Mengenal Stem Cell, Pengobatan Regenerasi Sel Tubuh Mirip di Film Transcendence

Rabu, 27 April 2022 | 08:15

Stem cell methods

HAI-Online.com- Ada yang masih inget nggak sih, salah satu bagian seru dalam film sci-fi berjudulTranscendenceyang diperankan Johnny Depp pada 2014 silam?
Yap, penemuan nanoteknologi yang luar biasa itu bisa menyembuhkan penyakit yang nggak ada obatnya, lewattargeted cell therapy, secara nano sel tubuh pasien dapat kembali disembuhkan, bahkan bisa immortal.Oke, itu cuma ada di film dan sungguh diklaim fiksi ilmiah.
Akan tetapi, dunia ilmiah dan praktik kedokteran kita juga terus berkembang dan sudah punya inovasi yang mirip dengan itu, meskipun nggak sampai immortal ya.
Namanya terapistem cellatau sel punca yang seringkali disebut sebagai pilihan pengobatan baru yang dapat membantu mengatasi berbagai penyakit.
Inovasi layanan medis ini disebut dapat memberikan layanan kesehatan terbaik untuk manusia.
Terapiini juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit degeneratif seperti osteoartritis, diabetes melitus, demensia, alzheimer, dan parkinson, serta penyakit kardiovaskular seperti stroke dan jantung koroner.
Baca Juga: Nggak Perlu Minum Obat, 5 Bahan Natural Ini Bisa Sembuhkan Sakit Kepala
Apa sih terapi stem cell atau perbaikan sel punca ini? DijelaskanCEOGlobal Stem Cell Group Benito Novas, stem cell memiliki fungsi dasar yang luar biasa bermanfaat, yakni sebagai sistem perbaikan tubuh dengan mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Metode ini telah dikembangkan dan dipraktikkan oleh salah satu lembaga kredibel dan profesional stem cell terbaik di dunia yaitu Global Stem Cell Group yang berbasis di Florida, Amerika Serikat.
Membawa tagline One-stop Solutions for Stem Cells Intelligence and Resources, Global Stem Cell telah hadir sejak 2010 silam.
”Kami percaya pengobatan regeneratif dan kualitas produk serta layanan kami mampu membantu pasien sebanyak mungkin. Hingga kini, Global Stem Cell telah beroperasi di 26 negara,” kata Novas dari siaran tertulisnya, Senin (25/4/2022) lalu.
Kemajuan metode stem cell di tempatnya, lanjut Benito tidak lepas dari standarisasi medis tinggi yang diterapkan.
”Kami juga punya protokol perawatan yang sangat kaku dan terkontrol. Itu tidak bisa ditawar,” tegas dia lagi.
Selama satu dekade beroperasi, sudah ribuan pasien yang mendapatkan manfaat dari metode terapi stem cell.
Secara singkat, lembaga ini mengatakan pihaknya tidak bekerja dengan sel induk embrionik, melainkan pada perawatan autolog yang berasal dari jaringan adiposa dan sumsum tulang pasien, serta produk yang diproduksi untuk terapi adalah dari jaringan perinatal seperti darah tali pusar yang berasal dari mesenchymal stem cell, dan cairan amnion.
Mudahnya untuk melakukan regenerasi sel dalam dunia kedokteran, kita mengenal dua sumber, yaknistem cell yang bersumber dari diri sendiri (autologus) dan yang bersumber dari orang lain (alogenik).

The best stem cell, adalah dari diri sendiri dan bisa diambil dari jaringan lemak, sumsum tulang, darah dan kulit pasien. Sel punca dari orang lain berasal dari tali pusat,” terangNovas yang pernah hadir langsung menyampaikan metode ini di Surabaya.

Menurut Novas, metode ini aman dan tidak punya efek samping selain sedikit efek pembengkakan dan memar kecil dalam praktik medisnya.
Nah, mengenalkan stem cell di Indonesia dan Asia Pasifik umumnya, Benito Novas menggandeng dokter Khoe Yanti Kusmiran,pemilik dr. Yanti Aesthetic Clinic
untuk menghadirkan terapi sel punca ini di Indonesia.
Dengan track record prestasi dr. Yanti yang telah terpercaya dalam bidang kedokteran estetika dan regeneratif selama lebih dari 15 tahun, terapi stem cell bakal lebih mudah dipraktikkan ke masyarakat yang memercayainya.
Baca Juga: Tips Sehat Jelang Lebaran: Turunkan Berat Badan dengan 5 Serat dari Buah dan Sayuran Ini
Menurut dr Yanti yang membuka praktik di Graha dr Yanti Jalan Ambengan 55 Surabaya itu, dirinya tertarik mendalami stem cell karena merupakan the latest technology untuk kesehatan manusia di
dunia kedokteran.
"Manfaatnya sangat besar sebagai preventif, melalui stem cell manusia bisa
meregenerasi tubuh sendiri atau autologus,” bebernya.
Ada harapan besar dalam diri dr Yanti ketika memutuskan menjadi franchiser Global Stem Cell di Indonesia dan Asia Pasifik.
Selain memang metodenya yang sangat baik, jiwa nasionalisnya juga terpanggil. Dia mengatakan, ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat wisata kesehatan dunia. Sehingga nantinya, tidak perlu lagi orang Indonesia berbondong-bondong pergi ke luar negeri hanya untuk berobat.
Dikatakannya,costberobat ke luar negeri sangatlah tinggi. Selain untuk pengobatan, ada biaya lain yakni transportasi dan akomodasi yang mahal yang harus dipersiapkan.
”Makanya dengan bangga, saya menghadirkan Global Stem Cell pertama kali di Surabaya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat juga akan segera hadir di beberapa kota lain,” ucapnya lagi.
Untuk diketahui, biaya terapi stem cell bagi satu pasien bisa mencapai ratusan juta rupiah. Meski diklaim dapat mengobati penyakit yang sulit disembuhkan, ada biaya yang tidak mudaj dijangkau semua kalangan masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Kelar Operasi Hidung, Alat Vital Cowok Selebgram Ini Tegak Selama 3 Bulan, Kok Bisa?
Untuk itu, ke depannya dr Yanti menargetkan akan membuat stem cell center for foundation. Sehingga layanan ini nantinya bakal juga bisa dirasakan oleh mereka yang secara ekonomi masih terhitung pas-pasan.
Caranya menurut dia adalah dengan subsidi silang atau memasukkan stem cell treatment ke dalam program BPJS milik pemerintah.
”Masyarakat harus diedukasi bahwa metode ini sangat jauh lebih baik karena meregenerasi sel melalui stem cell tubuh sendiri. Saya yakin dengan support beberapa pihak, termasuk Kementerian Kesehatan dan Pariwisata, Indonesia bisa menjadi kiblat Stem Cell di Asia Pasifik,” jelas dr Yanti.
Metode stem cell sangat cocok diaplikasikan ke semua orang sebagai langkah preventif. Bisa untuk antiaging, diabetes, alzheimer, patah tulang, osteoporosis hingga beragam keluhan lain.
Proses perawatan stem cell sendiri bergantung pada kasus dan kondisi pasien. Namun, umumnya bisa diselesaikan dalam satu kali terapi saja.
”Idealnya, untuk pencegahan adalah dengan setahun sekali,” ujarnya. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya