8 Pekerjaan yang Punya Risiko Tinggi Bin Berbahaya, Berani Dijadiin Profesi?

Jumat, 01 April 2022 | 10:05
KOMPAS.com

Suka bermain game, kabir ke warnet, tapi Zetta pelajar SMM nggak lupa membantu pekerjaan ortu, termasuk mengejar cita-cita di bidang IT.

HAI-ONLINE.COM - Jangan pernah menyepelekan pekerjaan orang-orang di sekitar kita, meski cuma bekerja sebagai tukang las!

Ya, kerjaan kayak gini emang selalu dipandang sebelah mata. Upah yang nggak seberapa tentu jadi alasan kenapa orang ogah kerja jadi tukang las.

Tapi di balik itu semua, jadi tukang las ternyata menyimpan bahayanya tersendiri, bung! Mereka harus berurusan dengan api yang panasnya nggak kira-kira.

Salah sedikit, ngantuk, atau nggak fokus, ya, lo tau lah apa bahayanya. Besi aja bisa meleleh, apa lagi tulang berlapis daging dan kulit? Bisa mateng, sob!

Nyatanya, itu belum seberapa. Pasalnya, di luar sana, masih ada orang-orang bernyali baja yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk mengeruk pundi-pundi rupiah.

Asalkan bisa menghidupi diri sendiri dan keluarga, buat mereka, bahaya jadi nomor kedua.

So, nggak ada lagi alasan buat kita, untuk meremehkan apa pekerjaan orang di sekitar kita, karena semua sudah punya bahaya dan resikonya sendiri-sendiri. Lantas, siapa saja, sih, mereka?

Penambang Belerang Kawah Ijen

Kalau ngomongin pekerjaan berbahaya, jadi penambang belerang di Kawah Ijen tentu salah satunya.

Alasannya jelas. Kalau menambang minyak di laut lepas, urusannya nggak jauh-jauh dari hawa dingin laut, atau bahkan ombak besar yang terjadi di saat badai datang menyerang.

Tapi, jangan samakan pekerjaan itu dengan apa yang dilakukan para penambang belerang di Kawah Ijen, Jawa Timur.

Ada beberapa poin yang bikin pekerjaan ini jadi salah satu pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang punya nyali tingkat dewa.

Pertama, namanya juga menambang belerang, mau nggak mau, mereka harus berurusan dengan asap belerang yang penuh racun. Yap, setiap kali para penambang ini bernafas, udara yang dihirup nggak melulu oksigen, tapi juga ‘wangi’ khas belerang!

Eittsss…, masih ada lagi, bung! Lantaran belerang yang akan diambil ada di dekat kawah, tentunya, mereka harus berurusan dengan track yang bikin (maaf) pantat lo tegang bukan kepalang!

Mereka harus berurusan dengan jalur yang curam, berbatu, dan tentunya berbahaya. Salah langkah, bukan belerang yang diambil, bisa jadi itu jenasah temannya sendiri. Duh!

Jangan lupakan juga panasnya cairan belerang yang mendidi, jangan coba-coba dipegang, apalagi dijilat!

Nah, semua bahaya tersebut jadi bertambah double lantaran para penambang ini nggak memakai peralatan yang memadai. Kaos oblong, celana panjang, sepatu boots, dan masker, sama sekali nggak bisa membuat mereka aman dari bahaya yang selalu siap mengintai.

Oh ya, ingat juga, mereka harus membawa belerang kering yang beratnya bisa mencapai puluhan kilogram!

Baca Juga: Ini Dia 7 Rekomendasi Film Dokumenter Musik yang Nggak Ngebosenin

Pembersih Kaca Gedung Bertingkat

Kalau dengar pekerjaannya, kita pasti bilang kalau pekerjaan ini punya tingkat kesulitan yang minim. Semprot kaca pakai cairan pembersih, terus tinggal bersihin, deh, tuh, kaca sampai kinclong.

Tapi apa jadinya kalau pekerjaan yang kita anggap sepele ini dilakukan di atas ketinggian puluhan meter? Tentunya bisa jadi satu bahaya tersendiri.

Buat orang yang nggak biasa dengan ketinggian, faktor ini bakal bikin kepala pusing, kunang-kunang, sampai perasaan mau muntah. Kalau udah parahnya, kita bisa pingsan.

Nah, hasil akhirnya, sih, bisa ditebak. Bisa aja kita terjun bebas ke dasar bangunan dan bertemu dengan sang pencipta. Duh!

Teknisi Kelistrikan

Ada dua bahaya yang mengancam para teknisi kelistrikan. Ya, namanya juga teknisi kelistrikan, bahaya yang mengintai mereka nggak jauh dari tegangan listrik yang dayanya bisa mencapai ribuan volt.

Jangan bayangin film-film komedi yang aktor atau pemainnya terkena strum, yang membuat rambutnya berdiri atau kulitnya jadi gosong.

Di dunia nyata, jangan main-main dengan listrik, bung! Kita bisa kena luka bakar serius, atau bahkan langsung tewas dalam hitungan detik.

Bahaya yang kedua adalah para teknisi ini kebanyakan akan berurusan dengan ketinggian. Memasang dan ngebetulin kabel listrik di ketinggian beberapa meter dari atas tanah tentu beresiko buat keselamatan.

Salah melangkah, kita bisa tewas atau minimal mengalami patah tulang yang kemungkinan bisa menimbulkan cacat seumur hidup.

