Anak Muda, Catat Nih Tiga Strategi Financial ala Dosen UMM!

Rabu, 08 Juni 2022 | 13:00
Freepik

Finansial adalah membahas bagaimana mempelajari kondisi keuangan suatu bisnis, individu, organisasi, dan negara.

HAI-Online.com - Dari hasil riset OCBC NISP dan NielsenIQ pada 2021, mereka memaparkan kalau Fitness Financial Index generasi muda berada di angka 85,6% tampak “kurang sehat” secara finansial.

Cuman 14,3% anak muda di Indonesia yang berusaha menggapai “sehat” finansial.

Dari laporan tersebut kelihatan kalau perencanaan finansial anak muda di Indonesia masih kurang dan perlu ada perbaikan.

Dosen Program Studi (Prodi) Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Novi Puji Lestari, SE., MM., bilang kalau fenomena ini cukup sulit untuk diatasi.

Apalagi kebiasaan anak muda zaman sekarang yang maunya serba dilayani karena dukungan teknologi. Baginya, gengsi jadi prioritas utama anak muda zaman sekarang.

“Mereka selalu mengedepankan keinginan bukan kebutuhan, sehingga ini yang menyebabkan perencanaan keuangan nggak bagus,” ujar Novi, dikutip dari laman Umm, Rabu (7/6/2022).

Baca Juga: Bitcoin Marak di Indonesia, Begini Penjelasan Dosen Informatika UMM

Novi juga sempat berikan solusi serta perilaku-perilaku yang perlu dihindari oleh anak muda:

  • Menjauhi pengeluaran yang bukan jadi prioritas utama
  • Selalu mengedepankan dan mengupayakan apa yang jadi prioritas
  • Bagi keuangan jadi tiga bagian
Menurutnya, anak-anak muda juga bisa membagi keuangan menjadi tiga bagian yakni living, saving dan playing.

Hasil survei Alvara Research Center pada tahun 2020 berjudul “Indonesia gen Z and Millennial Report 2020: The Battle Of Our Generation” temukan fakta kalo alokasi pengeluaran generasi Z buat menabung dan investasi cuman sebesar 9,2%.

Sementara pengeluaran kebutuhan rutin sebesar 59,9%. Adapun generasi milenial berada di angka 10,5% untuk menabung dan investasi serta 57,3% buat pengeluaran kebutuhan rutin.

Adapun Novi juga menawarkan solusi terbaik dalam mengatur keuangan yakni 30% saving, 50% living dan 20% playing.

Baginya, mengatur keuangan sejak dini sangat penting agar nanti ketika sudah punya penghasilan, mereka nggak kebingungan lagi.

Pemahaman keuangan sejak dini juga bikin anak muda bisa terlatih di masa depan sehingga nggak sulit buat melakukannya ketika dewasa nanti.

“Manfaat jangka pendeknya, kita jadi punya saving dan bisa investasi di usia muda. Buat jangka panjang, kita bisa menyiapkan diri dalam kehidupan berkeluarga kelak. Apalagi mengingat kalau ekonomi adalah faktor penting untuk keutuhan keluarga,” kata sekretaris prodi manajemen itu.

Lebih lanjut, strategi lain yang bisa dilakukan yakni menggunakan teori pendapatan=konsumsi dan saving.

Sehingga, sebesar apapun pendapatan, maka kebutuhan akan mengikuti.

Menurutnya, solusi terbaik adalah tentukan saving di awal. Meskipun nggak terlalu besar, tapi kalo rutin tiap bulan dan nggak diambil kecuali keadaan mendesak, maka anak muda bakal terbiasa menabung.

Novi selalu percaya kalo ada banyak cara yang bisa dikerjakan anak muda untuk menjadikan sesuatu menjadi uang, asal mampu berkomitmen.

Baca Juga: Anak Muda Nggak Banyak yang Sadar, Ini Investasi Aman untuk Pemula

Misalnya buka usaha jastip makanan atau oleh-oleh khas dari daerahnya.

Meksi sepele, tapi kalo diakumulasi keuntungannya ia rasa cukup besar. Apalagi kalo bisa pakai ponsel buat mendukung usaha tersebut.

Novi juga mengingatkan kalau uang hasil usaha jangan dicampur sala uang pribadi. Serta, untuk gaji diri sendiri sebagai karyawan bukan seluruh omset dianggap laba.

“Jangan menyerah dan jangan lupa bersedekah karena dalam setiap rezeki kita pasti ada hak orang lain di dalamnya,” pungkasnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya