HAI-ONLINE.COM - Rara Istiati Wulandari, pawang hujan MotoGP Mandalika viral. Ada yang muji karena aksinya berhasil bikin stop hujan, ada juga yang nyinyir karena pawang hujan nggak bisa dijelasin dengan sains. Hmmm.
Well, hujan kadang-kadang emang nyebelin. Salah satu ”jurus” buat mengusir hujan adalah dengan menggunakan jasa pawang hujan.
Pak Bowo, salah satu pawang hujan yang biasa membersihkan awan-awan hitam untuk keberlangsungan suata acara di outdoor bilang supaya hujan nggak turun, kita itu butuh kembang.
Kembang? Hari gini ngomongnya kembang... Tapi serius, kita butuh kembang buat ngusir hujan.
”Biasanya ada mediasi kembang, telor, minyak wangi, dupa, dan semua ditaruh di sudut-sudut tempat acara digelar. Minimal empat sudut lokasi deh. Jadi nanti areanya kita pagari dengan pelindung yang nggak kasat mata. Ibaratnya benda-benda tadi itu perisai,” ujar pria bertubuh tinggi dan kekar ini.
Hmmm... Oke lah. Tapi kalau mistis gitu, mungkin cuma beliau dan teman kita dari ”alam lain” yang tahu. Tetep nggak masuk akal sih.
Cuma sebenernya kalau kita mau mengusir hujan dengan ilmu sains itu bisa banget. Ini bukan ngusir hujan, tapi mempercepat turunnya hujan. Maksudnya gimana tuh?
Sifatnya Higroskopik By the way, kita bisa sebut cara ini dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
TMC sendiri bukan cara untuk menciptakan atau memindahkan hujan, melainkan mempercepat jatuhnya hujan pada awan yang telah menggumpal.
Dengan cara ini hujan pada daerah yang rawan banjir atau nggak diinginkan bisa dihindari. Maka nantinya intensitas dan durasi terjadinya hujan di suatu wilayah dapat dikurangi sekitar 30%, sehingga banjir punya kemungkinan untuk dihindari.
Baca Juga: Hasilnya Nggak Diduga! Cowok Ini Nyobain Jadi Pawang Hujan Pake Bumbu Dapur
Sifat cara ini adalah higroskopik, karena menggunakan bahanbahan yang mampu menyerap air, seperti garam. Sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan bakal meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.
Penebarannya sendiri disebut Teknologi Penyemaian Awan (Cloud Seeding). Ini merupakan cara manusia meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan merubah proses fisika yang terjadi pada awan.
Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescence) atau proses pembentukan es (ice cucleation).
Mencegat Awan Hujan
Untuk melakukan TMC ini kita membutuhkan pesawat khusus penebar garam.
Biasanya sih, pesawat yang dipakai adalah model Cessna atau Hercules (untuk skala besar). Biasanya awan yang jadi target sudah dikejar jauh sebelum sampai ke lokasi yang nantinya diprediksi akan dituruni hujan.
Nih, prosesnya:
1. Langkah pertama siapkan pesawat terbang guna melakukan cloud seeding
2. Mencari awan yang siap untuk disemai. Awan ini ketika dilihat dari angkasa bentuknya menggumpal, berbentuk seperti bunga kol dan berwarna putih mengkilap.
3. Setelah awan yang sesuai ditemukan, maka cloud seeding bisa dilakukan dengan menggunakan garam
4.Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk proses penyemaian di dalam awan 10-20 menit. Lalu akan muncul reaksi pada awan tersebut dan akan terjadi hujan.Sejak 1977
Teknologi ini di Indonesia udah terjadi sejak 1977 alias pada masa Presiden Indonesia ke-2, Soeharto yang difasilitasi oleh Prof. Dr. Ing. BJ Habibie melalui Advance Technology sebagai embrio Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah asistensi Prof. Devakul dari Royal Rainmaking Thailand.
BPPT kemudian membentuk Unit Pelayanan Teknis Hujan Buatan (UPTHB) pada tahun 1985 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPPT No: SK/342/KA/BPPT/XII/1985 fungsinya adalah memberikan pelayanan dalam hal meningkatkan intensitas (menambah) curah hujan sebagai upaya pemerintah dalam menjaga ketersediaan air pada waduk yang berfungsi sebagai sumber air untuk irigasi dan PLTA.