Asisten Sulap

Asisten sulap nggak cuma bertugas nemenin si pesulap di atas panggung aja. Pernah liat adegan si pesulap ditutup matanya, terus melemparkan pisau ke arah si asisten? Kebayang dong gimana bahayanya?

Meski si pesulap dan asistennya jadi satu kesatuan yang nggak bisa dipisahkan (halah!) lantaran mereka sering kerja bareng, tapi nggak menutup kemungkinan human error bisa aja terjadi.

Di beberapa kasus di luar negeri sana, beberapa asisten sulap harus mengakhiri nyawanya di atas pentas yang justru memberi kehidupan buat dia dan si partner sulap.

Ada yang salah perhitungan sampai membuatnya terpotong gergaji mesin dan yang lainnya.

Penambang Minyak Dasar Laut

Lagu milik Mayday Parade, Even Robots Need Blankets, kayaknya cocok buat profesi yang satu ini. Dilihat dari salary yang bakal diterima, sekitar USD 100 ribu pertahun, bikin mata melotot.

Tetapi kalau dilihat dari resikonya, sudah pasti jomblo pun nggak bakal mau kerja beginian. Yap, profesi yang dimaksud adalah penambang minyak di dasar laut.

Kalau di luar negeri, mungkin sudah banyak yang menggunakan robot-robot. Tetapi di dalam negeri sendiri, tenaga ahli selam tambang minyak masih sangat diandalkan.

Dingin, kehabisan nafas, arus deras, hingga serangan binatang buas laut jadi resiko terbesarnya. Tetapi tantangan yang lebih besar lagi adalah soal bertarung dengan mental sendiri.

Perlengkapan selam mulai dari bajunya hingga tabung oksigen sudah harus dipersiapkan sebelum melakukan pekerjaan ini. Berita baiknya adalah angka kematian buat profesi ini cenderung masih cukup kecil. Jadi, gimana mblo?

Penjinak Hewan Buas

Tentu, kamu sering banget teman cewek kamu bilang "Ah, dasar laki-laki buaya!" kalau lagi mergokin pacarnya selingkuh. Dan memang, ada benarnya juga sih.

Karena, apapun jenisnya, buaya termasuk binatang melata yang sulit buat ditaklukin. Selain insting ngebaca situasi, kita juga diwajibkan buat bersabar diri.

Ini yang jadi sarat utama para penjinak buaya di berbagai kebun binatang. Mereka nggak ngegunain macem-macem safety tool, kecuali tameng yang biasa melekat kedua lengannya.

Tetapi yang paling parah dari profesi ini adalah kematian. Lengan tercabik oleh gigi buaya bisa dibilang sudah beruntung. Soal gaji, sudah pasti besar. Bahkan, di luar negeri, seorang penjinak buaya bisa dapat bayara USD 62 ribu per tahun.

Tetapi yang bikin menarik dari kerjaan ini adalah kamu bisa berinteraksi dengan binatang yang dikenal buas dan liar ini. So, buat para cewek yang cuma bisa ngatain cowoknya buaya tapi nggak bisa ngejinakin, kalian belum ada apa-apanya deh!

Tukang Las Bawah Laut

"Bang las-in rantai sepeda gue dong, putus nih!" Kalimat tersebut kayaknya pernah kita ucapkan saat pergi ke tukang las buat benerin rantai sepeda yang terdengar rendah banget.

Tapi nggak semua profesi tukang las itu rendah loh. Karena kalau semuanya dianggap rendah, kamu nggak bakal bisa internet-an di rumah karena nggak ada yang benerin kabel optik di bawah laut atau ngabisin bensin bokap buat jalan-jalan.

Yap, ini yang sehari-hari dilakukan oleh para tukang las bawah laut. Mereka dibayar mahal, sekitar Rp 10 juta buat benerin tangki-tangki gas yang pecah, pipa yang bocor atau bahkan ngebenerin kabel optik yang putus. Dan, ya benar, semuanya dilakukan di bawah laut!

Resikonya sudah pasti nyawa. Makanya, buat jadi tukang las bawah laut, nggak mudah. Harus mengambil pelatihan bersertifikat yang durasinya sama kalau kuliah, 3 tahun.

So, mulai sekarang, baik-baikin deh para tukang las di manapun kamu temui. Karena kamu nggak bakal tahu kalau dia punya nyali lebih buat hidup!

Pemerah Bisa Ular

Kerjaannya cuma memerah, tapi resikonya kematian. Yap, itu kayaknya yang harus dihadapi oleh para pemerah bisa ular di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Meski secara fisik, ular nggak segede sapi yang perahan susunya biasa kita minum, tetapi resikonya sangat besar. Salah geser botol dikit, gigi ular bisa nyangkut di tangan kamu.

Itu baru soal teknik memerahnya. Hal lain yang harus dikuasai seorang pemerah bias ular adalah memahami mood si ular itu sendiri.

Bayanginnya gini, kalau kamu seorang copet, kamu harus tahu kapan korban yang kamu bakal peras lengah sebelum dipaksa buat menyerahkabn barang-barang. Karena di sini, ular pun nggak bakal rela bisanya diambil secara paksa.

Yang lebih parahnya lagi, seorang pemerah bisa ular cuma dimodali sarung tangan putih. Yang yaa, sekali tembus gigi, kelar hidup! Gimana dengan soal bayaran? Ya, nggak gede-gede banget mengingat kamu cuma butuh ketelitian dan keuletan sih!

Tag

Editor : Alvin Bahar