Sambil Menyelam, Mahasiswa Unpad Kembangkan Alat Jaring Komoditas Unggulan di Pangandaran

Senin, 28 Maret 2022 | 14:00
Foto: Dadan Triawan

Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti beserta pimpinan melakukan panen kerapu di dermaga karamba jaring apung (KJA) FPIK Hebat di pesisir Pantai Timur Pangandaran, Minggu (27/3/2022).

HAI-ONLINE.COM - Universitas Padjadjaran melalui Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan kembangkan karamba jaring apung (KJA) di pesisir Pantai Timur Pangandaran.

Keramba yang menjadi implementasi hibah Matching Fund Kedaireka ini selain dikembangkan budi daya, tetapi juga menjadi media pembelajaran dan pengembangan wisata edukasi di Pangandaran.

Dekan FPIK Unpad Dr. Sc. Agr. Yudi Nurul Ihsan, M.Si., menjelaskan, ada tiga komoditas perikanan yang dikembangkan di KJA.

Tiga komoditas tersebut yaitu lobster, kerapu, dan bawal bintang. Komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan perairan Indonesia.

“Kita fokus di lobster karena menjadi salah satu ikhtiar menyelesaikan masalah lobster di Indonesia. Karena itu, budi daya lobster menjadi suatu penelitian FPIK Unpad,” kata Yudi saat mendampingi Rektor Unpad Prof.Rina Indiastuti beserta pimpinan universitas dan fakultas melakukan panen lobster dan kerapu di dermaga KJA FPIK Hebat, Pangandaran, Minggu (27/3/2022).

Melansir dari laman Unpad, Senin (28/3/2022), selain budi daya, KJA Intan juga dilengkapi dengan kolam khusus untuk pelatihan menyelam (diving).

Baca Juga: Inilah Daftar jurusan Saintek Unpad beserta Daya Tampung di SNMPTN 2022

Yudi menjelaskan, kemampuan menyelam menjadi keterampilan wajib khususnya mahasiswa Prodi Ilmu Kelautan. Untuk itu, lokasi ini menjadi sarana untuk pelatihan menyelam mahasiswa.

Dalam perkembangannya, kolam latihan ini tidak hanya digunakan mahasiswa FPIK Unpad. Beberapa mahasiswa kelautan dari perguruan tinggi lain pun ada yang melakukan latihan di kolam tersebut.

“Kita sudah punya dosen yang memiliki sertifikat diving internasional,” kata Yudi.

Selain itu, KJA Intan juga menjadi wahana riset pengembangan instrumen kelautan. Riset tersebut dimotori Dosen Departemen Kelautan Noir Primadona Purba, M.Si. Bersama tim, Noir telah mengembangkan instrumen pengukuran data karakteristik perairan secara berkala.

Noir menjelaskan, instrumen yang dikembangkan di KJA tersebut memiliki kemampuan untuk mengukur parameter oseanografi dan klimatologi.

Data yang diperoleh dari instrumen tersebut dapat menjadi data primer yang bisa diakses secara berkala melalui perangkat komputer.

Yudi mengatakan, selain wahana tersebut, KJA juga tengah dikembangkan menjadi rumah makan terapung. Menurutnya, rumah makan tersebut akan menjadi rumah makan apung pertama di wilayah Pangandaran.

Usai memanen lobster dan kerapu, Rektor mengapresiasi pengembangan KJA oleh FPIK Unpad.

“Contoh baik ini menginspirasi kita, mudah-mudahan fakultas lain dengan cara berbeda dapat mengembangkan tridarma terintegrasi inovasi, kemitraan, dan komersialisasi. Ini menjadi model yang bisa kita laksanakan,” ujar Rina.

Pada Sabtu (26/3/2022), Rektor beserta pimpinan berkesempatan meninjau bakal lokasi “Marine Station” Unpad.

Marine Station ini memanfaatkan lahan dan bangunan hibah Pemkab Pangandaran yang berlokasi di pesisir pantai Bojong Salawe, Parigi, Pangandaran.

Yudi memaparkan, “Marine Station” Unpad nantinya akan dikembangkan untuk media riset dan komersialisasi. Salah satu yang diunggulkan adalah pengembangan cold storage atau gudang ikan.

Diakui Yudi, Pangandaran sendiri belum memiliki gudang ikan yang dirancang khusus dengan suhu tertentu untuk memertahankan mutu ikan hasil tangkapan nelayan.

Baca Juga: Demi Manggung Nggak Maju Mundur, Kunto Aji Beri Masukan Soal Konser yang Diperbolehkan Pemerintah RI

Untuk itu, pengembangan cold storage ini sangat penting untuk meningkatkan komersialisasi perikanan di Pangandaran.

“Apalagi Marine Station ini posisinya strategis, karena akan ada pembangunan pelabuhan niaga di Bojong Salawe,” pungkas Yudi.

Selain itu, Marine Station FPIK Unpad akan menjadi lokasi pengembangan tambak udang vaname hingga menjadi lokasi pengukuran suhu, air laut, hingga pengembangan alat prediksi gelombang tinggi. (*)

(Tanya Audriatika)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya