HAI-ONLINE.COM - Selama pandemi, nggak sedikit yang memiliki skema bekerja baru, work from home alias WFH contohnya. Dengan WFH ini justru membuat banyak orang sering bekerja sampai lembur.
Kardiologis terkemuka pernah menyatakan bahwa pekerja malam mengalami gangguan dalam tubuh terkait peningkatan risiko penyakit jantung.
Melihat kondisi tersebut, lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ciptakan rompi pendeteksi serangan jantung koroner sebagai pertolongan cepat tanggap bagi penderitanya.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Muhammad Cendekia Airlangga, Brilliant Rizqi Haqiqi, Renaka Agusta, Dwisainstia Aponno, dan Izzah Awwalin Khoirun Nisa.
Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas ITS ini melahirkan gagasan cemerlang berupa rompi berbasis internet of things dan deep learning yang terhubung dengan aplikasi berbasis ponsel cerdas. Adapun rompi tersebut diproyeksikan bekerja meniru proses kerja otak manusia
Salah seorang anggota tim, Dwisainstia Aponno mengungkapkan, ide ini lahir dari pengamatan mereka atas fakta bahwa penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia.
Baca Juga: KKN ITS Kenalkan Cara Olah Sampah Organik Lewat Budidaya Cacing
“Sehingga kami melihat adanya kesempatan untuk membuat alat yang dapat digunakan dan akurat dalam mendeteksi serangan jantung,” terang perempuan yang akrab disapa Enzy ini, dilansir dari laman ITS, Senin (28/03/2022).
Soal mekanisme kerjanya, Enzy menjelaskan, pengguna akan diberi peringatan melalui ponsel pintar untuk segera melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila terdeteksi adanya indikasi serangan jantung.
Pada saat yang bersamaan, kondisi serta lokasi pengguna juga akan dikirimkan ke tenaga medis terdekat sehingga pertolongan pertama dapat dilakukan secara ringkas dan tepat.
Dengan tetap memperhatikan aspek kenyamanan penggunaan, rompi tersebut dirancang dengan beberapa pertimbangan khusus. Bahan dasar rompi sendiri menggunakan kain katun dengan berbagai komponen elektronik disematkan pada saku di bagian depan rompi. Kemudian terdapat lubang pada beberapa sisi sebagai jalur elektroda tempel dan kabel.
“Perancangan ini memudahkan tata letak komponen secara fleksibel yang tidak mengganggu aktivitas pengguna,” urai perempuan asal Malang ini.
Dalam proses pembuatannya, tim melakukan pembagian kerja berdasarkan subsistem alat untuk memastikan keseluruhan sistem dapat bekerja dengan baik. Subsistem yang dibentuk berupa pembacaan sensor dan pembacaan pengguna.
“Setiap anggota merakit komponen sesuai bagian masing-masing dan mengintegrasikan dengan jasa kurir dalam mengirim seluruh komponen,” lanjut Enzy.
Proses tersebut kemudian berlanjut dengan pembuatan aplikasi pada ponsel pintar, memberi label pada data, serta melatih kecerdasan buatan yang dilakukan bersama-sama oleh tim secara daring.
Untuk memastikan performa dari algoritma deep learning dalam klasifikasi masukan sinyal jantung, Enzy dan timnya melakukan pengujian kepada pengguna dengan berbagai kondisi aktivitas seperti duduk, berjalan, dan berlari.
Dari hasil pengujian, rompi detektor serangan jantung buatan mahasiswa bimbingan Dosen Departemen Teknik Elektro ITS, Ir Rusdhianto Effendi AK ini mampu beroperasi dengan akurasi klasifikasi sebesar 90% dan memberikan hasil pembacaan yang baik ketika digunakan saat istirahat ataupun beraktivitas.
“Sehingga keseluruhan sistem mampu mendukung pertolongan cepat tanggap melalui integrasi antara rompi dengan aplikasi,” simpul mahasiswa angkatan 2018 tersebut.
Melalui ide solutif tersebut, Enzy dan timnya berhasil sabet medali emas pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021. Ke depannya, rompi detektor serangan jantung ini masih dapat dikembangkan lagi melalui modifikasi bagian komponen elektroniknya sehingga rompi akan mengonsumsi daya yang lebih kecil.
“Selain itu, komponen yang digunakan dapat diringkas lagi untuk menekan biaya produksi,” pungkas Enzy.
(Tanya Audriatika)