kampus gue yang sekarang. Tapi awalnya emang nggak tertarik, karena tetep kekeh mau ITB,” ceritanya penuh semangat.
Setelah menggali informasi soal kampusnya sekarang, banyak yang bilang kalau selesai kuliah, bisa langsung kerja di perusahaan tersebut. Setelah melewati seleksi yang ketat, akhirnya dia diterima, dengan jurusan Teknik Sipil di Politeknik Astra.
“Gue nggak sempet ikut SBM karna udah keterima duluan di Polman Astra ini. Tapi gue disitu dilema. Akhirnya gue berdoa dan sholat. Dan akhirnya gue mutusin buat di Astra,” terangnya.
Diketahui, satu angkatan jurusan Teknik Sipil di Politeknik ini cuman ada 21 orang.
Berkat Gap Year, merasa nggak salah jurusan
Putri juga cerita, menurutnya, gap year itu awalnya memang agak menakutkan, tapi sebenernya kalo udah dijalanin rasanya biasa aja.
“Tergantung apa goals yang mau dituju gitu. Kalo emang mau gap year karena mau kerja dulu, ya berarti dia ada tujuan mau gap year dulu. Atau semisal gue gamau [kuliah] di sini, ya lu harus usaha buat dapet [kuliah] yang lu mau,” menurutnya.
Putri menambahkan, gap year jadi ajang buat dia memperbaiki diri serta mindset dia yang sempat gagal karena nggak keterima PTN.
‘Waktu gap year juga bikin gue mikir kalo PTN itu belum tentu terbaik buat kita. Dimana pun tempatnya, kalo emang udah rejekinya, ya bagus-bagus aja,” tambahnya.
Selain itu, Putri juga mengaku jadi nggak salah pilih jurusan. Pasalnya, ia melihat temannya yang curhat ketika ospek seru, namun ketika belajar, ada satu matkul yang dirasa dia salah jurusan.
“Disitu gue ngerasa, oh gue gabisa ngasal buat bikin pilihan,” pungkasnya. (*)