Seperti Apa Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan di Era Digital?

Sabtu, 28 Mei 2022 | 12:01
KADIN Indonesia

Forum B20 Indonesia Bahas Masa Depan Pendidikan dan Pekerjaan di Era Digital

HAI-ONLINE.COM - Seperti apa nih masa depan pendidikan dan pekerjaan di era digital, terutama paska pandemi?

KADIN Indonesia sebagai penyelenggara Presidensi B20 Indonesia menggelar forum diskusi virtual terkait masa depan pendidikan dan pekerjaan di era digitalisasi, Jumat (27/05) sebagai rangkaian side event B20 Indonesia.

Diskusi mengundang sejumlah institusi dan organisasi untuk ikut memberikan sumbangan pemikiran bagaimana membangun peta jalan dunia pendidikan dan pekerjaan di era transisi digital.

Acara ini dihadiri HRH GKR. Mangkubumi (Putri Mahkota Keraton Yogyakarta) untuk memberikan sambutan, serta WKU KADIN Indonesia Bidang HI Bernandino Vega Jr, Ketua APTISI Budi Jatmiko dan Ketua B20 Future of Work and Education Task Force sekaligus President Director PT Astra Otoparts Tbk dan Direktur f PT. Astra International Tbk Hamdhani D. Salim. Hadir juga sebagai panelis, Andreas Beyer (Educatius Group) dan Matt Neeb (Boston-Gotheberg), Hendri Saparini (Senior Economist Core Indonesia) dan Jo Anne Chuck (Guru Besar WSU Australia).

Diskusi virtual dilatarbelakangi isu yang jadi perhatian B20 melalui Future of Work and Education Task Force, terkait digitalisasi yang telah mendorong percepatan pemanfaatan teknologi di berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan.

B20 Indonesia Future of Work and Education Task Force memiliki fokus kerja untuk memberikan rekomendasi kebijakan bagi negara-negara G20, untuk mendorong kemampuan lembaga pendidikan dan sektor bisnis dalam berkolaborasi agar mampu beradaptasi dengan metode baru dunia pendidikan berbasis teknologi digital.

Pandemi yang telah berlangsung sejak 2 tahun lalu, semakin mempercepat perubahan sistem pendidikan global.

Pembelajaran jarak jauh menggunakan teknologi jadi kian lumrah di tengah restriksi dan pembatasan pergerakan manusia sebagai dampak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kata 5 Rockstar Soal Tragedi Penembakan Massal Di Unvalde

Namun nggak bisa dipungkiri akselerasi penggunaan teknologi digital masih belum maksimal. Pemerataan pemanfaatan teknologi masih jadi masalah global yang mengemuka antara negara maju dan berkembang.

Di antaranya terkait masalah kenggaksiapan infrastruktur, keterbatasan sarana prasarana belajar yang berbasis teknologi digital, hingga isu literasi di sektor pendidikan yang perlu diakselerasi.

Percepatan disrupsi akibat digitalisasi dan otomatisasi akan mengubah pola pendidikan serta pola kerja masa depan.

Hal tersebut jadi fokus pengembangan isu policy paper recommendation dari gugus B20 Future of Work and Education Task Force .

Ketua B20 Future of Work and Education Task Force, Hamdhani D. Salim mengatakan, teknologi yang jadi penggerak ekonomi digital, jadi salah satu fokus yang perlu jadi perhatian karena terkait permasalahan pendidikan.

Pendidikan adalah fondasi menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi era pekerjaan di masa akan datang.

Apalagi pemerataan akses teknologi digital yang bersifat inklusif jadi isu krusial Presidensi B20 Indonesia.

“Saat ini problemnya, ada pada ketimpangan infrastruktur digital antara negara maju dan berkembang, termasuk soal pembiayaan, kesiapan perusahaan, literasi digitalnya termasuk soal akses pengetahuan atau pendidikan,” kata Hamdhani D. Salim.

Menurut Hamdhani, pandemi dan perubahan iklim mendorong digitalisasi semakin cepat bergulir sehingga mengarahkan dunia kerja untuk mampu dan siap menerapkan teknologi.

Alhasil dunia pendidikan harus secara cepat beradaptasi menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni dalam menghadapi pola dan dunia kerja masa depan.

“Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah melalui penciptaan pekerjaan dan pendidikan berkelanjutan dengan membangun sistem terintegrasi yang mampu menciptakan wirausahawan, meningkatkan kapasitas UMKM dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Terutama bidang vokasi dan pelatihan berbasis keahlian seperti pembelajaran digital untuk era pasca pandemi,” jelas Hamdhani.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang HI, Bernandino Vega Jr. mengatakan Indonesia yang memiliki bonus demografi angkatan muda, harus mampu mengoptimalkan potensi tersebut dengan mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam memanfaatkan teknologi di dunia pendidikan agar bisa matching dengan kebutuhan dunia bisnis dan industri masa depan.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94% total populasi. Sedangkan generasi milenial mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87 % dari total populasi.

Teknologi digital nggak hanya mengubah lanskap dunia pendidikan dan pola pekerjaan saja, tetapi juga ekonomi secara global.

Karena ekonomi digital akan mengubah secara fundamental berbagai bentuk aktivitas ekonomi yang ditandai transisi pola kegiatan ekonomi konvensional ke pola yang memanfaatkan teknologi.

Sehingga secara langsung juga akan berpengaruh pada kesiapan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi dalam kegiatan ekonomi masa depan.

Transformasi digital ini perlu dimanfaatkan negara-negara berkembang dalam mempercepat pembangunan ekonomi untuk menciptakan ekonomi inklusif karena ekonomi digital berpotensi jadi medium akselerasi pembangunan ekonomi bagi negara berkembang.

Tag

Editor : Alvin Bahar